𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝚏𝚒𝚏𝚝𝚢 𝚝𝚠𝚘

366 50 13
                                        


B E H I N D   T H E   S C E N E

B E H I N D   T H E   S C E N E

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Jeongin tidak menunggu Manager Ahn untuk diantar pulang ke rumahnya. Jeongin langsung mencari taksi setelah tubuhnya bebas dari area restoran. Tak lupa juga Jeongin menelpon Manager Ahn setelah naik ke taksi, agar pria Ahn itu tidak akan mencarinya. Jeongin berniat membiarkan Jaehyung tepar di depan restoran hingga tidak akan ada yang membantu Jaehyung yang pingsan disana. Biarkan manusia lain yang akan menolong Jaehyung. Kalau ada.

Tidak membutuhkan waktu yang lama. Jeongin telah sampai di kediamannya dengan selamat. Tit tit tit tit. Tiririritt— dengan cepat Jeongin memasukkan sandi pintu; angka yang merupakan hari lahir Hyunjin.

Jeongin mendorong knop pintu dengan pelan, without harapan kalau Hyunjin akan menyambutnya seperti biasa di depan pintu. Pasti perlakuannya meninggalkan Hyunjin di mobil sendirian tadi telah melukai Hyunjin. Seberapa pun kebalnya hati Hyunjin, jika didorong terus begitu, pasti akan terdorong juga. Jeongin yakin. Suatu saat Hyunjin akan malas dengannya yang suka menolak ini.

"Hwang Hyunjin....?"

Gerakan Jeongin terhenti dengan mata membulatnya saat siluet yang sangat ia kenal itu berada di depan matanya. Tubuh panjang yang sedang terduduk menyedihkan di depan lemari sepatu. Kepala yang tersandar patah harapan di dinding. Punggung lesu yang tidak beranjak bergerak walau Jeongin baru saja mengeja nama sang pemilik nama.

Hwang Hyunjin, ada didalam rumah Jeongin. Lelaki itu tidak pulang seperti dugaan Jeongin. Hyunjin masih mengabsenkan tubuh lelaki itu di kediaman Jeongin, walau keadaan lelaki itu kini terlihat sungguh menyedihkan.

Jeongin melangkah masuk dengan cepat. Setelah itu, Jeongin menarik tangan Hyunjin tanpa bicara apapun. Cuaca di luar masih sungguh dingin, membuat suhu ruangan lebih jadi rendah melebihi suhu diluar. Pasti Hyunjin terduduk di lantai yang dingin ini sejak lama. Keadaan sepatu yang masih terpakai sempurna dengan pakaian Hyunjin yang tidak berubah sejak ditinggalkan Jeongin dalam mobil itu menjelaskan semuanya. Hyunjin pasti duduk meratapi nasib di lantai dingin ini sampai Jeongin pulang.

Saat Jeongin menyentuh tangan Hyunjin untuk ditariknya ke dalam, tangan Hyunjin sedingin es. Bahkan Jeongin merasa kulit tangan Hyunjin sedikit mengeriput.

"Kenapa kau duduk disana! Kenapa kau tidak menyalakan penghangat ruangan dulu!" Seraya sibuk menyalakan penghangat ruangan, Jeongin memarahi Hyunjin. "Kau ingin mati kedinginan?" Lanjut Jeongin setelah berhasil mendudukkan Hyunjin di sofa. Lalu Jeongin berlari ke arah sudut ruang tengah, mengambil hotpack dan selimut pemberian fans yang ada dalam salah satu paper bag.

Srek! Jeongin melingkarkan selimut kecil ke bahu Hyunjin walau selimut mini itu tidak mampu untuk menghangatkan Hyunjin dengan sempurna. Lantas Jeongin merobek kemasan hotpack yang ada dalam tangannya, sebelum Jeongin menggoyang-goyangkan hotpack itu atas bawah agar hotpack-nya akan berubah menjadi hangat.

| 𝚂𝙴𝙰𝚂𝙾𝙽 𝙸 | 𝙱𝙴𝙷𝙸𝙽𝙳 𝚃𝙷𝙴 𝚂𝙲𝙴𝙽𝙴 ;  𝙷𝚈𝚄𝙽𝙸𝙽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang