70

6.3K 708 254
                                    


Dokter Agung memasukkan alat-alat medisnya ke tas medis yang ia bawa. Baru saja ia telah selesai memeriksa yati dan menjahit luka yati yang ada di lengannya.

Ya benar, luka yang ada di lengan yati cukup dalam dan besar. Hingga jika diperban biasa saja tidak akan bisa, jadi dokter Agung selepas memeriksa kondisi yati tadi, ia juga menjahit luka robekan yang ada di lengan perempuan tua itu.

"Semuanya masih aman pak lian, nafasnya bu yati masih stabil, asma nya gak kambuh"

"Hanya saja, tolong bu yati jangan sampai dibiarkan jatuh lagi, itu sangat berbahaya untuk kondisi bu yati. Dan kalau bisa, bu yati jangan sering terluka, mengingat bu yati ada diabetes. Bapak pasti sudah mengerti apa yang saya maksud kan?" ujar dokter.

Lian mengangguk samar menatap dokter tua yang sudah cukup lama ia kenali. Dokter yang telah lama membantu nya dalam proses penyembuhan ibu nya dari dulu. "Iya dokter saya paham. Tapi apa luka yang ada di tangan ibu saya bisa sembuh?" tanya lian.

"Inshaallah bisa pak, semoga saja luka nya cepat mengering sehingga apa yang kita takutkan tidak terjadi. Yang penting selalu menjalankan instruksi dari saya untuk selalu menjaga kebersihan pada luka di lengan bu yati"

"Terimakasih banyak dokter"

"Sama-sama pak lian. Saya permisi dulu, mari..."

Dokter laki-laki itu berlalu pergi dari kamar dan di antarkan oleh satu art.

Lian duduk dipinggiran kasur sambil memandang ibunya yang telah tertidur. Ia menarik nafasnya dalam-dalam untuk mengontrol dirinya sendiri. Lian terlalu takut kehilangan, rasanya lian tidak akan pernah siap jika kehilangan orang tersayangnya lagi.

Melihat yati yang tertidur di kasur, membuat lian jadi tersadar. Sudah beberapa hari ini lian memang selalu bersikap kurang manis dengan ibu nya sendri. Itu semua karena dirinya yang selalu berusaha untuk membela sang istri, karena sikap ibunya juga yang memang terlihat sangat menyebalkan jika bersama salsa. Hal ini membuat lian kadang jadi bingung dalam bersikap. Keduanya sama-sama perempuan yang ia sayangi. Tidak mungkin ia berat sebelah dalam menyayangi keduanya.

Lian menggenggam tangan yati yang tengah tertidur. "Abang tau ini semua berat buat bunda. Abang tau kalau luka itu pasti belum sembuh hanya karena ucapan maaf dari salsa, sekalipun pelakunya sudah di jatuhi hukuman yang paling terberat. Tapi abang harap bunda bisa dan mau belajar buat ikhlas. Ini udah takdir yang sudah digariskan untuk keluarga kita bun"

"Abang selalu sayang sama bunda. Abang gak akan pernah ninggalin bunda sampai kapan pun. Bunda gak perlu takut kehilangan abang, abang selalu disini dan akan tetap jadi anak bunda" ucapnya pelan.

"Abang tau kalau bunda belum bisa nerima salsa lagi seutuhnya kaya dulu. Abang coba untuk ngerti dan memahami hal itu. Tapi abang mohon cepat lah kembali baik bun, menantu bunda adalah orang yang baik. Dia berbeda dengan keluarganya. Semoga bunda bisa merasakan tulusnya hati salsa lagi ya, cepet akur sama salsa ya bun. Kalian dua perempuan yang abang sayangi" ucap lian pelan dihadapan yati yang ia yakini telah tertidur pulas.

Lian mengecup kening yati cukup lama. Ia usap pipi ibunya sekilas lalu ia pergi dari kamar ini untuk membiarkan yati istirahat dengan tenang.

Yati melirik pintu yang telah tertutup rapat. Ia belum benar-benar tertidur, dan yati dapat mendengar dengan jelas apa yang lian ucapkan kepadanya.

"Maafin bunda bang, tapi bunda rasa berpisah adalah jalan terbaik untuk kalian" batin yati

"Dari sekarang, bunda harus bermain cantik supaya perlahan kamu bisa melepaskan salsa" batin yati.

***

"Minum dulu ya mba salsa" ucap bi Ratih memberikan segelas air putih ke salsa.

Salsa pun menyambutnya dengan senyum yang terpaksa ia perlihatkan. "Trimakasih ya bi"

Sorry For Your GrudgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang