Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-
Bagaikan orang yang baru saja menyelesaikan running jarak jauh di marathon, Jeongin mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Mengira Hyunjin hanya akan memakainya dalam satu ronde, dugaan Jeongin meleset jauh. Hyunjin memakainya satu malam penuh, tanpa kelihatan lelah sedikit pun. Hyunjin menghentak Jeongin satu malam penuh seperti binatang yang sedang naik birahi.
Jeongin tidak tahu dirinya cum berapa kali. Cairan sperma Jeongin bahkan tidak lagi kental dan berwarna putih ketika Jeongin cum ke terakhir kalinya tadi. Spermanya yang sempat Jeongin lihat tadi berwarna transparan dan tidak terlalu kental akibat terlalu banyak keluar. Hyunjin mencabut habis segala cairan yang bisa dikeluarkan Jeongin tadi malam.
Kini matahari mulai menunjukkan diri dibalik tirai tipis kamar Jeongin. Jeongin tidak menyangka sex pertamanya akan dilakukan bersama seorang sesama jenis dan orang sesama jenis itu adalah Hwang Hyunjin.
Dengan berbagai gaya yang tidak dapat dipikirkan Jeongin, Hyunjin mengganggu Jeongin semalaman. Hyunjin menghentak Jeongin dengan berbagai gaya, hingga Jeongin harus menangis karena sensasi asing yang tercipta setiap kali Hyunjin mengganti gaya. Jeongin bahkan malu jika kembali mengingat dirinya yang menangis meraung dalam dekapan Hyunjin tadi malam dengan tidak tahu malu.
Dan satu hal lagi.
"Ayo pindah ke agensiku."
Hwang Hyunjin, lelaki sialan itu terus berkata demikian setiap kali Jeongin cum. Hyunjin dengan sengaja melempari tawaran itu setiap kesadaran Jeongin menipis. Jeongin ingat betul bagaimana ia berusaha keras kemarin agar kewarasannya tidak terbang dan malah akan mengiyakan tawaran Hyunjin dengan bodoh.
Jeongin akui plan Hyunjin kali ini cukup cerdik.
"Ha... ha...." Dengan nafas yang masih tersengal, Jeongin berusaha tidur. Kelopak matanya sungguh berat sekarang. Bahkan Jeongin sudah tidak peduli dengan keadaan tubuhnya yang diselimuti sperma yang entah itu miliknya atau milik Hyunjin. Jeongin terlalu malas bahkan untuk berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Persetan. Jeongin sangat lelah. Tubuh Jeongin rasanya akan remuk.
Dan kira-kira lima menit sudah waktu berjalan, nafas Jeongin mulai teratur. Pemandangan dibalik kelopak mata Jeongin pun mulai menggelap, tanda lelaki Yang itu akan jatuh dalam alam bawah sadarnya sebentar lagi.
Okay. Sepertinya ini waktunya Jeongin untuk say goodbye dengan pagi hari ini untuk menuju—
"Yang Jeongin."
"....." Jeongin tidak mengindahkan panggilan Hyunjin yang sedang berbaring disampingnya. Entah lelaki itu yang terlalu berstamina tinggi atau Jeongin yang terlalu berstamina buruk. Hyunjin tidak kelihatan kewalahan sama sekali. Bahkan jika Jeongin tidak menangis kencang tadi meminta Hyunjin untuk berhenti, lelaki Hwang itu sepertinya masih akan lanjut menerkam Jeongin hingga matahari terbenam.