17

5.8K 474 11
                                    

"Pa, itu teman kantor Papa kan? Mobilnya kenapa tuh kok berhenti di jalan gitu." tunjuk Arga pada sebrang jalan, di mana mobil Vara berhenti. Sepertinya ada masalah, terlihat Vara keluar dari mobil untuk mengecek mobilnya.

"Mogok mungkin." jawab Erlan sekilas melihat ke arah sebrang jalan.

"Papa enggak mau lihat, tolongin dulu?"

"Mama udah nyuruh kita buat cepat-cepat pulang, katanya ada tamu di rumah. Jadi kita harus cepat pulang, dia bisa panggil tukang bengkel bubut bantuin dia betulin mobilnya yang mogok." jawab Erlan tersenyum lembut pada anaknya. Ia tahu itu semua hanyalah akal-akalan wanita itu untuk menarik perhatiannya.

"Tapi kasih Tantenya," ucap Arga melihat Vara sepertinya kebingungan, dia menengok ke kanan dan kirinya untuk mencari bantuan, namun orang di sekitarnya tidak ada yang mendekatinya.

"Kalau dia langsung ambil handphonenya enggak perlu susah-susah begitu, tinggal telpon bengkel. Terima beres, dia bisa pulang naik taksi, atau ojek. Dia itu kerja di kantor Nak, enggak mungkin kan dia enggak pintar." ucap Erlan segera melajukan mobilnya agar anaknya tak terpancing dengan wanita licik itu.

"Iya juga ya, Mama yang enggak kerja di kantor aja pintar. Apa lagi soal marah-marah, nomor satu," ujar Arga sambil menikmati makan malamnya yang belum habis dari tadi.

"Tante yang tadi tuh pas aku baru datang marah-marah, giliran pas tadi aku mau pulang ramah banget. Apa kerena ada Papa?"

Erlan menganggukkan kepalanya. "Kerena jabatan Papa di kantor lebih tinggi dari dia, jadi dia begitu kerena Papa. Kalau enggak ada Papa ya seperti biasanya, balik lagi kaya pas ketemu kamu baru datang."

"Jadi dia baik cuma di depan bosnya doang?"

"Iya begitulah, jangan terlalu percaya dengan apa yang di lakukannya. Terkadang apa yang di lakukannya itu cuma buat cari perhatian agar orang itu terkesan atau merasa kasian dengannya." ucap Erlan. Sekarang Vara sudah melihat anaknya, ia yakin wanita licik itu akan memanfaatkan anaknya. Dan sebelum itu terjadi, ia harus menasehati anaknya agar tidak terlalu percaya dengan ucapan orang lain.

"Hmm, Tante itu kan teman Papa. Mama kenal juga enggak?"

"Kenal, Mama tau semua teman-teman Papa. Dari yang dulu seolah bareng sampai yang sekarang kerja bareng di kantor." jawab Erlan sekilas menoleh pada anaknya yang duduk di kursi samping kemudi. "Ayo makannya lebih cepat, sebentar lagi kita sampai rumah. Nanti di marahin Mama kalau makan enggak habis."

"Ini udah tinggl sedikit, lagian Papa sih. Aku enggak mau makan nasi di beliin yang ada nasinya. Harusnya lauknya aja." balas Arga, segera menghabiskan makanannya sebelum sampai rumah.

Setelah perjalanan kurang lebih tiga puluh menit, akhirnya mereka sampai di rumah. Arga turun dari mobil setelah Papa-nya memarkirkan mobil. Pandangan pertama yang di lihatnya adalah, sebuah mobil mewah yang terparkir di depan rumahnya.

"Tamu di rumah kita pejabat dari mana Pa? Tumben ada tamu pakenya mobil mewah gini." ucap Arga menoleh pada Erlan yang baru saja turun dari mobil. Bisanya kan yang bertamu ke rumah Agung dan kedua orang tuanya, tapi mereka datang jalan kaki.

"Papa juga enggak tahu, ayo masuk. Biar tahu siapa tamu kita." ajak Erlan lalu masuk lebih dulu, sedangkan Arga masih di luar. Mencoba mengingat-ingat, siapa yang memiliki mobil mewah di antara teman-temannya.

"Yang punya mobil mewah gini ya cuma satu orang itu. Jangan-jangan dia beneran datang ke sini, mampus gue." monolog Arga bergegas masuk ke dalam, untuk melihat siapa yang datang ke rumahnya.

"Papa aku udah tahu itu mobil punya siapa-" Arga menghentikan ucapannya ketika melihat seorang wanita cantik memeluk Papa-nya. Ia menutup mulutnya lalu berjalan mendekati Mama-nya. "Papa di tuntut tangung jawab?" bisiknya pada Mama-nya.

ERLAN PANDU WINATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang