32

163 37 1
                                    

Rose masih tertidur nyenyak saat Range Rover yang dikendarai Kenzo memasuki gerbang utama rumah keluarga Atmaja. Liam yang tidak mau membangunkan tidur nyenyak sang nona, pun memutuskan untuk menggendong sang nona ala bridal style sampai ke kamarnya.

Begitu memasuki kamar Rosela aroma manis khas gadis itu langsung menusuk indra penciuman Liam. Membuat rasa nyaman menyusupi setiap inci kulit Liam. Sepertinya rasa nyaman itu juga dirasakan oleh Rosela, rasa aman yang familiar, hingga gadis itu langsung tertidur nyenyak saat Liam menjatuhkan tubuhnya ke kasur.

Liam menyelimuti Rosela sampai dada. Lalu, diam-diam ia tersenyum kecil saat melihat wajah polos Rosela yang tengah tertidur nyenyak. Ia menyingkirkan poni Rosela yang menutupi wajah, lalu kembali menarik tangannya saat ia mulai berpikiran lancang untuk membelai wajah ayu sang nona. Merasakan kulit halus itu di jari-jarinya, seperti malam-malam menakutkan yang pernah meraka alami bersama dua puluh tahun lalu.

Kening Liam berkerut saat melihat bekas kemerahan di pipi Rosela. Hanya dengan sekali lihat saja, Liam sudah langsung tahu kalau bekas itu pastilah bekas sebuah tamparan.

Akhirnya Liam mengabaikan semua peringatan yang menjerit di dalam kepalanya, ia mengelus pipi Rosela yang kemerahan.

Dan Liam bersumpah, siapa pun yang sudah menyakiti gadisnya, benar-benar akan mendapatkan bayaran yang setimpal.

***

Setelah memastikan Rosela tidur dengan nyenyak, aman, serta nyaman, Liam  pun segera pergi ke ruang kerja Thomas karena sang bos memanggilnya ke ruangannya.

Begitu memasuki ruangan Thomas Atmaja aroma tembakau yang sangat pekat langsung menusuk indra penciuman Liam. Menandakan jika sang bos besar baru saja merokok dengan gila-gilaan. Tanpa peduli setelah ini mungkin ia akan masuk rumah sakit karena paru-paru tuanya bermasalah.

“Selamat malam, Tuan,” sapa Liam sopan seraya berdiri di depan meja sang bos. Lalu, Liam menyingkirkan rokok dan korek yang ada di atas meja lalu memasukkannya ke kantong celananya sendiri.

“Ah, apa sekarang kau sedang bertindak sebagai bodyguard-ku juga, Liam? Aku membayarmu untuk menjaga putri tercintaku, pastikan saja kau melakukan tugasmu dengan baik.”

“Dan aku pastikan aku akan melakukan tugasku dengan baik.”

“Ya, aku tahu.”

Lalu, Thomas menjeda ucapannya. Thomas mematikan rokok yang ada di tangannya, lalu menatap Liam tajam. Jenis tatapan membunuh, yang bisa membuat siapapun gemetar saat melihatnya.

Namun, Liam masih berdiri dengan tegap, ekspresi pria itu masih sama datarnya seperti sebelumnya. Seolah ia sama sekali tidak takut, walau Liam tahu seorang Thomas Atmaja punya segala kekuasan dan berbagai cara untuk memburu Liam bahkan sampai ke ujung dunia pun, kalau Liam membuat masalah.

“Dan aku juga tahu kalau kau menginginkan putriku. Ini peringatan pertama dan juga terakhirku, jangan sentuh putriku. Selalu ingat posisimu anak muda!”

Liam mengangguk mengerti seraya sedikit membungkuk. “Saya paham, Tuan. Apapun yang Tuan pikirkan sekarang, percayalah itu juga bukan hal yang aku inginkan.”

“Bagus, kalau kau mengerti.”

Lalu, tatapan keji nan kejam di mata Thomas Atmaja menghilang. Digantikan tatapan kosong penuh duka dan kesedihan.

“Rose tidak akan mau membahas hal ini terang-terangan. Tapi aku yakin, berita tentang mamanya pasti membuatnya sangat terluka walau Rose tidak mau mengakuinya. Jadi, awasi dia jangan sampai dia terluka, apalagi melukai dirinya sendiri.”

“Baik, Tuan.”

Tanpa diminta pun, Liam akan memastikan sang nona baik-baik saja. Walau itu berarti ia harus mengorbankan nyawanya sendiri. Karena jika bukan karena Rosela, mungkin Liam sudah mati dua puluh tahun lalu.

“Ah, ya, aku tahu Elisa sibuk. Tapi apakah kau bisa mengatur sebuah rapat dengannya?”

“Ada urusan apa kau dan El?” tanya Liam dingin dengan tatapan tajam mengancam. Liam mengerti kalau Thomas adalah bosnya dan orang yang membayarnya, tapi Liam bersumpah akan membuat perhitungan dengan Thomas sendiri kalau ia berani menyakiti El. Atau orang-orang yang berharga baginya.

“Tenanglah anak muda! Aku tidak mau membuat masalah dengannya. Aku hanya butuh bantuannya.”

“Kalau butuh bantuan, El, kau bisa bicara dengan Declan. Seperti saat kau merekrutku dulu.”

“Yang ini harus aku bicarakan langsung dengannya. Karena aku ingin meminta tolong secara pribadi.”

Dan tanpa penjelasan pun Liam langsung tahu, kalau Thomas akan meminta tolong langsung pada El hanya karena satu alasan.

Yaitu, Camelia Atmaja.

The Bodyguard (#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang