56

165 32 2
                                    

Rosela bangun saat matahari sudah tinggi hingga cahanyanya yang menembus jendela membuat matanya begitu silau. Tubuhnya rasanya sakit semua tapi juga rasanya luar biasa. Seolah orgasmenya semalam benar-benar juga menghilangkan semua perasaan buruk dan negatif yang ada dalam tubuhnya.

Dan senyuman Rosela langsung mengembang saat merasakan sebuah tangan yang mengurung pinggang telanjangnya posesif. Rosela membalik tubuhnya pelan-pelan dan gerakan itu juga membuat Liam bergerak pelan. Tapi, tidak seperti kemarin, kali ini pria itu tidak langsung bangun dengan waspada. Liam masih tertidur pulas dengan napas naik turun yang teratur dan benar-benar terlihat sangatlah menawan.

Rosela tidak tahu ada kedekatan apa di antara keduanya. Seolah di masa lalu, mereka pernah bersinggungan sebelumnya. Karena Liam terlihat sangat familiar, semua tentang pria itu rasanya familiar. Pelukannya, aroma tubuhnya, tatapan matanya, semua itu seolah pernah Rosela rasakan sebelumnya.

Jari-jari lentik Rosela menyurusi wajah Liam. Mengingat rupa wajah pria itu dengan raganya, menyesap sampai ke jiwa. Membuat perutnya seperti diterjang badai kupu-kupu dan kepalanya dipenuhi oleh kembang api yang meledak-ledak dengan indahnya. Jelas ia tidak jatuh cinta, semua ini terlalu cepat disebut dengan cinta. Tapi perasaan ini begitu familiar, hangat, begitu mendamba, dan mengalir di seluruh raga dan jiwanya. Membuatnya menginginkan Liam untuk dirinya sendiri. Dan kali ini, ia tidak akan melepaskan Liam lagi.

***

Ternyata apartemen yang disipkan Papa tepat ada di samping apartemen Liam. Sebenarnya percuma saja misal ia harus pindah, toh setiap malam ia akan menyusup ke apartemen sang bodyguard dan tidur di ranjangnya yang hangat. Tidak usah pindah sekalian adalah pilihan paling mudah.

Tapi, Liam dan Papa pasti akan cerewet sekali jika ia mengutarakan apa yang ada pikirannya. Dan karena Rosela tidak mau memperpanjang masalah, jadi lebih baik ia ikuti alur permainan saja.

Sisanya gampang, nanti ia tinggal pindah apartemen saja setiap malam.

Dan harus Rosela akui, kalau apartemen ini di-design dan ditata memang sesuai dengan seleranya. Yah, gadis itu benar-benar akan betah jika harus tinggal selama apapun di tempat ini, tapi persetan tentu saja ia lebih memilih apartemen Liam.

“Ada yang mau Nona tambahkan di sini?” tanya Liam kembali bersifat profesional. Dan karena ada maid dan bodyguard lain di sini, ia jadi tidak bisa seenaknya bermanja-manja atau lompat kepelukan Liam seenaknya. Sial, padahal hari ini ia hanya ingin memeluk Liam lama-lama.

Rosela menggeleng seraya berusaha mendekat dan menempel pada sang bodyguard. “Tidak ada. Semuanya sudah lengkap, dan aku suka tempat ini.”

Liam mengelus punggung Rosela lembut, seolah menenangkan sang nona dan meyakinkan Rosela jika ia tidak akan ke mana-mana. Dan mood Rosela yang tadinya jelek, langsung baik kembali karena Liam juga seolah menikmati apa yang terjadi di antara keduanya. Jadi, baguslah setelah ini ia tidak harus berdebat soal apa yang terjadi di antara mereka semalam.
Karena sungguh yang ingin ia lakukan sekarang hanyalah diam berlama-lama di kamar dengan Liam. Hanya sehari lagi saja untuk mengisi energi dan bersiap. Karena besok, ia harus menyelesaikan semua masalah yang ada di hidupnya selama ini.

Rosela janji, hanya sehari saja.

Tapi sepertinya, sehari yang ia harapkan itu memang tidak pernah ada. Karena pada hari yang sama, dua jam setelahnya, Rosela memutuskan untuk pergi ke kantor polisi.

The Bodyguard (#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang