“Kamu tipe yang tidak suka berkomitmen. Apalagi sampai bergandengan tangan untuk tebar kemesraan. Aku tahu sekali pria-pria brengsek sepertimu, Liam,” ujar Rosela seraya mengangkat sudut bibirnya.
“Nah, mungkin Nona tidak tahu aku sama sekali. Mungkin aku memang tipe yang suka berkencan sambil bergandengan tangan dengan kekasihku di mall. Lalu kami akan menonton film atau bermain di timezone sambil tertawa dan mengambil banyak foto di photo box sebagai kenang-kenangan kencan.”
Setelah mendengar perkataan Liam, Rosela secepat kilat menengokkan kepalanya yang sejak tadi menghadap ke jendela ke arah pria itu.
“Jadi, kamu benar-benar punya kekasih?”
***
HAH APA-APAAN? YANG BENAR SAJA BERFOTO DI PHOTO BOX! MEMANGNYA LIAM DAN PACARNYA REMAJA SMA YANG BARU PERTAMA KALI PACARAN?
“Ya, Rose, bagaimana tanggapanmu?”
“Ya, maaf?”
Saat ini Rosela tengah melakukan sesi wawancara dengan Female Magazine, tapi gadis itu sejak tadi malah tidak fokus karena kepalanya terus memikirkan Liam dan photo box sialan itu.
Sang wartawan dari Female Magazine memang tersenyum lebar, tapi siapa pun tahu kalau saat ini gadis berusia dua puluh lima tahunan itu tengah kesal setengah mati. Karena sejak tadi Rosela si artis sialan dan super songong itu, tidak fokus sehingga ia berulang kali melontarkan pertanyaan.
“Bagaimana tanggapanmu karena akan bermain dengan Stefan Jaya? Bukannya sebelumnya kalian memang dirumorkan pacaran?” tanya sang wartawan dengan nada super mengganggu. Dan sejak awal Rosela juga tahu, kalau sang wartawan bernama Veronica itu, tidak menyukainya. Makanya, ia terus menanyakan hal-hal pribadi dan sensitif yang akan membuat skandal baru di publik.
Padahal di awal Rosela sudah mendapat bocoran pertanyaan dari pihak Female Magazine. Seharusnya fokus wawancara hari ini hanya soal kemenangannya sebagai aktris terbaik di Metropolitan Awards, dan juga film terbarunya yang akan mulai syuting bulan depan. Oleh karena itu, sejak tadi Rosela tidak fokus dengan wawancaranya karena sang wartawan jelas sekali ingin menjatuhkan image-nya di depan publik. Dengan mengungkit percintaannya dengan Stefan yang sudah beristri. Padahal, hubungan Rosela dan Stefan murni hanya profesionalisme saja.
Dengan gaya angkuh tapi juga anggun, Rosela menumpukkan kaki cantiknya di kakinya yang lain. Lalu, memandang sang wartawan dengan berani.
“Aku rasa itu bukan urusanmu.”
“A-apa?”
“Aku tahu kamu tidak menyukaiku. Tapi, sekarang kita sedang bekerja jadi mari bersikap professional. Di luar pekerjaan, kamu boleh membenciku, memakiku, menulis jelek tentangku di internet, atau melemparku dengan telur busuk di red carpet. Tapi, sekarang kita sedang bekerja, jadi seharusnya kamu juga fokus dengan pekerjaanmu. Tidak peduli kalau saat ini kamu ingin menjambak rambutku ataupun mencekik leherku sampai aku mati.”
Lalu, Rosela bangkit dari duduknya dan memakai kacamata hitamnya dengan angkuh. “Sebaiknya kita jadwalkan ulang wawancara ini di lain waktu, dan aku harap, saat itu kamu bisa membaca daftar pertanyaan dengan benar.”
Rosela pun meninggalkan ruang wawancara tanpa bicara apapun lagi. Semua orang yang ada di ruangan itu tampak terpukau karena kejadian yang baru saja terjadi. Sebagian merasa kagum, dan sebagian semakin membencinya.
Tapi Rosela benar-benar tidak peduli. Bahkan, kalau nanti kejadian ini menyebar ke publik, dan ia kembali jadi bulan-bulanan warganet ia juga tidak peduli.
Baginya, bekerja dengan profesional itu harga mati. Karena inilah caranya menghargai dan mencintai sebuah pekerjaan. Lagi pula, akan selalu ada yang akan membencinya, jadi buat apa juga harus jadi penjilat dan pura-pura jadi malaikat, bukan?
Rosela bukan tipe yang akan diam saja jika hendak dijatuhkan. Kalau ia jatuh, maka ia akan memastikan kalau orang yang mendorongnya juga akan ikut jatuh atau mati bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bodyguard (#1)
RomanceRosela Atmaja adalah selebriti yang sedang naik daun akhir-akhir ini. Semua penggemarnya memujanya. Tak peduli setiap minggu ada saja skandal yang membuntuti sang aktris ke mana-mana. Yang membencinya juga sangat banyak. Hingga apapun yang ia lakuk...