41

177 35 2
                                    

Liam mengekori Rosela yang berjalan santai ke ruang ganti nomor dua.

Lalu, ia memberikan setumpukan bikini dan baju dalam yang ingin Rosela coba dengan wajah super datar. Membuat sang nona diam-diam berdecih dalam hati. Karena berada di samping Rosela yang berniat telanjang pun Liam tak bereaksi sama sekali, membuat Rosela benci mengamini pikirannya sendiri kalau sang bodyguard memang tidak tertarik padanya sama sekali.

Hah, ternyata Rosela memang salah menilai Liam. Mungkin Liam memang bukan tipe pria bajingan, mungkin Liam memang tipe yang setia dan sangat mencintai kekasihnya itu.

Dan pemikiran itu, benar-benar membuat Rosela kesal sendiri. Sehingga tanpa sadar ia menarik resleting gaunnya sekuat tenaga, hingga resleting itu justru macet di tengah jalan.

Membuat Rosela tak bisa melepas bajunya, tapi juga tak bisa menaikkannya kembali. Sehingga kini leher gaun itu, tepat ada di dada sampai payudaranya.

Oh, shit, shit! Yang benar saja!

Lalu, karena leher gaun itu membungkus dada sampai payudara Rosela begitu kencang, gadis itu kesulitan berapas. Hingga ia harus mengambil napas dan dalam untuk mengisi paru-parunya.

Rosela masih mencoba menurunkan resleting gaunnya yang macet, tapi sekuat apapun ia berusaha, kepala resleting sialan itu masih ada di tempat yang sama.

“Nona Rose, kamu baik-baik saja?” tanya Liam karena mendengar Rosela seperti bergerak sana-sini di dalam ruang ganti. Sehingga berkali-kali terdengar suara buk-buk-buk saat siku atau pun lutut gadis itu terpentok sudut-sudut ruang ganti yang memang lebarnya tidak seberapa itu.

“Ya, aku baik-baik saja,” teriak Rose susah payah, karena harus mengatur pernapasannya agar stabil.

Namun, Liam tentu saja tidak percaya. Karena suara buk-buk-buk dari dalam sana semakin menjadi-jadi.

“Nona, kamu benar-benar baik-baik saja?”

“Ya, aku baik—AWW SHIT DASAR RESLETING SIALAN!” teriak Rosela karena bukannya turun ke bawah, resleting macet itu justru kini melukai jarinya hingga berdarah.

Liam yang mendengar suara teriakkan Rosela, tentu saja langsung mendobrak pintu ruang ganti itu dari luar.

Dan tentu saja, bukannya pemandangan Rosela yang tengah ditodong pisau hingga berdarah. Namun, Rosela yang tengah terduduk di lantai dengan leher gaun yang ada di dada sampai atas payudaranya, rambut gadis itu yang berantakan, jarinya yang berdarah, dan juga kening dan lehernya yang dipenuhi keringat.

Padahal Liam hanya menatap Rosela sembari tersenyum karena pria itu berpikir Rosela yang berantakan begini sangat menggemaskan. Namun, sang nona malah menatap bodyguard-nya itu galak.

“Kalau ingin tertawa, tertawa saja! Tidak usah ditahan!” teriak Rosela dengan wajah memerah, tapi walau gadis itu tampak marah, sebenarnya ia memerah karena tengah malu luar biasa.

Liam menutup pintu ruang ganti dengan kakinya. Ia tidak mau ada yang mengintip keelokan tubuh Rosela. Cukup dia saja, walau saat ini ia tengah menahan diri matian-matian agar tidak bersikap seperti binatang. Karena keadaan sang nona saat ini, benar-benar membuat tubuhnya terasa terbakar.

“Aku ada di luar. Jadi, Nona bisa memanggilku kalau memang butuh bantuan.”

Lalu, Liam membantu Rosela berdiri. Merapikan rambut sang nona yang berantakan dan mengaturnya hingga wajah cantik Rosela kini begitu jelas di matanya.

Terakhir, ia memutar tubuh Rosela sehingga ada di depannya.

Tubuh Rosela kini menghadap kaca, dan penampilan sang nona yang sangat berantakan benar-benar tampak seksi dan sensual.

Apalagi kini mata keduanya terkunci  lewat cermin, sengatan listrik dan gairah itu semakin menyambar-nyambar di ruangan sempit ini. Membuat keduanya tidak bisa bernapas dengan benar.

The Bodyguard (#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang