Sebuah robot, berbentuk hewan purba yang memiliki ukuran besar, bergerak di hadapan lian yang sedang tengkurap pada lantai kamarnya. Hanya dengan di lapisi sebuah karpet, lian terus memainkan robot dinosaurus itu pada posisinya.
Suara dari mainan itu terus menggema di seisi kamar mewah ini, karena lian yang terus-terusan menyalakan mainan itu tanpa henti. Mainan itu yang terakhir kali ia pakai saat mengajak anaknya bermain pada malam yang salsa mengatakan sang bayi tidak bergerak dalam perutnya.
Tatapan lian kosong, tapi sorot mata nya menyirat kesedihan. Sudah dari semalam, semenjak ia pulang dari pasar malam itu. Ia hanya bisa berbaring dengan keadaan nya yang tengkurap, tidak bisa telentang karena punggungnya yang masih terasa begitu sakit.
Entah apa yang ada di pikiran lian saat ini. Yang jelas, pria itu hanya diam pada posisinya dari semalam hingga pagi ini.
Ceklek
Suara pintu kamarnya terbuka, yang membuka itu adalah bi ratih. Terpaksa perempuan tua itu langsung membuka pintu kamar lian tanpa izin, karena mau izin juga percuma. Karena kamar ini yang masih dalam keadaan kedap suara, dan selain itu, lian pasti tidak akan perduli dengan apapun.
"Tuan..."
Bersamaan dengan panggilan bi Ratih barusan, mainan robot itu berhenti bergerak.
"Ada yang ingin bertemu" ucap bi ratih di ambang pintu.
Lian masih diam di posisinya, rasanya ia sudah tidak memiliki energi untuk bertemu dengan orang lain. Ia hanya ingin berdiam diri di kamar ini, menghirup sisa aroma tubuh salsa yang tersisa dalam kamar ini, dan menghabiskan waktunya untuk memainkan robot ini sambil membayangkan sang anak ada di hadapannya, walaupun ia belum pernah melihat wajah bayi yang masih berada dalam kandungan itu.
Bi Ratih memutuskan untuk mendekat ke arah lian, memberanikan diri untuk berbicara lebih banyak kepada sang majikan.
Saat sudah dekat pada lian yang masih tengkurap dengan lamunan nya, bi ratih rasanya seperti ikut meringis melihat punggung polos lian yang membiru dan bengkak. Pria itu, memang tidak mengenakan baju nya. Karena keadaan punggung itu tidak dalam keadaan yang baik saja.
"Tuan..." Sekali lagi, bi Ratih kembali bersuara.
"Yang mau ketemu mba salsa, dia ada di bawah" lanjut bi ratih.
Mendengar nama salsa, seketika lian mengubah posisinya. Ia langsung bangkit dan menatap bi ratih, seolah sedang memastikan dengan ucapan bi ratih barusan.
Bi Ratih yang di tatap lian, hanya mengangguk dengan senyuman.
Tanpa aba-aba, lian langsung meraih baju kaos nya di lemari dengan asal. Secepat kilat ia memakai baju itu lalu turun ke bawah untuk menemui salsa.
***
Salsa, masih berdiri di teras rumah lian ini. Memandang setiap sudutnya yang memiliki kenangan bagi salsa.
Teras ini adalah tempat yang dulu selalu menjadi tempat salsa menunggu lian pulang kerja. Menunggu lian yang pulang selalu larut malam pada awal pernikahan mereka dulu. Dan tempat ini, adalah tempat Yati memaksa nya untuk menandatangi surat cerai pada waktu itu.
Sekarang, salsa hanya bisa tersenyum sumbang kala mengingat itu, sambil menatap sebuah map berwarna coklat yang ada di tangannya.
"Sa..." panggilan dari suara pria ini membuatnya menoleh pada sumber suara.
Lian yang menatap tubuh perempuan yang ia rindukan kini ada dihadapannya, membuat nya langsung memeluk salsa erat. Akhirnya, 'salsa nya' pulang. Istrinya kembali, yang itu artinya keluarganya akan kembali utuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry For Your Grudge
General FictionBuat kalian yang baca cerita ini, mohon untuk memperhatikan part nya ya. Karena no part di cerita ini tidak berurutan. Jadi di mohon untuk teliti di setiap next part, trims 💙. ### Terpaksa menikah untuk menebus semua kesalahan dimasa lalu yang bahk...