45

161 33 2
                                    

Liam menggendong Rosela ala bridal style dan Rosela dengan nyaman menyandarkan kepalanya ke dada Liam. Walau pelukan hangat Liam membuatnya lebih baik, tetap saja tubuhnya tidak bisa berhenti gemetaran karena ia masih mengingat dengan jelas kepala Camille yang bocor sampai darahnya menggenang di lantai.

Seperti biasa, Kenzo dan Liam berbicara lewat kode mata. Lalu, tanpa banyak bicara Kenzo membuka pintu belakang dan membiarkan Rosela dan Liam duduk berdua. Sedangkan Kenzo langsung duduk di kursi kemudi dan melajukan mobilnya membelah jalanan Metropolitan City yang tampak basah karena hujan.

Liam langsung bernapas lega saat mengetahui Camille sudah melewati masa-masa kritisnya walau saat ini ia masih koma.

“Bagaimana keadaan Camille?” tanya Rosela dengan suara gemetaran. Sungguh, ia akan terus menyalahkan diri kalau terjadi apa-apa pada Camille.

“Camille sudah melewati masa kritis dan akan mendapatkan perawatan terbaik. Dia akan baik-baik saja. Camille wanita yang kuat. Dia pasti akan bertahan.”

“Ini semua salahku kan, Liam? Seharusnya aku yang ada di posisi Camille saat ini. Karena semua surat ancaman pembunuhan itu ditunjukan padaku. Harusnya aku yang terluka saat ini! Harusnya aku!”

Liam membiarkan sang nona menangis di dadanya yang bidang. Dengan refleks ia pun mengelus lembut kepala Rosela, tangannya bergerak sendiri tanpa diperintah.

“Kita belum tahu siapa yang menyerang Camille dan apa motifnya. Jadi, jangan salahkan dirimu sendiri, Rose. Dan sudah tugas kami untuk selalu menjaga dirimu.”

“Tolong bawa aku dari sini, Liam. Aku butuh tempat yang tenang, tapi jangan pulang ke rumah. Pesankan saja hotel untukku seperti biasanya.”

Liam menyanggupi permintaan Rosela. Hingga ia menyuruh Kenzo untuk menuju ke hotel tempat Rosela biasa menyendiri.

Rosela sudah berhenti menangis, tapi tubuhnya masih begitu lemas dan seolah kehabisan daya. Hingga ia memutuskan untuk menutup matanya. Membiarkan kegelapan menenggelamkannya dan membawanya ke alam mimpi. Sehingga untuk sementara, ia bisa melupakan apa yang baru saja terjadi.

***

Bersama dengan orang-orang kepercayaannya dan El, Liam diam-diam memindahkan Rosela yang tengah terlelap ke tempat yang lebih aman.

Karena Liam pernah sekali kecolongan, dan pria itu akan memastikan ia tidak akan melakukan kesalahan yang sama dua kali.

Liam punya beberapa asumsi yang ia simpan sendiri di kepalanya. Dan semua kemungkinan bisa saja terjadi, oleh karena itu, tindakannya saat ini adalah tindakan yang paling benar.

Walau merayu Thomas Atmaja adalah hal yang sangat sulit. Dan untuk mendapatkan restunya, ia harus menjual nama El. Liam yakin, setelah ini El pasti akan sangat marah padanya. Tapi, Liam harap El akan mengerti. Karena di awal, El juga yang mendorong Liam sampai di sini. Walau sampai saat ini, Liam sendiri tidak tahu alasannya.

***

Liam dan Jake sampai di kediaman El bersamaan. Keduanya tak bercanda seperti biasanya, karena mereka paham kalau masalah yang tengah mereka alami benar-benar ada di code: red. Alias sangatlah fatal.

Belum pernah ada yang berhasil menembus keamanan seorang Liam sebelumnya. Hingga kini mereka bertiga harus melakukan rapat untuk membahas hal ini lebih serius dan dijadikan sebagai prioritas utama.

Karena sekarang, bukan hanya keamanan Rosela Atmaja yang terancam, tapi keamanan mereka juga. Sepertinya, pesan stalker yang menyuruh mereka untuk tidak ikut campur. Benar-benar bukan ancaman kosong belaka.

The Bodyguard (#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang