25

209 38 2
                                    

Setelah memastikan kantor El sudah kembali seperti semula. Liam dan Jacob pun menuju ruang kesehatan karena memar akibat saling baku hantam tadi mulai terasa nyeri. Jacob mengompres hidungnya yang terluka paling parah dengan es batu, sedangkan Liam tengah duduk diam di ranjang ruang kesehatan seraya sesekali meringis saat Gillian mengoleskan salep memar di sekitar mata dan bibirnya.

Gillian hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat tingkah dua orang  sahabat yang lebih mirip saudara itu. Kadang mereka sangat akrab hingga rela mengorbankan nyawa satu sama lain, tapi di lain waktu—seperti saat ini—mereka akan saling baku hantam satu sama lain hingga salah satu tulang sang lawan retak atau patah. Dan Gillian sudah malas menanyakan apa penyebabnya, karena kadang alasan Liam dan Jacob saling pukul benar-benar tidak masuk akal. Ya, mereka bahkan pernah baku hantam sampai hidung mereka patah cuma gara-gara sesendok gula. Tidak masuk akal sekali, kan?

Namun, Gillian lama-lama paham, kadang mereka bertarung karena memang sedang ingin melampiaskan emosi yang menumpuk di dada masing-masing saja. Para lelaki memang tidak suka saling curhat sambil menangis untuk mengungkapkan isi hatinya, baku hantam sampai bonyok kadang malah membuat perasaan lebih lega. Babak belur atau tulang patah lebih baik daripada menangis sampai ingusan, yah ... Man and his ego.

Setelah denyut nyeri yang dirasakan Liam maupun Jacob berkurang, mereka pun segera menemui El yang sudah menunggu di ruang rapat. El yang tadinya sedang mendengarkan audiobook Harry Potter pun segera melepaskan headset yang ada di kedua telinga, lalu duduk tegap untuk menyambut dua anjing kampung yang sepertinya sudah baikan.

Liam duduk di samping Jacob, mereka berdua duduk berhadapan dengan El dan hanya pisahkan oleh sebuah meja.

“Melihat tingkah Liam yang seperti anjing gila, misinya kali ini memang benar-benar berat, El. Aku tidak tahu kamu ada masalah apa, tapi aku tidak menyangka kalau kamu benar-benar mengirimku ke gurun yang panas itu untuk bekerja bersama MJ! Dan Liam dengan Rosela. Hei, Sister, jujur saja kamu ada masalah percintaan apa?”

Partner-mu kemarin MJ?”

Yeah, dan melihat sebuah cincin di jari manisnya benar-benar membuatku patah hati sekali lagi. Sialan memang kamu, Bos!” protes Jacob lagi. Liam kini mengerti, sepertinya bukan hanya ia yang harus menghadapi cinta lama belum kelar. Mungkin nanti setelah ini ia bisa mengajak Liam minum-minum, karena baku hantam saja jelas tidak cukup untuk melampiaskan semua emosi mereka berdua.

“Oke, boys, aku tidak tertarik membahas soal betapa frustasinya kalian karena ingin sekali tidur dengan seorang gadis tapi tidak bisa.  Ada masalah yang lebih penting soal pengirim bunga mawar misterius itu. Dan ini mengerikan.”

Kini Liam dan Jacob pun berhenti bicara. Mereka kompak memandang El dengan serius untuk mendengarkan penjelasan sang bos selanjutnya.

“Tim forensik kita sudah memeriksa DNA dari darah yang ada di bunga mawar itu. Dan setidaknya ada sekitar 20 DNA dari orang berbeda yang terbaca. DNA kita juga ada di sana, lalu DNA Rosela dan Thomas Atmaja. Dan beberapa pelayan mereka.”

“Tapi bagaimana si white rose mendapat darah kita bertiga? Bukannya kamu selalu memastikan semua aman?”

“Tentu saja! Keamanan kita adalah salah satu yang terbaik di Metropolitan City! Tebakanku adalah seseorang mencurinya dari bank darah. Seminggu lalu kita memang melakukan pemeriksaan kesehatan bulanan, kan?”

“Wah benar-benar tindakan yang sangat nekat dan gila! Tapi kenapa darah kita bertiga?” tanya Jacob seraya menatap Liam dan El bergantian.

“Sebagai peringatan. Untuk tidak ikut campur lebih dalam,” jawab Liam seraya mengepalkan tangannya hingga ujung-ujungnya memutih. Liam benci fakta ini, karena tandanya, keselamatan Rosela benar-benar terancam.

The Bodyguard (#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang