Hembusan angin pagi membelai rambut lian yang telah mengering dengan sendirinya. Segala pakaian yang menempel di badan nya pun juga ikut mengering. Sejak semalam, angin adalah teman nya tidur.Berulang kali kepala lian menunduk-nunduk sambil memejamkan matanya. Menahan kepalanya yang memang tidak ada benda apapun sebagai bantalan untuk menopang kepalanya. Bersandar pada dinding, adalah satu-satunya cara untuk menahan kepalanya. Makanya sepanjang malam, kepala pria itu terus bergerak menunduk-nunduk karena menahan kepalanya sendiri.
Hingga pagi ini, karena kepalanya yang terus menunduk dan hampir jatuh ke dasar tanah, lian langsung terbangun dengan keadaan kepalanya yang sudah terasa sangat pusing dan matanya yang tampak merah.
Bagaimana tidak, tidur di luar ruangan, dengan keadaan baju yang seluruhnya basah, hujan deras terus turun disertai dengan angin kencang, itu bukanlah sesuatu hal nyaman. Tapi untungnya, pria itu sudah terbiasa dengan suhu dingin. Dia tidak masalah sama sekali dengan dinginnya angin yang menerpa kulitnya.
Lian melirik ke arah sekitar, ternyata pagi telah datang, dan semalaman ia masih ada di bawah jendela kamar ini. Lian mengusap wajahnya sekilas, lalu ia bangkit untuk melihat ke jendela lagi berharap salsa akan ia lihat. Tapi ternyata, kamar itu telah kosong tanpa siapapun.
Lian kembali melangkah, mendatangi pintu depan rumah minimalis itu. Ia mengetuk pintu itu lagi berulang kali sampai di bukakan oleh tuan rumah.
Tok... Tok... Tok...
"Nabilla! Salsa... Sayang..."
"Tolong bukain pintunya, mas mau ngomong sama kamu sa"
Panggilan ini terus lian ucapkan di depan itu. Sampai seseorang membuka pintunya, tapi kali ini yang membuka pintu itu bukan seseorang yang lian harapkan. Dia adalah perempuan yang bekerja di rumah ini.
Ceklek
"Maaf, mau cari siapa pak?" tanya ART itu dibalik pintu yang tidak sepenuhnya ia buka lebar. Karena ia sudah diperingatkan oleh majikannya sebelumnya.
"Saya mau ketemu istri saya, salsa dimana?!"
"Tolong panggilkan salsa, saya mau ketemu dia sekarang" ucap lian tak sabar.
"Maaf pak, tapi non Nabilla sama non Salsa lagi gak ada di rumah" jelas bibi.
Seketika wajah lian berubah menjadi panik saat ART ini mengatakan hal itu barusan. "Meraka kemana?! Apa mereka beneran pergi? Mereka pergi kemana? Tolong kasih tau saya!!" cecar Lian sangat terlihat panik.
"Tadi non pamit nya hanya jalan-jalan ke taman komplek sambil cari sarapan. Katanya sekalian ajak non salsa jalan kaki biar lancar nanti lahirannya" jawab ART itu seadanya.
Mendengar itu lian langsung bernafas lega, ternyata pikiran nya salah. ia terlalu khawatir serta takut, jika nabilla benar akan membawa salsa pergi jauh.
"Apa mereka sudah pergi dari tadi?" tanya lian lagi.
"Lumayan pak, dan seperti nya pulang nya juga masih lama. Karena non nabilla dan non salsa pasti akan makan di luar" jawab ART.
Lian lagi-lagi mengusap wajahnya. Sebenarnya ia ingin sekali menunggu dan menyusul salsa. Tapi, hari ini adalah jadwal terapi pertama ibunya, tidak mungkin lian tidak hadir di hari pertama terapi sang ibu, karena bagaimanapun ia harus memastikannya sendiri, mungkin pertemuan kedua dan seterusnya nanti, ia bisa serahkan sepenuhnya pada sus laras dan sus intan.
ART itu sudah hendak kembali menutup pintu rumah. Tapi langsung di cegah oleh lian.
"Eee bi, tunggu sebentar"

KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry For Your Grudge
Narrativa generaleBuat kalian yang baca cerita ini, mohon untuk memperhatikan part nya ya. Karena no part di cerita ini tidak berurutan. Jadi di mohon untuk teliti di setiap next part, trims 💙. ### Terpaksa menikah untuk menebus semua kesalahan dimasa lalu yang bahk...