Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-
Akhir-akhir ini Manager Won lebih banyak berangkat kerja ke rumah Jeongin dibanding rumah Hyunjin. Hyunjin sudah duduk tinggal dirumah Jeongin bagaikan rumah Jeongin adalah rumah lelaki itu. Bukan satu dua kali pula Manager Won mengangkut pakaian dan beberapa barang milik Tuan mudanya tersebut untuk diletakkan dalam kediaman Jeongin.
"......."
Manager Won menatap Hyunjin dengan wajah lelahnya ketika pagi ini matanya malah disapa dengan wajah masam oleh Hyunjin. Ingin bertanya kenapa, tapi di sisi lain Manager Won malas untuk menerima amarah Hyunjin yang akan pecah di pagi hari yang cerah ini gegara ia salah bicara.
Dan Hwang Hyunjin. Si pemilik wajah masam. Kenapa lelaki itu berwajah masam pagi ini padahal dirinya telah berbaikan dengan Jeongin tadi malam setelah mereka berdua berperang dingin selama satu minggu?
"Yang Jeongin. Apakah aku bisa meminta jatahku yang selama ini—"
"Tidak."
"Kenapa?!!!"
"Aku ada jadwal besok pagi."
"Aku janji akan melepaskanmu sebelum matahari terbit—"
"Aku harus keluar jam tiga subuh besok."
"Bagaimana kalau sampai jam dua—"
"Tidak."
"Ahaha... satu ronde—"
"Tidak."
"Aku tidak akan memasukkannya dan hanya akan menggosok—"
"Tidur sekarang atau silahkan pulang."
"....." "Selamat tidur..."
Yang Jeongin.... Lelaki Yang itu.... Menolak untuk berhubungan dengan Hyunjin tadi malam. Betapa kejamnya Jeongin menolak Hyunjin padahal Hyunjin telah menawarkan berbagai tawaran yang tidak terlalu sulit untuk dituruti. Jeongin menolak Hyunjin tanpa merasa kasihan sama sekali. Jeongin tidak memedulikan Hyunjin dan malah mengancam Hyunjin; akan mengusirnya jika terus bicara.
Hyunjin jelas-jelas sebal. Satu minggu sudah Hyunjin menderita. Satu minggu sudah Hyunjin tidur tanpa menikmati suhu tubuh Jeongin yang hangat.
"Ha......" nafas panjang keluar dari mulut Hyunjin. Tidak menyentuh Jeongin secara intim selama satu minggu benar-benar membuat mentalnya hancur. "Ha......!!!" Kali ini nafas panjang dengan suara keras yang keluar dari mulut Hyunjin, memenuhi ruang tengah kediaman Jeongin. Hyunjin benar-benar frustasi. Sosok Jeongin yang terlelap disamping, dan hanya bisa dipandang tanpa bisa disentuh. Hyunjin menderita sekali.
Dikira akan melewatkan malam yang wah. Jeongin malah menolak karena lelaki Yang itu memiliki jadwal. Hyunjin sudah berusaha untuk mengerti. But.... Apakah Jeongin tidak kasihan juga dengan keadaan bawah Hyunjin? Bahkan Hyunjin juga sudah menawarkan beberapa tawaran yang tidak akan terlalu melelahkan Jeongin tadi malam. Tapi Jeongin....