𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝚏𝚒𝚟𝚎

777 83 31
                                        


B E H I N D   T H E   S C E N E

B E H I N D   T H E   S C E N E

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

"Kau memang hobi ikut campur dalam urusan orang lain?" Hyunjin menarik bahu kiri Jeongin dengan kasar kala lelaki bermarga Yang itu berniat pergi. Tubuh Jeongin pun termundur tidak elit, kembali ke posisi awalnya; dihadapan Hyunjin.

Jeongin mengangkat pandangannya perlahan. Jeongin menatap langsung manik mata Hyunjin yang menyala menandakan lelaki itu benar-benar dikuasai amarah walau raut wajah Hyunjin masih bertahan dalam mode datar.

"Dan kau hobi bersikap sombong begitu?" Jeongin bertanya balik ke arah Hyunjin; menantang lelaki itu masih dengan sedikit senyuman. Sungguh. Manusia macam Hyunjin hampir saja berhasil membuat wajah senyum dua puluh empat jam milik Jeongin runtuh.

Tak tak. Hyunjin melangkahkan kakinya maju beberapa langkah, mempersempit jarak antara dirinya dan Jeongin yang kepalanya berada satu jengkal lebih dibawah dari tatapannya.

Hyunjin terlalu merasa konyol dengan situasi sekarang.

Dan tidak memedulikan sama sekali emosi Hyunjin yang sedang membuncah, "Kau sadar tidak? Kau baru saja membuat staff tadi malu." Jeongin berusaha memperjelas. Mungkin Tuan muda di depannya ini kurang penjelasan selama hidup jadi Jeongin berniat menjelaskan dengan baik hati kepada Hyunjin kalau kelakuan lelaki itu tadi sangatlah tidak bagus.

"Dia yang salah."

Namun jawaban Hyunjin yang malah mementingkan satu pihak saja membuat Jeongin tidak bisa berkata-kata. Sepertinya keras kepala Hyunjin sangat-sangat mencakar tinggi melebihi pikiran Jeongin.

"Dia sudah meminta maaf. Lagipula hal buruk belum terjadi bukan? Jangan kekanakan." Jeongin kembali menjelaskan dengan sabar. Nafas panjang terus keluar dari bibir Jeongin. Senyuman Jeongin bahkan mulai melekuk aneh akibat senyuman yang dibuat paksa.

"Jangan kekanakan katamu? Hah!"
"Kau akan tanggung jawab jika aku mati nanti?"

"Kenapa sudah bahas sampai kesana? Kan hal itu belum terja—"

"Kalau terjadi? Kau akan tanggung jawab atau tidak?"

"Kau bersikap layaknya kau saja yang paling berharga disini."

"Bukankah benar aku yang paling berharga disini?"

Dan okay... Jeongin benar-benar menyerah sekarang.

Narsis. Itu adalah pendapat Jeongin selama peraduan mulutnya dengan Hyunjin. Jeongin memang tahu Hyunjin berasal dari Keluarga konglomerat; membuat lelaki itu dibesarkan dengan berharga. Tapi ayolah. Dimana-mana setiap manusia itu dibesarkan dengan berharga. Tidak boleh bersikap seenaknya begini macam Hyunjin. Memang hanya Hyunjin yang manusia disini?

Jeongin memijit dahinya yang kembali sakit. Kurang tidur yang terus menjadi ditambah kelakuan Hyunjin bisa-bisa akan menjadi serangan bahaya untuk kesehatannya. "Baiklah." Ujar Jeongin kalah. Ia tidak mau lagi berurusan dengan Hyunjin.

| 𝚂𝙴𝙰𝚂𝙾𝙽 𝙸 | 𝙱𝙴𝙷𝙸𝙽𝙳 𝚃𝙷𝙴 𝚂𝙲𝙴𝙽𝙴 ;  𝙷𝚈𝚄𝙽𝙸𝙽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang