Sama seperti hari-hari kemarin. Suasana rumah lian kini jauh terasa lebih kaku dan dingin. Entah itu pada siang hari, pagi, sore bahkan malam.Sama seperti pagi ini, seperti biasa seluruh penghuni rumah ini akan sarapan bersama di meja makan. Semuanya tampak fokus pada sarapannya masing-masing. Dan seperti biasa, di tengah keheningan yang ada, pasti Yati yang selalu memecahkan keheningan.
"Bang...." panggil yati menatap lian. Tanpa menjawab, seketika lian menoleh dan membalas tatapan yati.
"Abang sakit? Mukanya pucet" tanya yati masih menatap sang anak lekat.
Sama halnya dengan salsa, seketika ia langsung menatap wajah suaminya untuk memastikan dan menunggu jawaban.
"Engga bun, abang gak sakit" jawab lian seadanya. Kalau lian boleh jujur, kepalanya memang terasa berat dari kemarin, semenjak di kantor saat mendapatkan masalah di kantornya. Namun lian coba tahan dan mengabaikannya walaupun ia sempat berantem hebat dengan salsa semalam.
"Gak usah ke kantor aja lah bang, istirahat aja di rumah yaa. Abang pasti kecapean itu kerja terus" ucap yati lagi.
"Abang gak papa bun, gak perlu istirahat di rumah" jawab lian.
"Kan ada Nando, kamu bisa minta tolong sama dia. Nanti kalau dibiarkan malah tambah parah nanti sakitnya. Istirahat aja di rumah ya, besok baru ke kantor lagi" bujuk yati.
"Gak bisa begitu dong bun, Nando punya kerjaan nya sendiri. Kantor juga lagi banyak yang diurusin, gak bisa abang tinggal" balas lian.
"Tapi kesehatan itu lebih penting daripada kantor"
"Abang kan sudah bilang tadi, abang gak papa bunda.... Jangan khawatir ya..." balas lian lembut.
Salsa sedari tadi hanya bisa mendengarkan obrolan antara suami dan ibu mertuanya. Kalau boleh jujur, salsa juga menaruh khawatir dengan keadaan suaminya. Apalagi jika ia menyentuh suaminya saat membangunkan tidur tadi subuh, suhu tubuh suaminya terasa hangat. Tapi salsa rasanya malas untuk memberikan perhatiannya ke lian. Salsa tidak mau, segala perhatiannya malah membuat lian jadi salah mengartikan bahwa ia telah memaafkan suaminya.
"Ca, kamu ini gimana sih?! Suaminya lagi sakit kok gak ada perhatian-perhatian nya sama sekali!! Jangan mentingin ego terus!! Mau gimanapun juga anak saya yang udah kerja mati-matian buat menghidupi kamu!!" bentak yati pada salsa yang hanya fokus pada sarapan nya.
"Bun, sudah lah.... Jangan mulai lagi, abang gak papa. Abang gak sakit dan abang baik-baik aja kok" tegur lian.
"Jangan gangguin mantu nya dong. Jangan bikin masalah lagi pagi-pagi" lanjut lian.
"Terserah kamu! Dibilangin orang tua gak pernah denger!!" yati membanting sendok serta garpu nya di piring begitu saja, lalu langsung meninggalkan meja makan ini.
Lian membuang nafasnya kasar, meminum segelas air putih yang ada di dekatnya. Bagaimana kepala lian tidak pening, kalau setiap hari harus menghadapi hal yang seperti ini. Belum lagi dengan pertengkaran yang selalu datang di rumah tangganya dengan salsa akhir-akhir ini. Dan di tambah lagi, dengan perusahaannya yang seakan tak mau kalah ikut memberikan nya beban masalah dengan kerugian yang cukup besar.
"Apa yang dibilang bunda bener. Istirahat aja di rumah kalau badan nya berasa sakit atau gak enak" ucap salsa tiba-tiba tanpa menatap lian. Terdengar cuek, tapi salsa masih memberikan sedikit perhatiannya ke lian walaupun ia tetap fokus pada sarapannya yang hampir selesai.
Lian mengusap wajahnya, lalu beralih menatap salsa yang sama sekali tidak menoleh ke arahnya. "Mas gak papa, badannya juga berasa biasa aja, gak ada yang sakit. Mas akan tetap ke kantor" ucapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry For Your Grudge
General FictionBuat kalian yang baca cerita ini, mohon untuk memperhatikan part nya ya. Karena no part di cerita ini tidak berurutan. Jadi di mohon untuk teliti di setiap next part, trims 💙. ### Terpaksa menikah untuk menebus semua kesalahan dimasa lalu yang bahk...