Walau malam ini Thomas Atmaja menyuruhnya untuk pulang ke rumah, Rose tetap saja pulang ke apartemen hari ini. Thomas sedang ada perjalanan bisnis ke Jepang, jadi rumah mereka yang super besar itu karena punya swimming pool indoor dan juga arena berkuda, pasti bakal sepi sekali. Dan Rose benci kesepian yang mencekik di rumah itu. Di apartemen ia juga akan sendiri, tapi setidaknya di sini banyak hal yang membuatnya tidak kesepian.
Seperti kumpulan DVD film-film lawas favoritnya. Bunga-bunga yang ia tanam dibalkon dan ia sirami setiap pagi. Dan Queen L—kucing kesayangannya yang pasti sekarang sudah sampai di apartemen. Karena ada pemotretan di luar negeri, kemarin Rose menitipkan Queen L kepada Erika. Tapi Camille mengonfirmasi jika sang kucing sudah ada apartemen tadi pagi dan Rose benar-benar merindukan kucingnya itu.
Liam juga pulang ke apartemen Rose hari ini. Sehingga kini mereka tengah berdiri berdua di dalam lift yang akan mengantar Rose ke apartemennya yang ada di lantai 12. Liam terus mengikuti Rose dari belakang. Seolah kali ini pria itu meyakinkan diri kalau kali ini ia tidak akan kecolongan lagi.
Rose menyadari kalau sejak tadi Liam terus memperhatikan setiap gerak-geriknya. Hal itu membuat ada perasaan tidak nyaman yang seperti mengalir di tulang belakangnya. Bukan jenis perasaan risih, tapi perasaan berdebar seperti perasaan remaja yang tidak sengaja bertemu dengan gebetannya di jalan, dan tidak tahu harus apa. Karena yang dipikirkan hanya apakah saat ini langkahnya aneh, ikatan rambutnya berantakan, atau bajunya menceng sebelah. Yang Rosela yakini itu tidak akan terjadi, karena terakhir Rose bercemin di hotel sebelum pulang, gadis itu memastikan kalau ia sudah cantik, wangi, dan juga rapi.
“Kunci apartemen kamu?”
“Serius? Cam baru saja keluar satu jam lalu dari sini! Dan dia tidak apa-apa. Tidak usah berlebihan!”
“Kunci, Nona,” ujar Liam lagi tak mau dibantah.
Rose memutar bola mata malas. Lalu dengan enggan ia memberikan kunci apartemennya pada Liam. Rose benar-benar gondok setengah mati, Papanya yang super protektif saja sudah membuatnya sakit kepala. Sekarang malah ada Liam. Dan menyebalkannya lagi, pria itu akan membuntutinya 24/7 tanpa henti. Rose sekarang benar-benar tidak punya privasi. Ia benar-benar seperti ditelanjangi. Dan bukan ini ide 'ditelanjangi' yang Rose mau dari Liam!
Hah, sial!
Rose memaki dalam hati. Entah kenapa saat bersama Liam pikirannya jadi tidak terkendali begini! Rose menjilat bibirnya yang terasa kering. Lalu, seperti intruksi Liam ia harus menunggu di luar sampai pria itu memberikan sinyal kalau semuanya aman.
Liam masuk ke dalam apartemen Rose dengan gerakan waspada. Setelah semuanya aman, Rose pun diperbolehkn untuk masuk ke dalam.
Rose langsung memeluk Queen L yang langsung lari ke arahnya begitu kucing berwarna putih itu melihat sang majikan.
“Hi, L! I miss you my queen!”
***
Liam langsung mengerutkan kening dalam begitu mendengar nama familiar yang disebut Rosela. Pria itu pun tersenyum ketika melihat tingkah menggemaskan Rose yang tengah bermain dengan kucingnya.
Liam jadi mengingat El, dan sepertinya setelah ini hidupnya akan dipenuhi oleh nama gadis itu. Tapi ini hal yang bagus, karena itu bisa membuat kepalanya tetap waras.
Karena wejangan El untuk tidak terlibat asmara dengan klien; akan terus bergema di kepalanya sebagai alarm peringatan.
***
Setelah mandi dan makan malam Rose memutuskan untuk duduk di sofa ruang tamu apartemennya sambil membaca salah satu novel yang nanti akan difilmkan. Rose menjadi salah satu yang ditunjuk untuk menjadi pemeran utamanya, tapi gadis itu belum tanda tangan kontrak karena masih mau membaca trilogi novelnya dulu.
L, si kucing kesayangannya tampak tidur malas-malasan dan duduk di sampingnya. Bulunya yang putih dan halus mengenai kaki telanjang Rose yang hanya memakai celana pendek di atas lutut.
Rose langsung mengalihkan kepalanya ke arah dapur begitu ia menghidu aroma wangi sabun yang menusuk hidungnya. Tampak Liam yang baru saja selesai mandi dan tengah mengeringkan rambutnya.
Tatapan mereka bertemu, dan Rose segera mengalihkan pandangan karena kepalanya mulai berpikir yang tidak-tidak.
Liam mendekat ke arah Rose, lalu duduk di sofa yang berlawanan dengan gadis itu.
“Sesuai perintah Tuan Thomas, malam ini aku akan tidur di sini karena Nona tidak mau pulang ke rumah.”
“Terserah saja.”
Rose menjawab tanpa membantah. Toh gadis itu tidak punya pilihan. Perintah Papanya sudah pasti mutlak, apalagi sang Papa pasti sudah tahu soal kejadian tadi siang, sehingga setelah ini sifat protektifnya pasti jadi naik level.
“Aku sudah menyelidiki soal pengendara motor yang tadi hampir menabrak Nona. Ternyata dia hanya pengendara mabuk. Tidak ada niat atau rencana untuk sengaja mencelakai Nona.”
Setelah mendengar perkataan Liam, perasaan Rose jadi lebih tenang. Entah kenapa, hatinya jadi lebih lega. Setidaknya ia tahu, kalau orang yang hampir menabraknya hari ini melakukannya karena orang tersebut tidak sadar. Bukan karena sengaja memikirkan untuk melukainya atau menginginkannya untuk mati.
Rose tidak pernah takut akan kematian. Tapi mati dengan cara seperti tadi siang—ditabrak sengaja dari depan, benar-benar membuatnya ketakutan. Membuat Rose bertanya-tanya, apa kesalahannya hingga seseorang yang tidak mengenalnya sama sekali begitu membencinya hingga menginginkannya untuk mati.
“Tapi, sebaiknya Nona juga harus lebih berhati-hati. Jangan pernah kabur lagi seperti tadi pagi,” ujar Liam penuh penekanan. Mata Liam menatap Rose dengan serius, dan kali ini Rose juga dengan berani menatap mata Liam.
Hingga untuk beberapa saat, mereka saling bertatapan. Menyelami mata masing-masing dengan dada yang berdebar. Hingga Liam yang memutuskan kontak lebih dulu dan berkata, “Sebaiknya Nona tidur karena besok harus fitting baju untuk acara Minggu ini. Jangan lupa kunci kamarmu,” perintahnya dengan suara serak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bodyguard (#1)
RomanceRosela Atmaja adalah selebriti yang sedang naik daun akhir-akhir ini. Semua penggemarnya memujanya. Tak peduli setiap minggu ada saja skandal yang membuntuti sang aktris ke mana-mana. Yang membencinya juga sangat banyak. Hingga apapun yang ia lakuk...