𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝚎𝚒𝚐𝚑𝚝𝚎𝚎𝚗

1K 77 25
                                        


B E H I N D   T H E   S C E N E

B E H I N D   T H E   S C E N E

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Entah dengan pikiran apa Hyunjin membawa mobil tadi. Hyunjin tidak tahu. Setelah Jeongin bersikap manja di tangannya, Hyunjin langsung pergi ke kursi kemudi; membawa mobil Jeongin menuju ke rumahnya dengan cepat.

Hyunjin berniat menikmati Jeongin yang bersikap manis dan dengar-dengaran begini malam ini. Ini adalah kesempatan. Sangat jarang Jeongin akan bermata menurut begini.

Dan setelah sampai di penthouse mewahnya—

—Hyunjin kembali meraup rakus bibir Jeongin. Tidak ada lagi sisi sabar Hyunjin. Sekuat tenaga Hyunjin bertahan diri tadi agar ia tidak menyerang Jeongin ditengah-tengah lift.

Bagaikan ular, Hyunjin mengabsen segala isi mulut Jeongin dengan lidahnya. Hyunjin menelan setiap nafas panas yang keluar dari mulut Jeongin, tak membiarkan nafas Jeongin itu keluar menyapa udara luar mulut.

Tangan Hyunjin tak hanya diam. Dengan gerakan gercep Hyunjin kembali membuka satu persatu pakaian atas Jeongin dan melemparnya asal ke lantai marmer.

"Ah..." Jeongin berdesah kecil saat tangan dingin Hyunjin menyentuh tulang rusuknya yang kini tak terlapisi balutan kain itu. Yang bisa Jeongin lakukan sekarang hanyalah mendesah saat bibirnya memiliki peluang, bergantung di lengan Hyunjin agar tak roboh dan memejamkan mata kuat menerima sensasi yang Hyunjin berikan.

"Eungh..!!" Desahan kembali lolos dari bibir Jeongin kala Hyunjin meremas dada kirinya kuat. Rasanya sakit, tidak ada enaknya, membuat Jeongin merasa tidak nyaman. Jeongin pun memiringkan badannya sedikit agar dadanya bebas dari tangan Hyunjin.

Namun.

Bukannya melepaskan dada Jeongin, Hyunjin lebih menempelkan tangan besarnya itu ke dada Jeongin. Dan Hyunjin menindih tubuh Jeongin ke dinding agar pergerakan Jeongin terbatas, tak bisa lari dari sentuhannya.

Pergerakan merontah Jeongin lebih menjadi. Ia tidak suka dadanya diremas. Rasanya sakit. Jeongin pun berusaha keras mendorong tubuh Hyunjin yang sibuk mengecup kulit bahunya.

Tapi siapa Hyunjin... lelaki itu tidak ada niatan mundur sama sekali sebelum kulit bahu Jeongin berubah warna. Hyunjin terus meremas dada Jeongin dengan bibirnya yang juga sibuk menggigit bahu Jeongin.

Jeongin akhirnya menyerah mendorong tubuh Hyunjin. Tidak ada gunanya menghentikan Hyunjin. Jeongin pun kembali memejamkan mata, meremas lengan Hyunjin seraya menerima perbuatan bibir Hyunjin dengan lemas.

Cup.

Cup.

Kecupan Hyunjin berpindah. Mulai dari bahu, lengan, dan... kini dada Jeongin jadi korban. Hyunjin mengecup dada Jeongin, lalu melahap puting pink Jeongin.

Jeongin membuka matanya saat bibir Hyunjin menghisap puting dadanya. Saat diremas, dada Jeongin itu terasa sakit. Namun saat Hyunjin menghisap puting dadanya, Jeongin kehilangan kata-kata. Sensasi aneh yang besar menyerang perut bawah Jeongin. Bahkan gundukan dibalik dalaman Jeongin semakin membesar kala hisapan di putingnya semakin mengeras.

| 𝚂𝙴𝙰𝚂𝙾𝙽 𝙸 | 𝙱𝙴𝙷𝙸𝙽𝙳 𝚃𝙷𝙴 𝚂𝙲𝙴𝙽𝙴 ;  𝙷𝚈𝚄𝙽𝙸𝙽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang