31

187 37 6
                                    

Setelah kepergian Gisella, Rosela menangis di ruang ganti itu. Rosela menangis karena dadanya rasanya sesak, seperti ada paku berkarat yang ditancapkan tepat di jantungnya. Rosela menangis untuk sahabatnya, untuk hubungan baik mereka di masa lalu dan yang kini hancur berantakan. Rosela mengizinkan dirinya menangis saat ini untuk sebuah penyelasan, untuk sakit yang dirasakan sahabatnya, dan untuk masa lalu yang tidak bisa diubah.

Dan Rosela berjanji, ia hanya akan menangis hari ini dan saat ini. Karena masa lalu tidak bisa diubah, dan terus menyesali segalanya juga tidak akan mengubah apapun juga.

Tangis gadis itu terdengar menyesakkan, hingga Kenzo yang berniat untuk mengantarkan pakaian sang nona hanya menunggu di depan pintu. Ia tidak mau membuat sang nona merasa malu karena Kenzo melihat sang nona menangis seperti itu.

***

Kamu tahu apa fakta menyakitkan saat kamu tumbuh dewasa? Pekerjaan tidak akan menunggu kamu atau perasaanmu baik-baik saja. Oleh karena itu, walau tadi Gisella dan Rosela baru saja saling maki dan bertengkar satu sama lain, kini meraka berdua tengah duduk bersama sambil tersenyum di depan sutradara dan aktor lainnya.

Air mata mereka sudah lenyap, digantikan senyum manis di bibir masing-masing. Bahkan, saat ini Rose dan Gisell bertindak seperti sahabat lama yang berbagi kertas naskah berdua. Seolah tamparan tadi tidak ada, seolah tangisan mereka berdua hanya ada di dalam mimpi.

Mereka juga berbagi camilan seperti di masa lalu. Seperti saat mereka masih sahabat dekat dan suka berbagi cerita satu sama lain. Menginap di tempat satu sama lain. Karaokean dan eksperimen di dapur walau akhirnya makanan yang mereka buat tidak enak sama sekali karena keduanya memang payah dalam urusan dapur. Lalu, mereka akan  tertawa, bergadang sampai pagi buta, dan membahas soal masa sekolah mereka yang tidak biasa.

Dan untuk pertama kalinya di hari itu, hati Rosela dan Gisella tidak lagi kelabu. Namun, menghangat karena mengingat masa lalu yang membahagiakan. Walau mereka anggap ini pura-pura, walau ini hanya akting saja.

Tanpa mereka berdua tahu, kalau saat ini adalah saat terakhir mereka akan saling berbicara dan bertemu.

***

Walau saat ini badannya rasanya lelah luar biasa karena bekerja seharian. Rosela tetap keluar gedung Stars Entertainment dengan dagu diangkat tinggi dan badan tegap serta langkah pasti.

Kenzo berjalan di belakang sang nona sambil mengawasi kanan-kiri, untuk memastikan tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi pada nonanya.

Tiba-tiba langkah Rosela berhenti saat melihat Liam berdiri di depan Range Rover-nya sambil membuka pintu mobil dengan jari-jari yang tampak kokoh dan berotot. Membuat dada Rosela langsung berdebar kencang dan seluruh tubuhnya rasanya memanas. Khususnya di bagian pipi. Pikiran Rosela jadi gila lagi, lewat tembok kaca yang menampilkan bayangannya, Rosela sesekali melirik tampilannya sendiri. Untuk memastikan rambutnya masih rapi, dan bajunya menempel sempurna dan cantik di tubuhnya yang seperti gitar spanyol itu.

Liam memosisikan tangannya di kepala Rosela saat nonanya itu memasuki mobil. Lalu, ia berbagi kode mata dengan Kenzo dan masuk ke dalam mobil lalu duduk di samping Rosela. Sedangkan Kenzo duduk dengan tenang tapi juga kaku di kursi kemudi.

“Kenapa kamu duduk di sini?” tanya Rosela sinis tapi sebenarnya kini ia sedang salah tingkah. Karena lengan telanjangnya yang bersentuhan dengan lengan telanjang Liam membuat bulu-bulu halus di belakang lehernya meremang.

“Aku akan duduk di depan kalau keberadaanku membuat nona tidak nyaman.”

“Bu-bukan begitu. Biasanya kamu kan menyetir.”

“Sudah ada Kenzo yang menyetir.”

“Cih, dasar makan gaji buta!”

Lalu, Rosela menjatuhkan kepalanya yang terasa berat ke bahu Liam. Membuat bahu Liam menegang untuk beberapa saat.

“Daripada makan gaji buta, sebaiknya kamu jadi bantalku saja hari ini! Jadi, kelakuanmu yang seenaknya ini, tidak akan aku adukan kepada Papa! Tutup mulutmu, dan jangan banyak protes!”

Liam menjatuhkan punggungnya ke sandaran kursi, sehingga kepala sang nona bisa menyandar dengan lebih nyaman di bahunya.

Rose sesekali bergerak untuk mencari posisi yang lebih nyaman lagi, hingga akhirnya ia mulai memejamkan mata karena aroma Liam yang manis tapi maskulin, tubuh pria itu yang terasa hangat, dan suara detak jantung pria itu yang beraturan, bahkan lebih nyaman daripada ranjang queen size super lebar dan empuk di kamarnya. Bahu dan dada Liam rasanya nyaman, hingga tak menunggu waktu lama baginya untuk terbang ke alam mimpi. Padahal biasanya Rose akan sulit tidur, apalagi jika tanpa meneguk alprazolam pemberian psikiaternya.

Dan selama Rose bersandar di bahu dan dada Liam, Liam mengepalkan tangannya erat-erat. Agar tangannya tidak lancang untuk memeluk sang nona, mengelus rambut halusnya yang terasa harum, ataupun menyentuh pipi dan bibir sang nona yang memerah dengan sensual dan begitu menggoda.

The Bodyguard (#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang