2

21.8K 1.2K 17
                                    

"Sebentar lagi Arga udah mau masuk sekolah, udahan minum susu pake dotnya. Ganti pake gelas, enggak malu nanti di lihat teman-temannya?" ujar Rania pada anaknya yang tiduran di pangkuannya Papa-nya sambil menikmati susu dengan botol dotnya.

Arga melepaskan dotonya lalu menoleh pada Mama-nya. "Enggak mau sekolah, maunya main." ucapnya lalu kembali menikmati susunya.

"Teman-teman kamu juga udah pada mau sekolah, di sana nanti lebih banyak teman lagi. Bisa main sama-sama nanti." ujar Rania.

"Di sekolah banyak mainan, ramai ada banyak teman juga, bisa jajan banyak-banyak di sekolah." imbuh Erlan sedikit menundukkan kepalanya, melihat wajah anaknya yang nampak tak tertarik sedikitpun dengan sekolah. Anak itu malah memejamkan matanya, memasukkan tangannya ke dalam baju Papa-nya, mencubit-cubit perut Papa-nya.

"Papa mau tambah susu lagi, mau yang penuh." Arga menyodorkan botol dotnya yang sudah kosong pada Erlan.

"Habis susunya belum beli lagi." ucap Rania, bukannya tidak mau memberikannya lagi, masalah ini sudah botol yang kedua. Yang ada nanti anaknya tidak mau makan karena kenyang minum susu.

"Ayo beli lagi." Arga mendongakkan kepalanya menatap Papa-nya.

"Tokonya belum buka, tutup sampai tahun depan." jawab Erlan ngambil botol dot anaknya lalu meletakkan di atas meja.

"Siang? Gak ada susu sampai siang?" ucap Arga beralih menatap Mama-nya.

Erlan menganggukkan kepalanya. "Iya enggak ada, besok juga enggak ada."

"Nanti bobok gimana?"

"Ya tinggal bobok aja, enggak usah sambil minum susu. Makan aja yang banyak, kenyang tidur." sahut Rania mengusap pipi anaknya yang sudah memerah dengan mata berkaca-kaca.

"Hiks, Papa ayo beli sapi yang banyak." tangisnya pecah dalam pelukan Papa-nya.

"Iya nanti beli yang banyak, udah jangan nangis." ucap Erlan dengan lembut mengusap punggung anaknya.

"Kenapa enggak ada susu dia minta beli sapi? Mau bikin pabriknya?" heran Rania dengan anaknya, ada-ada saja anaknya itu.

"Kamu yang sering bilang kalau susu yang di minum itu susu sapi. Ya jadi enggak ada susu minta sapi lah." balas Erlan.

"Kamu jadi mau pergi sama teman-teman kamu siang nanti?"

"Jadi, aku udah siapin makanan Arga. Nanti tinggal panasin aja sebentar." ujar Rania bangkit dari duduknya, dia membersihkan piring bekas sarapannya lalu membawa piring kotor itu ke dapur, sedangkan Arga. Anak itu sudah turun dari pangkuan Erlan, saat ini anak itu sedang bermain mobil-mobilannya di lantai ruang makan.

Erlan membantu istrinya membersihkan meja makan. "Sayang, bulan depan aku harus ke luar kota buat ngurus proyek di sana selama satu minggu. Kamu sama Arga mau ikut apa gimana?" ujar Erlan pada istrinya yang sedang mencuci piring.

"Di rumah aja lah, tahu sendiri Arga gimana kalau di tempat baru. Yang ada setiap malam minta gendong enggak mau tidur, lagian kamu kan kerja di sana bukan liburan."

"Tapi di rumah kamu cuma berdua, aku enggak bisa tenang kalau ningalin kalian berdua."

"Kalau kamu ke luar kota juga biasanya aku di rumah cuma berdua." balas Rania, memang setiap kali suaminya pergi ke luar kota dan dirinya hanya tinggal berdua dengan anaknya di rumah.

"Biasanya kan cuma dua hari sayang, itupun jarang, ini sampai satu minggu. Lama banget, nanti aku pulang anak aku udah enggak ngenalin Papa-nya gimana? Ikut aja ya, biar aku lebih tenang, anak aku juga enggak lupa sama aku."

Rania menghela napasnya, mematikan keran air lalu berbalik menghadap suaminya. "Ayolah sayang kamu bukan anak kecil kaya Arga, masa setiap kali ke luar kota aku sama Arga harus ikut. Di sana kan kamu kerja bukan mau liburan, lagian cuma tujuh hari. Enggak lama. Enggak enak juga sama bos kamu, Arga pasti ganggu kerja kamu."

ERLAN PANDU WINATA (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang