36

172 40 1
                                    

Dari kaca mata hitamnya Liam melihat Rosela yang tampak cantik pagi ini. Gadis itu memakai terusan casual tapi juga seksi yang membentuk tubuh gitar spanyolnya dengan sempurna. Make up gadis itu tidak berlebihan dan terkesan natural, membuatnya tampak cantik alami.

Dengan sigap Liam membuka pintu mobil belakang untuk sang Nona. Tapi Rosela hanya melirik sinis Liam sekilas lalu malah berputar dan masuk ke kursi depan. Tepat di samping kursi kemudi.

Rosela duduk bersandar seraya bersedekap dada. Wajahnya tidak terlihat ramah sama sekali, membuat Liam bertanya-tanya apa yang terjadi.

Seingatnya jadwal menstruasi Rosela masih dua minggu lagi. Jadi, apapun yang membuat mood sang nona berantakan, jelas bukan karena ulah hormonnya yang sedang tidak stabil.

Apa ada hal yang membuat Rosela marah pagi ini?

“Kamu sakit?” tanya Liam setelah memasang seat belt dan bersiap menyetir.

Namun, Rosela tidak menjawab, gadis itu malah sibuk dengan ponselnya. Liam yang tidak suka diabaikan oleh Rosela, pun segera menyita ponsel gadis itu dan tentu saja hal itu langsung membuat sang nona memelototkan kedua matanya marah.

“Hey! Kembalikan ponselku! Akan aku adukan ke Papa kalau kamu bekerja dengan tidak bertanggung jawab dan selalu bertindak seenaknya!”

Liam tidak menghiraukan ocehan Rosela, pria itu malah mendekat ke arah Rosela, membuat Rosela langsung berhenti protes karena aroma Liam yang manis, maskulin, dan juga sensual kini memenuhi indra penciumannya, merambat di kulitnya hingga membuat bulu kuduknya meremang, dan membuat kepalanya tiba-tiba tidak bisa berpikir dengan benar.

Liam memasangkan seat belt ke tubuh Rosela, lalu meraih dagu gadis itu dan memaksanya untuk memandangnya. Tentu saja, hal itu membuat kedua pipi Rosela langsung memerah. Karena jarak wajahnya dan wajah Liam sangatlah dekat.

”Kamu sakit?” tanya Liam sekali lagi. Kini, ia mencari validasi seraya menempelkan punggung tangannya ke dahi Rosela.

“Aku tidak sakit! Dan jangan menyentuhku! Aku tidak suka disentuh pria yang sudah punya kekasih!” kesal Rosela seraya menyingkirkan tangan Liam dari dahinya. Lalu, ia membuang wajah ke jendela. Sungguh, fakta kalau Liam sudah punya kekasih, benar-benar tidak disukainya. Ada rasa sakit dan panas di dadanya, saat Rosela kembali mengingat perkataan Camille kalau wanita itu permah melihat Liam bergandengan tangan dengan seorang wanita di mall.

Kalau sampai dipamerkan ke publik, berarti Liam memang benar-benar mencintai siapapun wanita itu. Karena Rose tahu sekali, tipe laki-laki seperti Liam biasanya hanya akan bercinta saja. Lalu, ia akan mencampakkan sang wanita setelah orgasme. Jadi, kalau memang cuma teman tidurnya, pasti Liam tidak akan mengajak wanita itu ke mall. Apalagi sampai mengklaim kepemilikan dengan menggandeng tangannya.

Liam tersenyum kecil saat melihat tingkah menggemaskan nonanya yang sedang cemburu. Lalu, ia melajukan mobilnya membelah jalanan Metropolitan City menuju ke gedung Female Magazine yang ada di pusat kota. Tempat di mana Rosela akan melakukan wawancara.

“Jadi, sekarang kamu juga menggosipkan aku?”

“Cih, memangnya aku kurang kerjaan? Camille yang memberitahuku kalau dia melihat kamu menggandeng seorang perempuan di mall. Wah, jangan-jangan kamu menipu gadis polos itu, ya? Karena aku tahu kamu tipe pria seperti apa Liam.”

Dan Liam tahu kalau Rosela berbohong, karena Camille tidak mungkin sudi mengurusi percintaannya bahkan mungkin sampai kematiannya, kecuali memang Rosela yang menyinggungnya duluan.

Sudut-sudut bibir Liam berkedut geli, tapi ia menahan senyumnya mati-matian.

“Memangnya, menurutmu aku orang yang seperti apa, Rose?”

The Bodyguard (#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang