62

146 36 0
                                    

Setelah selesai makan dengan sang Papa, Rosela langsung pergi ke kamar Liam. Dengan iseng ia masuk begitu saja ke kamar bodyguard-nya itu tanpa mengetuk pintu kamar lebih dulu. Dan seperti biasa, Liam langsung bergerak sigap. Karena justru bukan pria itu yang dikagetkan oleh kedatangan Rosela yang tiba-tiba, melainkan sang nona yang harus menahan napasnya sejenak karena kini Liam sudah berdiri di belakangnya seraya mengunci kedua tangannya di belakang.

“Selalu waspada seperti biasa. Padahal tadi aku hanya ingin memberi kejutan. Kamu tahu Mr. Han, aku tidak akan pernah mau menyakitimu.”

Liam tersenyum di kepala Rosela, lalu menyingkirkan rambut panjang gadis itu ke sisi kiri dan menenggelamkan wajahnya ke bahu kanan Rosela dan menghidu aroma Rosela yang begitu membuat candu.

“Aku tahu.”

“Dan biar aku tebak, sebenarnya kamu juga pasti langsung tahu kalau akulah yang akan masuk ke sini. Jadi, kenapa tidak menyenangkan aku dengan pura-pura terkejut?”

Lalu, Rosela membalikkan badannya hingga kini ia berhadap-hadapan dengan Liam. Ia menepuk pipi Liam yang ditumbuhi five o'clock shadow dua kali dengan lembut, tapi juga gregetan.

“Kenapa sih kamu selalu sekaku ini? Dasar menyebalkan!”

Liam meraih tangan Rosela yang ada di pipinya, kemudian mencium jari-jari Rosela lembut. Membuat napas Rosela jadi berat, karena lagi-lagi gairah merayap di kulitnya.

“Maaf, Nona, aku memang orang yang kaku begini. Seumur hidupku aku dilatih seperti ini.”

Rosela mengalungkan kedua tangannya di leher Liam, lalu berkedip genit. “Tenang saja, aku pasti akan mengajarimu bagaimana cara agar jadi menyenangkan. Terutama di ranjang.”

Liam tersenyum jahil, lalu berbisik di telinga sang nona, dan sungguh perkataan Liam benar-benar langsung membuat kedua pipinya terasa panas. Karena nyatanya memang benar ... Kalau masalah ranjang, Liam memang lebih jago darinya. Dan mungkin ialah yang justru perlu banyak diajari. Sial, hanya membayangkannya saja sudah membuat kepala Rosela pening luar biasa.

***

Kini Liam dan Rosela tengah duduk di ranjang Liam sambil membuka kotak biru—tempat Rosela menyimpan semua surat dari penggemarnya. Dan tentu saja, ada banyak surat dari white rose di sana.

“Kamu sudah membaca semua surat-surat yang dikirim white rose?”

”Ya, sudah.”

Rosela tersenyum kecut. “Mengerikan sekali bukan? Ternyata orang yang bisa menulis kata-kata semanis ini juga adalah orang yang sama yang membunuh Gisella Kim dan puluhan gadis lainnya. Tapi, Liam, kenapa white rose belum membunuh aku juga? Bukannya, kalau semua teori Kalisa benar, maka aku seharusnya sudah dibunuh sejak lama? Kenapa justru dia mengincar Gisella?”

Liam terdiam cukup lama sebelum menjawab pertanyaan Rosela. Satu jawaban sudah ada di kepalanya, hanya saja, semua itu sia-sia karena ia belum punya bukti nyata.

“Mungkin karena white rose benar-benar mencintaimu. Percayalah, bahkan pembunuh paling kejam pun, pasti tetap punya satu pengecualian.”

“Hah, ternyata semua hal manis tentang cinta memang dilebih-lebihkan. Karena, cinta bisa begitu menakutkan dan juga kejam.”

Liam mengangguk setuju. “Ya, cinta memang bisa jadi sangat kejam dan mengerikan.”

Liam, benar-benar sangat tahu akan hal itu, karena ia melihatnya dengan kepalanya sendiri. Saat sang ayah menembak kepala ibunya atas nama cinta, sebelum menembak kepalanya sendiri. Meninggalkan Liam yang masih lima tahun sendirian di dunia. Hingga ia harus tidur bersama tikus got, agar tetap bisa makan. Namun, di tempat itu pula ia bertemu dengan malaikat secantik Rosela Atmaja. Jadi, mungkin ... Jika ia punya kesempatan untuk kembali ke masa lalu, ia juga tetap akan menempuh jalan yang sama.

“Ah, ya ... Kenzo bilang Camille sudah siuman. Kamu bisa mengantarku untuk menjenguknya kan Liam?”

Namun, jawaban Liam langsung membuat Rosela cemberut tak senang.

The Bodyguard (#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang