5

19K 938 20
                                    

Dengan kaki pendeknya Arga berusaha naik keatas kursi untuk mengambil sendalnya yang ada di rak sepatu paling atas. "Kenapa halus taluh tinggi-tinggi kan jadi susah ambil," ucapnya yang tak sampai-sampai untuk menggapai sendalnya, padahal ia sudah berusaha untuk menggapainya.

"Bental, ambil sapu dulu." ucap Arga lalu turun dari kursi dengan hati-hati agar tidak jatuh, bisa-bisa nanti Mama-nya marah kalau sampai jatuh karena naik-naik ke atas kursi.

"Sapu di dapul lagi, nanti malah enggak jadi pelgi kelual kalena Mama malah-malah. Enggak usah pake sendal deh, langsung pelgi aja ke lumah Agung. Nanti bisa pinjam sendal Agung buat main." gumam Arga mengurungkan niatnya untuk mengambil sapu, dia berjalan dengan berjinjit agar tak mengeluarkan suara, sesekali melihat ke belakang takut Mama-nya melihatnya keluar rumah.

"Mama aku pelgi main lumah Agung ya," pamitnya tanpa suara, hanya dengan gerakan bibirnya, lalu dengan pelan-pelan dia membuka pintu yang kebetulan sudah terbuka sedikit, jadi ia tidak perlu susah-susah untuk membukanya.

Setelah berhasil keluar dari rumah, Arga segera berlari keluar untuk pergi ke rumah Agung yang rumahnya hanya beda gang saja.

Sesampainya di rumah Agung, Arga berdiri di depan pintu gerbang. "Agung, ayo main." serunya sambil mengetuk-ngetuk pintu gerbang.

Tak berselang lama pintu gerbang di buka dari dalam, seorang wanita menghapri Arga, wanita tersenyum lembut pada Arga. "Agung pergi ke sekolah, Arga enggak sekolah?" tanya wanita itu seraya mengusap rambut Arga dengan lembut.

Arga menggelengkan kepalanya. "Lagi sakit Tante, jadi enggak pelgi sekolah. Papa bilang besok aja palgi sekolahnya." jawab Arga mendongakkan kepalanya.

"Arga lagi sakit? Kok pergi main? Mama-nya mana?"

"Di lumah, Mama lagi potong-potong sayul."

"Arga pergi ke sini sendiri? Nanti di cariin Mama gimana? Ayo Tante anterin pulang, atau Arga mau main di sini."

"Pulang sendili aja Tante, belani kok pulang sendili," ujar Arga lalu melambaikan tangannya pada Bunda-nya Agung. "Pulang dulu ya Tante, bay bay,"

"Hati-hati jangan lari, Pak tolong ikutin Arga pulang sampai rumahnya. Takutnya enggak sampai rumah malah main kemana-mana, kasihan nanti Mama-nya cariin." ucap Nindi pada sopir pribadinya yang sedang sibuk mencuci mobil.

"Baik Bu." patuh pria itu lalu mengikuti Arga dari belakang, memastikan anak itu benar-benar pulang ke rumahnya.

Pria itu berhenti mengikuti Arga ketika anak itu sudah masuk ke dalam rumah, ia juga mendengar suara Ibu anak itu yang sepertinya sedang menegur anaknya yang pergi keluar tanpa izin.

"Emang dasar anak kecil, enggak bisa lihat pintu kebuka dikit." gumam pria itu lalu segera pergi dari sana.

"Mama kan udah bilang jangan keluar, kenapa kluar enggak bilang sama Mama. Dari mana tadi? Enggak sekolah pergi main, tahu gitu tadi berangkat sekolah aja." omel Rania, tadi saat ingin memberikan cemilan untuk anaknya. Tiba-tiba saja anaknya sudah menghilang entah pergi kemana.

"Kelual sebental aja malah-malah, enggak jadi main, Agung pelgi sekolah." ucap Arga sambil membersihkan kakinya yang kotor dengan tangannya.

"Pergi sebentar, pergi sebentar. Nanti Mama kurung kamu sampai Papa pulang,"

Arga mendongak menatap Mama-nya. "Aku bilangin Papa nanti, Mama enggak sayang anaknya lagi. Malah-malah telus, padahal lagi sakit." ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya dengan sempurna.

"Mau telpon Papa, mau bilang istlinya malah-malahin anaknya telus."

"Bilang aja Mama enggak takut, Mama juga mau bilang. Arga pergi main keluar enggak pakai sendal, enggak izin Mama juga."

ERLAN PANDU WINATA (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang