7

5.5K 430 3
                                    

Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Anak kesayangan Erlan sekarang sudah beranjak remaja, banyak hal yang sudah berubah.

Namun masih ada satu hal yang melekat dan tidak berubah sedikitpun pada anak kesayangannya Erlan itu, anak itu itu masih sama seperti dulu. Yaitu tidak suka sekolah, menurutnya di sekolah itu sangat membosankan, tidak ada yang menarik kecuali bermain-main dengan teman-temannya di sana.

Pagi ini Rania terlihat begitu sibuk, di tengah kesibukannya menyiapkan bekal untuk anak dan suaminya. Sesekali dia melihat ke arah pintu kamar anaknya, yang sejak tadi belum juga ada tanda-tanda anaknya itu akan keluar dari kamar.

"Jangan-jangan tidur lagi dia, awas aja kalau sampai tidur lagi." geram Rania segera menghampiri anaknya yang masih ada didalam kamarnya.

"Arga-"

"Iya, ini lagi pake seragam. Sabar." ucap Arga dengan santainya, sedangkan Mama-nya terlihat begitu kesal.

"Kamu enggak lihat udah jam berapa itu? Buruan, awas aja kalau kamu terlambat lagi ke sekolah." pringat Rania lalu keluar dari kamar anaknya, melanjutkan pekerjaannya yang sejak tadi selalu tertunda karena anaknya yang sudah sekali di bangunkan.

"Mama ini setiap hari marah-marah, perasaan dari aku kecil sampai gede gini. Enggak pernah enggak marah, selu marah-marah." dumel Arga lalu segera keluar dari kamarnya sebelum Mama-nya itu kembali berteriak memanggil namanya.

"Jangan duduk, pake sepatu langsung." cegah Rania ketika Arga menarik kursi meja makan.

"Ini bekal sama sarapannya, sarapan di mobil. Udah terlambat kamu." ucapnya seraya memberikan kotak bekal dan juga kotak berisi sarapan anaknya.

"Masih pagi-"

"Jam tujuh lewat lima emang masih pagi kalau kamu enggak sekolah, tapi kamu ini harus berangkat sekolah, jam setengah delapan itu harus udah masuk sekolah. Udah mulai pelajaran, sedangkan jarak dari rumah ke sekolah empat puluh menit, ini udah terlambat. Sana buruan berangkat." sela Rania menarik tangan anaknya keluar dari rumah.

"Belum pamit sama Papa." ucap Arga melepaskan genggaman tangan Mama-nya.

"Papa masih tidur, nanti pulang sekolah Papa yang jemput." Rania menahan tangan anaknya yang ingin kembali masuk ke dalam.

"Pak, tolong antrian Arga ke sekolah ya. Terima kasih Pak, kalau anaknya nakal jewer aja Pak." ucap Rania pada Pak Agis, sopir pribadi anaknya.

"Baik Bu, tenang aja Bu. Arga enggak pernah nakal kok," ujar Pak Agis yang sudah siap duduk di kursi kemudi.

"Bilang sama Papa nanti jemput jam empat, aku ada pelajaran tambahan satu jam." ucap Arga lalu masuk ke dalam mobil.

"Nanti Mama bilang, jangan lupa sarapannya di makan. Bekal makan siangnya juga harus habis." ucap Rania melambaikan tangannya pada anaknya, dia masuk ke dalam rumah setelah mobil anaknya melaju ke jalan raya.

"Arga udah berangkat?" tanya Erlan yang baru saja masuk ke ruang makan.

"Baru aja jalan, nanti Arga minta di jemput jam empat. Katanya ada pelajaran tambahan satu jam."

Erlan mendudukkan dirinya di kursi meja makan, mengambil sepotong roti tawar yang sudah di siapkan istrinya. "Pelajaran tambahan, kok kayanya sering banget ya?" heran Erlan, sudah berberapa hari ini anaknya, sering pulang terlambat karena ada pelajaran tambahan, terkadang juga pulang saat matahari sudah terbenam. Karena selain pelajaran tambahan ada ekskul yang Arga ambil.

"Aku udah tanya sama Bunda-nya Agung. Katanya sih, Agung juga sama. Sering ada pelajaran tambahan," balas Rania lalu mereka berdua sarapan bersama, setelah sarapan mereka pun pergi ke tempat kerjanya masing-masing.

ERLAN PANDU WINATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang