Sampai saat ini hujan masih mengguyur Metropolitan City. Walau intensitasnya sudah tidak sederas tadi, tapi langit masih setia menangis seolah ia memang sedang begitu sedih.
Liam keluar dari mobil lebih dulu. Lalu, ia membuka payung hitam yang selalu tersedia di dashboard dan berputar untuk membuka pintu mobil Rosela.
Setelah itu ia dan Rosela masuk ke apartemen berdua, sedangkan mobilnya Liam biarkan saja di halaman apartemen, karena ada petugas khusus yang akan memarkirkannya nanti di tempat biasanya.
“Istirahatlah dulu di kamar. Aku akan siapkan air hangat untuk mandi.”
“Itu bukan tugasmu.”
“Memang. Tapi akan merepotkan kalau harus menghubungi Camille lebih dulu untuk ke sini.”
Rosela tersenyum kecil, semua rasa sedih di dadanya tiba-tiba menguap karena perhatian Liam. Ya, terserah saja kalau Liam melakukan semua ini demi uang. Tapi nyatanya, Rosela adalah bosnya. Ia yang akan mengendalikan permainan. Ia juga yang akan memutuskan kapan Liam bisa berhenti dan kapan tidak. Rosela yang punya kuasa, ia yang memutuskan Liam bisa terus ada di sekitarnya atau tidak. Karena dengan kebesaran nama Atmaja, nyatanya Rosela dapat melenyapkan nama ’Liam’ hanya dengan sekali perintah.
Liam membuka pintu apartemen lalu masuk lebih dulu. Tapi, dengan sigap ia segera memeluk Rosela dan menenggelamkan kepala sang nona di dadanya yang bidang.
“Liam ada apa?”
Namun, Liam terus menahan kepala Rosela di dadanya hingga sang nona tidak bisa melihat apa-apa. Pria itu juga menghubungi para bodyguard yang lain untuk segera ke apartemen Rosela.
“Liam! Ada apa sebenarnya!”
Kali ini Rosela meronta semakin keras, lalu karena konsentrasi Liam terbelah antara harus menjaga sang nona agar terus ada di pelukannya dan menghubungi beberapa rekannya, Rosela pun bisa keluar dari kungkungan Liam.
Hingga dari atas bahu Liam, ia bisa melihat Camille yang tergeletak di lantai dan bersimbah darah.
Tentu saja hal itu membuat Rosela terkejut luar biasa. Hingga tubuhnya gemetaran hebat karena campuran rasa syok, takut, dan mual yang menyerangnya secara bersamaan.
Rosela pun langsung memeluk Liam erat, yang langsung disambut Liam hangat.
“Liam, tolong bawa aku keluar dari sini. Aku tidak mau di sini. Aku takut,” bisiknya dengan suara bergetar dan air mata yang mengalir di kedua pipi.
Liam pun segera mengangkat tubuh Rosela ala bridal style. Lalu membawa sang nona keluar dari TKP berdarah itu.
Sesampainya di apartemen Rosela, tim bodyguard langsung mengecek keadaan Camille yang tidak sadarkan diri. Untunglah denyut nadi gadis itu masih terasa walau sangat kecil, sehingga Camille masih bisa diselamatkan walau saat ini gadis itu dalam keadaan kritis.
Untungnya lagi, apartemen Rosela memang ada di daerah yang sangat strategis. Lokasi rumah sakit hanya berjarak dua bangunan dari sana, sehingga Camille bisa langsung ditangani.
El juga memastikan kalau seluruh karyawannya bisa melakukan pertolongan pertama. Sehingga pendarahan yang dialami Camille bisa langsung dihentikan oleh orang pertama yang memeriksa.
Saat ini Liam benar-benar merasa kecolongan. Padahal ia sudah memastikan sendiri keamanan apartemen Rosela dengan tangan dan matanya sendiri. Bahkan sampai triple check, tapi bagaimana bisa hal ini bisa terjadi?
Bagaimana bisa si psikopat itu masuk ke apartemen lalu melukai Camille yang merupakan salah satu anak buah terbaiknya?
Sebenarnya, apa yang telah Liam lewatkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bodyguard (#1)
RomanceRosela Atmaja adalah selebriti yang sedang naik daun akhir-akhir ini. Semua penggemarnya memujanya. Tak peduli setiap minggu ada saja skandal yang membuntuti sang aktris ke mana-mana. Yang membencinya juga sangat banyak. Hingga apapun yang ia lakuk...