54

172 35 2
                                    

Mengabaikan semua peringatan dan juga alarm yang ada di kepala, Liam naik ke atas ranjang Rosela. Lalu memeluk Rosela dan membawa kepala gadis itu ke pelukannya.

Rosela pun menenggelamkan kepalanya di dada Liam, lalu menangis sepuasnya. Suara tangisan gadis itu begitu menyesakkan dan menyakitkan. Hingga hati Liam ikut sakit karena mendengar itu semua.

Liam mengelus kepala gadis itu dan mengecup kepala sang nona sesekali. Itu adalah hal yang bisa ia lakukan, karena Liam tahu tidak ada kata-kata penghiburan apapun yang dapat membuat Rosela lebih baik.

Jadi, Liam membiarkan sang nona menangis sampai puas dan juga sampai lega. Dan Liam tidak akan menghindar lagi, ia akan ada di dekat Rosela, memeluknya, dan mengecupinya dengan sayang. Tak peduli dengan status di antara keduanya, dan konsekuensi yang akan ia dapat karena melanggar peraturan.

Kini tangis Rosela mulai reda. Tapi, gadis itu masih bergelung nyaman di dada Liam. Dan sedih di hatinya sedikit menghilang karena tahu Liam tidak lagi menghindar, karena sebenarnya gadis itu tahu, kalau Liam juga menginkannya sebesar Rosela menginginkan pria itu.

“Liam....”

“Ya, Nona?”

Please, stay with me tonight.”

“Aku akan di sini. Tidurlah, setelah Nona bangun, aku janji akan tetap di sini.”

Seolah ingin menegaskan janji Liam, Rosela memeluk bodyguard-nya erat. Untuk memastikan jika Liam tidak akan ke mana-mana. Dan Liam pun membalas pelukan Rosela sama eratnya. Sehingga kehangatan kini membungkus tubuh keduanya. Kehangatan yang tidak hanya menembus sampai kulit dan tulang, tapi juga ke hati keduanya.

***

Rosela terbangun tepat pukul delapan malam. Dan senyuman gadis itu semakin melebar saat melihat Liam menepati janjinya. Sang bodyguard masih ada di tempat yang sama; satu ranjang dengannya, memeluknya, dan membiarkan dadanya sebagai bantal Rosela.

Rosela menjauhkan kepalanya dari dada Liam, tak peduli walau ia begitu suka saat mendengar detak jantung pria itu. Karena wajah Liam yang sedang tertidur juga pemandangan yang sangat indah. Membuat Rosela begitu suka saat memperhatikan wajah sang bodyguard yang begitu polos seperti bayi.

Rosela memandangi wajah Liam lama. Untuk sesaat ia lupa dengan semua masalah yang sedang menghadapinya.

Hanya ada Liam, dan Rosela begitu menginginkan pria itu.

Rosela mengelus pipi Liam lembut, hingga hanya dengan gerakan kecil itu, Liam langsung terbangun. Liam memang selalu tidur dengan waspada, membuat Rosela bertanya-tanya kapan Liam bisa tidur nyenyak tanpa memikirkan apa-apa.

Saat ini Liam mencengkeram pergelangan tangan Rosela, tapi kemudian ia melepaskan cengkeramannya dan membiarkan sang nona mengelus pipi dan dahinya lembut. Sebuah sentuhan yang membuat Liam terlena, hingga tanpa sadar memejamkan matanya karena nyaman.

“Tidurlah lagi, kali ini aku yang akan menjagamu. Di sini hanya ada aku, jadi kamu tidak perlu tidur dengan waspada.”

Liam mengelus kepala Rosela dan turun sampai ke pipi. “Bagaimana keadaanmu sekarang? Sudah lebih baik?”

“Ya, karena kamu di sini.”

“Aku akan di sini kalau Nona mau aku di sini. Aku akan menuruti apapun yang Nona Rose inginkan.”

Jarak wajah Rosela dan Liam begitu dekat, tubuh mereka saat ini bahkan saling menempel di ranjang. Hingga rasa panas dan sengatan listrik itu kembali manyambar-nyambar di antara keduanya. Membuat gairah keduanya naik sampai ubun-ubun. Bahkan, karena wajah mereka sangat dekat, mereka bisa merasakan hangatnya napas satu sama lain.

Then, kiss me, Liam. I want you to kiss me.”

The Bodyguard (#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang