Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-
"Berhentilah merajuk. Sebagai gantinya, aku akan membiarkanmu melakukan apapun saat jadwalku free nanti."
Demi menjadi nyatakan perjanjian suci Jeongin diatas, Hyunjin menunggu dengan jinak selama empat hari. Hanya memeluk erat Jeongin saat tidur bersama. Hanya mengecup pipi sebagai sapaan pagi. Hanya berciuman ringan sebagai salam sebelum tidur. Hyunjin bersikap sungguh jinak menahan segala nafsunya yang selama ini tidak terpuaskan demi mendapatkan kepuasan yang lebih surgawi.
Dan sekarang. Waktu yang telah lama Hyunjin tunggu sudah datang.
Seolah-olah tidak tahan lagi menunggu, Hyunjin langsung menyambar bibir Jeongin menggunakan bibirnya setelah berhasil menutup pintu mobil jok belakang. Hyunjin datang menjemput Jeongin di tempat jadwal Jeongin saking tidak sabarnya untuk mencumbu Jeongin.
Setelah mengusir Manager Ahn dengan berkata kalau ia yang akan mengantar Jeongin, Hyunjin akhirnya bisa menyentuh Jeongin malam ini. Kini Hyunjin dan Jeongin sedang berada dalam mobil mewah Hyunjin yang Hyunjin parkir di parkiran gedung studio. Hanya ada mereka berdua dalam mobil itu, dalam parkiran yang perlahan namun pasti berubah menjadi sunyi gegara mobil-mobil lain yang mulai dibawa keluar oleh si pemilik mobil yang hendak pulang.
Nafas panas antara Hyunjin dan Jeongin pun tertabrak ricuh dengan tidak sabaran. Tidak berhubungan badan selama hampir dua minggu membuat dua lelaki itu saling mencari. Tidak ada Hyunjin yang paling tergesah, ataupun Jeongin yang paling tergesah. Hyunjin dan Jeongin sama-sama tergesah.
"Ha.... Kita—bisa saja ketahuan—" dengan pipi yang memerah karena hawa panas dalam mobil, Jeongin berujar dengan nafas tertatih-tatih. Walaupun ini sudah larut dan parkiran mulai sepi, tetap saja Jeongin masih merasa cemas kalau kegiatannya ini akan dipergok seseorang. "Bagaimana kalau ada yang lewa—" belum saja membentuk satu kalimat yang sempurna, suara Jeongin terputus. Hyunjin telah menindih tubuh tipisnya hingga tubuh Jeongin terbaring ke belakang tanpa daya. Hyunjin juga melanjutkan kegiatan melahap bibir Jeongin, sehingga Jeongin tidak bisa lagi bersuara. Bibir Jeongin tertelan oleh bibir Hyunjin sepenuhnya.
Suara kecupan basah tercipta setiap kali bibir Hyunjin dan Jeongin bertabrakan. Lidah dua lelaki itu tersilang, saling menggosokkan permukaan lidah mereka yang tidak rata dengan rakus. Saliva berhamburan di sekitaran bibir Hyunjin dan Jeongin, tidak tahu apakah yang ada di sudut bibir mereka itu adalah saliva milik siapa. Hidung mancung dua manusia berbeda marga itu ikut berkecup-kecup, membagi hembusan nafas yang kini bersuhu sama.
Masih dengan tubuh yang menindih penuh tubuh Jeongin, Hyunjin menangkup wajah Jeongin. Hyunjin menekan kepalanya ke arah Jeongin, disertai tangkupan tangannya yang menarik wajah Jeongin agar ciuman mereka yang sudah terikat dalam itu akan lebih mendalam tanpa peluang. Hyunjin meraup bibir Jeongin seolah-olah hanya mengizinkan dua manusia itu cuma bisa bernafas melalui oksigen yang berasal dari paru-paru masing-masing.