Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-
Hyunjin dan Jeongin sedang berada dalam ruangan istirahat kecil yang ada dalam ruang pemakaman. Dua lelaki itu terbaring di atas matras tidur kecil khusus satu orang.
Tidak malas memeluk Jeongin yang menangis keras tadi, Hyunjin masih memeluk Jeongin yang kini sedang tertidur. Jeongin tertidur di sela-sela tangisannya. Menangis keras membuat tenaga lelaki Yang itu terkuras banyak.
Dengan tangannya yang melingkari pinggang Jeongin dan satu tangan tersisa yang sedang mengelus-elus kepala belakang Jeongin, Hyunjin menatap wajah Jeongin yang ada dalam pelukannya. Nafas Jeongin yang keluar masuk masih sesenggukkan karena menangis tadi. Mata dan sekitaran mata Jeongin basah, menunjukkan betapa banyaknya air mata yang menetes di sana tadi. Kelopak mata Jeongin bengkak. Hidung Jeongin memerah. Dada Jeongin tersentak-sentak setiap kali Jeongin mengembuskan nafas, karena sisa-sisa tangisan yang belum juga menghilang walau sudah dalam keadaan tertidur.
Hyunjin menekan belakang kepala Jeongin hingga wajah Jeongin tenggelam dalam dada bidangnya. Melihat wajah menangis Jeongin merupakan hal yang biasa untuk Hyunjin. Jeongin sering menangis saat dipeluk Hyunjin lalu-lalu. Wajah Jeongin yang basah akan air mata adalah wajah yang tidak asing untuk Hyunjin.
Tapi. Selama Jeongin menangis dihadapan Hyunjin, Jeongin tidak pernah menangis dengan alasan sakit hati. Hyunjin hanya pernah melihat wajah Jeongin yang menangis karena lelah berhubungan. Bukan menangis karena sakit hati. Mendapati wajah Jeongin yang menangis gegara terpukul karena ditinggal Keluarganya tadi sangat menggoncang mental Hyunjin. Saat air mata Jeongin menetes, jantung Hyunjin juga rasanya terjatuh ke bawah. Saat suara tangisan Jeongin memasuki telinga Hyunjin, suara-suara itu seperti pisau tajam yang memotong brutal jantung Hyunjin. Hyunjin hampir saja ikut menangis saat menghadapi Jeongin yang menangis di depannya.
Srek....
Srek....
Srek...
Menggunakan telapak tangan lebarnya, Hyunjin mengelus surai belakang Jeongin. Hyunjin mengelus surai lembut Jeongin yang mengeluarkan wangi lembut itu, lalu—
"Kau tidak sendiri, Yang Jeongin."
—Hyunjin berujar demikian dengan suara pelan. Hyunjin menundukkan wajahnya ke dalam puncak kepala Jeongin yang sedang tertidur. Lelaki Hwang itu menancapkan hidung dan bibirnya dalam surai hitam Jeongin sayang.
Tidak peduli Jeongin yang tidak bisa mendengar perkataannya ini, "Aku akan memberikan bintang jika kau meminta. Aku akan membuat semuanya ada di bawah kakimu jadi..." Hyunjin terus menggerakkan mulutnya.
Cup. Seraya menjatuhkan satu kecupan kuat di puncak kepala Jeongin—