78

5.6K 637 323
                                    


Berulang kali salsa berusaha memejamkan matanya untuk tidur. Namun semakin ia mencoba, mata nya justru semakin menolak untuk tidur. Jujur, salsa masih kepikiran dengan lian. Salsa merasa bersalah karena memilih untuk menolak suaminya tadi.

Salsa berbalik, mengubah posisinya jadi menghadap lian. Salsa menatap lian yang tertidur dengan posisinya yang sekarang sudah terlentang. Masih tidak terpikir oleh salsa, bahwa ada manusia yang bisa tahan sekali dengan dingin, bahkan sifat pria itu juga tak kalah dingin nya.

"Padahal lagi sakit, tapi masih tetap suka pake AC. Mana gak pake baju" batin salsa menatap lian.

Tangan Salsa terangkat memegang dahi lian. Suhu tubuh suaminya masih panas bahkan deru nafas lian terasa ikut panas juga.

Salsa bangkit dari tidurannya, melirik ke arah nakas yang masih terdapat obat yang tidak jadi di minum oleh lian tadi. Salsa berfikir, apa ia memang harus melakukan skin to skin untuk suaminya? Menatap wajah lian saat ini berhasil membuat salsa jadi tidak tega.

Akhirnya salsa memutuskan untuk bangkit. Mengambil plaster khusus yang berfungsi untuk meredakan deman. Untungnya ia memiliki stock plaster ini, jadi harapan salsa, semoga saja plaster ini dapat membantu meredakan suhu tubuh suaminya.

Salsa menempelkan plaster itu di dahi lian. Lalu, dengan sedikit keraguan, salsa hendak membuka baju yang ia kenakan. Salsa sendiri sebenarnya tidak percaya dengan skin to skin yang dilakukan untuk orang dewasa, karena yang ia tau, itu hanya berlaku untuk bayi, tidak untuk orang dewasa. Dan baru saja salsa hendak melepas bajunya, ia malah mendengar lian yang bersuara.

"Sayang...." suara lian terdengar pelan dan serak. Dengan sangat cepat, salsa kembali menurunkan bajunya.

"Kenapa?" tanya salsa kembali mendekat ke arah lian dan baring di sebelahnya.

Lian menggeleng pelan sebagai jawabannya, "Kenapa bangun?" tanya lian balik.

"Habis pipis" jawab salsa bohong, yang hanya dijawab anggukan pelan oleh lian. Pria itu tidak sadar dengan plaster yang ada di dahinya, matanya terlihat sayu menatap salsa yang kini juga ikut menatapnya. Mereka saling pandang dengan tatapan nya masing-masing.

Perlahan mata lian kembali hendak tertutup, namun kembali terbuka saat salsa kembali bersuara. "Kepalanya masih pusing?" tanya salsa, pertanyaan itu langsung dijawab anggukan pelan oleh lian.

"Makanya minum obat, diminum dulu itu obatnya di atas nakas" ucap salsa.

"Di peluk aja boleh? Mas kangen sama dua kesayangannya mas" ucap lian pelan menatap salsa dan perut besar salsa bergantian.

Tidak ada jawaban apapun dari salsa, ia hanya diam tanpa memberikan hal yang lian pinta.

"Gak boleh ya? Ya sudah gak papa" lian mengalihkan pandangannya dari salsa, lian tidak ambil hati. Lian justru kembali memejamkan matanya, dan menarik selimut untuk masuk ke alam mimpinya lagi.

Salsa masih dengan ego nya, ia hanya menatap lian yang mulai tertidur lagi. Bukan salsa tidak mau memberikan pelukannya untuk lian, tapi salsa ingin memberikan pelukan nya ketika lian tidur atau tidak sadar. Itu karena salsa tidak mau kalau lian akan selalu menganggapnya remeh. Kalau lian yang tidak bisa tegas, berarti disini ia yang harus tegas sama suaminya. Supaya lian bisa cepat sadar kalau rumah tangganya tidak akan pernah bisa baik-baik aja kalau yati masih ada di rumah ini.

Salsa masih terus memperhatikan lian yang sudah tertidur, deru nafas suaminya kini mulai teratur. Ketika salsa yakin lian sudah pulas, barulah perlahan ia menggeser tubuhnya agar jarak di antara mereka terkikis. Dengan sangat hati-hati, salsa mulai memeluk lian. Membawa kepala lian menjadi berbantalkan lengannya.

Sorry For Your GrudgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang