52

169 32 1
                                    

Liam tersenyum kecil saat melihat Rosela tertidur di bahunya. Padahal lima menit lalu sang nona baru saja mengomel karena ia sulit tidur.

Akhirnya pertahanan diri Liam runtuh, sehingga kini tangannya dengan lancang mengelus rambut Rosela dengan lembut dan mengecup puncak rambutnya sayang. Membuat Rosela semakin menyandarkan kepalanya di bahu Liam dengan nyaman.

Untuk beberapa saat Liam membiarkan Rosela tertidur di bahunya. Pria itu saat ini merasa deja vu, karena saat mereka diculik bersama dua puluh tahun lalu, Rosela juga selalu tidur bersandar seperti ini di bahunya.

Dalam bayangannya paling lancang sekali pun, Liam tidak pernah berani membayangkan akan bisa memeluk Rosela lagi seperti ini. Tapi akhir-akhir ini perasaannya sudah tidak tertahankan. Hingga ia jadi lebih berani dan lancang.

Walau pria itu hanya berani memeluk Rosela secara diam-diam saat gadis itu tertidur seperti ini.

Tentu saja Liam masih ingat ancaman Thomas Atmaja, dan ia tidak takut sama sekali. Karena jauh dari sang nona juga sama-sama membuatnya sekarat. Jadi, tidak apa-apa. Begini saja. Asal Liam bisa selalu sedekat ini dengan Rosela.

***

Rosela bangun dengan perasaan senang yang menyusup di hatinya. Entahlah, Rosela tidak pernah tidur senyenyak ini sebelumnya. Tanpa mimpi buruk, tanpa obat tidur, bahkan tanpa bangun berkali-kali karena insomnianya yang super parah.

Rosela merasa tidur dengan puas setelah sekian lama. Tubuhnya benar-benar terasa segar dan pikirannya begitu jernih. Bahkan, mood-nya juga sangat bagus. Sehingga senyuman Rosela langsung terbit seolah ia sangat yakin kalau ia akan menjalani hari yang sangat baik.

Masih dengan senyuman lebar, Rosela masuk ke kamar mandi lalu mulai membersihkan diri. Semua keperluannya sudah tersedia di sana, Liam memang bekerja dengan sangat baik, bodyguard-nya itu selalu tahu apa yang ia butuhkan tanpa diminta.

Setelah bersih, cantik, dan wangi, Rosela segera keluar kamar. Dan terlihat Liam yang sedang menata sarapan di dapur. Roti bakar rasa coklat favorit Rosela dan juga segelas susu murni.

Hi, good morning, Liam!”

“Selamat pagi, Rose! Aku sudah siapkan sarapan untukmu.”

“Terima kasih, Liam.”

Lalu, Rosela duduk di meja makan dan mulai memakan sarapannya. Ekspresi senang yang terukir di wajah gadis itu begitu kentara, membuat Liam diam-diam menarik senyumnya, karena sepertinya pagi sang nona berjalan dengan baik.

“Kau juga sarapanlah. Rotinya terlalu banyak kalau aku makan sendiri.”

Menuruti kemauan Rose, Liam pun segera duduk di hadapan sang nona untuk ikut sarapan.

“Kau sudah memberitahu dokter James kalau aku akan datang hari ini, kan?”

“Ya, sudah. Kita akan ke sana kapan pun nona siap.”

“Mungkin kita akan ke sana agak siang, ya. Tadi aku diberitahu oleh Jane kalau aku ada jadwal wawancara dadakan dengan suatu brand karena aku yang menjadi ambassador-nya. Tapi sebelum ke sana, aku punya waktu dua jam lagi. Jadi, temani aku ke rumah Giselle, ya? Dan ssstt! Tidak usah komentar apapun!” seru Rosela saat Liam mulai membuka mulut untuk protes. Yang membuat Liam kembali menelan semua komentarnya.

“Baiklah, aku akan mengantar ke mana nona akan pergi,” ujar Liam pasrah. Walau menurutnya apa yang dilakukan Giselle dan Rosela benar-benar sangat kekanakan.

Liam langsung meraih ponselnya yang bergetar karena menandakan ada telepon yang masuk. Dan senyum Liam langsung lenyap begitu mendengar kabar yang baru saja disampaikan Jacob.

The Bodyguard (#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang