Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-
Jeongin merasakan kepalanya berputar-putar hebat. Kakinya lemas hingga jika Jeongin melepaskan gagang pintu, rasanya tubuh Jeongin itu akan merosot begitu saja ke lantai.
"Ha...." Jeongin menarik nafas lalu membuangnya panjang saat Hyunjin melepaskan tautan bibir mereka. Satu tali bening pun terbentuk, namun terputus bersamaan dengan wajah Hyunjin yang menjauh.
Jeongin mengangkat wajahnya untuk memeriksa wajah Hyunjin; berharap dengan melihat wajah Hyunjin, Jeongin akan tahu apa maksud perlakuan lelaki itu.
Namun.
"Sial...."
Bukan jawaban yang Jeongin dapatkan. Jeongin malah mendapatkan makian kecil Hyunjin disana.
Mulanya Jeongin ingin marah. Kenapa Hyunjin memaki padahal yang menciumnya itu kan Hyunjin? Bukan Jeongin? Jeongin juga sebenarnya ingin menolak ciuman Hyunjin namun tautan bibir yang Hyunjin buat terlalu memabukkannya hingga Jeongin lupa cara untuk menolak.
Disisi lain Jeongin kaget. Padahal setahu Jeongin, Hyunjin itu Aktor rookie. Tapi kenapa jago sekali berciuman?
Ciuman Hyunjin bahkan mengalahkan skill Jeongin yang notabenenya adalah Aktor handal.
"???" Dan disaat Jeongin sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Sesuatu menyentuh perut bagian bawah Jeongin.
Sesuatu...
Sesuatu yang keras.
Jeongin pun menatap ke arah bawah, arah yang sama dengan yang sedang ditatap Hyunjin.
Disitulah Jeongin mengerti.
Makian Hyunjin tadi bukan lah makian yang mengarah untuknya; tapi mengarah ke bagian bawah sana, ke arah milik Hyunjin yang telah bangkit, hingga menyentuh dengan tidak tahu malu perut bagian bawah Jeongin.
Dengan cepat tangan Jeongin yang awalnya sedang memegang mati gagang pintu itu berpindah ke bagian dada lebar Hyunjin. Jeongin mendorong dada lelaki Hwang itu agar Hyunjin dan juga batang dibawah sana akan jauh dari tubuhnya.
Tapi..
Nihil.
Hyunjin malah mendekap Jeongin kuat, menenggelamkan wajah lelaki itu ke ceruk leher Jeongin dalam. Hyunjin menanam hidungnya di leher putih Jeongin dengan matanya yang tertutup rapat.
Hyunjin lebih mendempetkan tubuh besarnya ke tubuh yang lebih pendek darinya itu kala tangan lentik Jeongin terus mendorongnya pelan.
Tubuh Jeongin pun jadi terjepit antara tubuh Hyunjin dan pintu berkat keras kepala Hyunjin yang tak berniat minggir.
"Awas..." susah payah Jeongin bersuara disela-sela kepalanya yang tak bekerja normal. Tubuh Hyunjin yang memeluknya keras membuat bagian bawah Hyunjin makin menyentuh perut bawahnya. Bahkan Jeongin sekarang dengan jelas dapat merasakan gundukan yang terbentuk di celana Hyunjin.