53

140 29 3
                                    

“Liam, ada apa?” tanya Rosela saat melihat ekspresi sang bodyguard yang berubah gelap. Semua perasaan senang dan tenang yang sejak pagi menyelimuti gadis itu, tiba-tiba menguap bersama udara.

Perasaan Rosela berubah jadi tidak enak, gadis itu tahu sesuatu yang sangat buruk pasti sedang terjadi. Karena apapun yang membuat ekspresi seorang Liam berubah menjadi gelap seperti saat ini, sudah pasti itu bukan hal yang menyenangkan.

Liam mematikan telepon dari Jacob, lalu memandang mata Rosela.

“Sepertinya kita tidak perlu pergi ke apartemen Nona Giselle hari ini. Setelah bertemu Dokter James, kita akan pergi ke pemakaman.”

Rosela segera menyambar ponsel Liam dari genggaman sang bodyguard begitu ia mendengar kata pemakaman. Lalu, ia mengetik nama Giselle di kolom pencarian, dan begitu membaca headline teratas, tangis Rosela langsung pecah.

Giselle ditemukan bersimbah darah di apartemennya pagi ini. Dan ditemukan meninggal saat itu juga. Tidak perlu jadi jenius untuk Rosela tahu, jika sudah pasti Giselle dibunuh oleh white rose.

Ponselnya Rosela disadap.

***

Saat ini di salah satu TV Nasional, tengah ditayangkan secara live pemakaman dari Gisella Kim. Rosela hanya meringkuk di kamarnya, ia ingin sekali datang ke pemakanan sahabat tercintanya itu. Walau mulutnya terus berkata penuh benci, tapi sebenarnya ia mencintai Gisella seperti ia mencintai Erika. Dan mengetahui jika Gisella sudah tidak ada di dunia, benar-benar membuat hatinya begitu sakit dan terluka. Seolah hatinya tiba-tiba bertulang, dan diremukkan bersamaan. Benar-benar sakit sekali.

Namun, walau Rosela ingin sekali hadir di pemakaman Gisella, ia juga tidak bisa datang. Karena saat ini, Rosela dijadikan sebagai tersangka utama pembunuhan Gisella, karena cara meninggal Gisella Kim benar-benar sama seperti isi pesan yang mereka berdua kirim satu sama lain tadi malam. Sebenarnya hanya sebagai bercandaan, tapi sepertinya si white rose salah paham. Atau si psikopat bajingan itu tidak salah paham sama sekali, hanya saja ia memanglah manusia haus darah yang mengerikan sejak awal.

Rosela meringkuk di kamarnya. Ia tidak makan, tidak bisa tidur juga. Kedua matanya sudah melek selama 24 jam dan belum ada tanda-tanda akan terpejam sama sekali. Matanya terus fokus ke layar TV yang menayangkan berita tentang Gisella.

Liam masuk ke kamar sang nona, hatinya sangat sedih melihat wajah Rosela yang pucat.

Liam mendekat ke arah sang nona, lalu mengelus rambut Rosela lembut. Tak peduli tindakannya saat ini sangat lancang, atau jika Thomas Atmaja tahu, maka habislah nyawa Liam.

“Makanlah sedikit, nanti Nona bisa sakit.”

“Aku benar-benar sangat sedih sekarang. Sampai aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Kenapa semua ini selalu terjadi padaku, Liam? Kenapa? Apa sebenarnya salahku?” tanya Rosela seraya mulai menangis. Akhirnya perasaan sedih yang ditahannya meledak juga.

Rosela lelah pura-pura kuat, gadis itu begitu hancur. Dan ia ingin Liam tahu, betapa hancurnya gadis itu. Hanya di depan Liam, ia ingin berhenti pura-pura tegar. Ia ingin Liam tahu dirinya yang sesungguhnya. Yang saat ini hancur lebur, dan begitu terluka.

Pertahanan diri Liam akhirnya juga hancur lebur. Pria itu juga tidak bisa berhenti pura-pura tidak peduli. Hingga mengabaikan semua alarm yang berteriak nyaring di kepala, ia naik ke atas ranjang sang nona dan memeluk Rosela begitu erat dan penuh cinta.

The Bodyguard (#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang