Part 20

2.8K 142 25
                                    

"Ada sesuatu yang mau gue omongin. Malam ini di cafe bintang gue tunggu jam 8."

Audi terus melirik jam tangannya mengingat pesan tersebut. Sebentar lagi acara makan malam bersama keluarganya selesai. Audi akan segera pamit dari rumah ini menuju tempat yang disebutkan si pengirim pesan.

"Ayah, bunda, malam ini aku izin keluar sebentar, boleh ya?" Ragu-ragu audi meminta izin, ayah menatap anak perempuan satu-satunya itu.
"Mau kemana sayang?" Tanyanya. Audi yang tadinya memegang sendok kini meletakan sendok itu diatas piringnya.
"Aku ada janji ketemu sama temen malam ini" jawabnya. Audi meminum air dalam gelasnya menunggu jawaban selanjutnya dari ayah atau bunda nya.
"Temennya siapa? Ketemu nya dimana?" Kini bunda yang bertanya setelah menghabiskan makanan dari mulutnya.
"Em.. temen kelas bun, sekarang dia udah nungguin di cafe bintang"

Jeda, keadaan hening. Ayah dan bunda belum memberi jawaban, sementara audi menunggu dengan penuh harapan.

"Boleh." Bunda memberi jeda dalam ucapannya, sebelumnya audi bernapas lega akhirnya bunda mengizinkannya maka dia akan bersiap untuk berangkat.
"Tapi, dianter Billy ya!" Dan pergerakan audi terhenti mendengar kalimat terakhir bunda-nya.

Billy yang merasa namanya disebut langsung menaikan sebelah alisnya,
"Kenapa gitu bun? Padahal biarin aja dia berangkat sendiri"

"Em. Aku bisa ko berangkat sendiri, ini belum terlalu malem bun"

"Harus dianter billy, kalau ga mau ga usah pergi" bunda masih kekeuh pada kemauannya.

"Tapi kenapa bun?" Lama lama bunda bisa ngeselin juga.

"Kamu ini perempuan, gabaik keluar malem-malem. Karena itu bunda menyuruh kamu pergi sama adik kamu biar ada yang jagain"

"Ta-tapi bun" sergah audi terpotong oleh bunda nya.
"Kalau ga mau, ga usah pergi ya sayang" bunda nya tersenyum manis pada audi yang dibalas cibikan bibir mungilnya.

"Ya udah, aku mau dianterin billy" dan jawaban audi membuat billy cepat-cepat menghabiskan makanannya.

**

"Disini tempatnya?" Tanya billy setelah menepikan mobilnya. Dia melihat kearah cafe didepannya.
"iya, lo pulang aja duluan gausah nungguin gue"
Audi membuka pintu mobil diikuti billy yang ikut keluar.

"Ngapain lo ikutin gue?"
Dengan kesal audi bertanya.

"Jagain lo"

"Gausah, lagian gue ga macem-macem ko"

"Seengga nya gue harus kedalem buat liat wajah temen lo itu, siapa tau lo nanti diculik dan gue ga tau mesti curiga kesiapa"

"Gajelas lo" ketus audi lalu berjalan kedalam, yang pasti billy mengikutinya dari belakang.

Audi melirik area dalam cafe ini, banyak kursi yang telah diisi namun tak ada orang yang akan dia temui. Apa mungkin orang yang membuat janji dengannya belum datang? Tapi audi melirik jam di tangannya sudah lebih dua puluh menit dari jam yang dijanjikan. Baru saja audi ingin berbalik, seseorang memanggilnya.

"Audi!" Suara seseorang itu memberhentikan langkahnya, audi berbalik lagi, senang melihat temannya ada disini.
Febby yang baru datang dari arah belakang mungkin dari toilet langsung menghampiri kedua orang yang berdiri masih dekat pintu masuk itu.

"Akhirnya Lo dateng" mereka berpelukan layaknya teman perempuan.

"Sorry agak telat" sesal audi.
"Iya gpp ko" febby memakluminya, matanya melirik orang disebelah audi.
"Eh, ada billy. Hai Bil"
Senyum hangat yang diberikan febby tak digubris oleh billy, billy hanya membuang pandangannya ke arah lain. Seharunya billy lebih hati-hati jika ingin mengantar kakanya ini, kalau tidak bisa-bisa rahasia mereka terbongkar, meskipun kenyatan febby telah mengetahuinya. Tapi billy sedikit benapas lega, teman yang ditemui kakanya ini adalah perempuan.

"Eh. Bil, lo udah tau kan orang yang gue temui. Jadi lo boleh pulang duluan" audi memecah keheningan dari tak ada jawaba billy untuk sapaan dari febby.

"Gue bisa aja sih nungguin lo disini, tapi lebih baik gue nungguin diluar, dan kalau lo udah selesai langsung hubungi gue"

"Gue bisa pulang sendiri"

"Ini perintah dari bunda" bisik billy tepat di telinga audi, setelahnya dia pergi meninggalkan cafe yang mendadak diselimuti kecanggungan untuk audi-febby.

Febby membuang napasnya kasar. Memijit pelipisnya seperti orang kebingungan.
"Kenapa fe?" Tanya audi.

"Lo harus jelasin sesuatu ke gue" audi hanya mengikutinya dari belakang saat febby menarik tangannya menuju meja yang tadi dia pesan.

"Jelasi apa?" Kini mereka duduk berhadapan.
"Hubungan lo sama billy"

"Hubungan? Gue sama dia itu adik kaka, kan gue udah ngomong"

"Ada sesuatu yang kalian sembunyiin, iya kan?"

"Maksudnya apaan?"

"Kalian..." febby menjeda ucapanya menarik napas dalam-dalam untuk mengambil pasokan oksigen kedalam paru-parunya.
"Kalian terlibat sister-brother complex kan?"

Tidak, audi tidak berteriak layaknya adegan dalam sinetron, atau menyemburkan minuman seperti orang kebayakan saat mendapatkan pertanyaan yang mengejutkan sekaligus menyudutkan.

Audi hanya membuang pandangannya, berusaha mencari sesuatu yang lebih menarik atau untuk menghindari topik ini.

"Di, jawab gue"

"Apa? Pertanyaan lo ngaco"

"Gue serius, lo tinggal jawab aja. Karena yang gue liat diantara kalian ada sesuatu."

"Ga ada. Gue sama dia layaknya adik kaka biasa"

"Bohong, lo bohong. Dia suka sama lo kan? Apa dia pernah nyatain perasaannya?"

"Feb.." awalnya biasa saja namun lama kelamaan audi merasa gelisah mendapat pertanyaan dri temannya ini.
Bagaimana ini?

"Lo cerita aja ke gue di, siapa tau gue bisa bantu."

Audi menundukan kepalanya, tidak tahu harus bercerita atau tidak, tapi untuk mengurangi beban dalam pikiranya dia butuh teman yang mau mendengarkan, dan febby telah menawarinya.

"Iya" kata audi dengan satu tarikan napas. Mata mereka saling bertemu setelah audi mengangkat wajahnya. Terlihat guratan keterkejutan dari wajah febby mendapat jawaban dari audi.

"Gue ga tau harus gimana saat dia bilang cinta sama gue. Kita tau perasaan dia salah, tapi gue ga bisa hentiin dia. "

"Apa lo sama punya perasaan ke dia?"

Audi menggelengkan kepalanya, biarkan hanya dia yang tau perasaanya.

"Ini ga boleh dibiarin" gumam febby.

"Gue tau, ini salah. Perasaan dia salah. Perasaan gue salah (tambahnya dalam hati) . Ini lebih sulit dari kisah tentang dua orang yang kena friendzone, ini lebih sulit dari cinta terhalang karena perbedaan agama, ini lebih sulit.."

"Lebih sulit karena kalian sodara" timpal febby. Dan keadaan jadi hening.

Audi melirik kearah febby yang sedang sibuk dengan pikiranya sendiri, kemudian sebuah ide muncul.

"Feb, Lo harus bantuin gue"







**

Halo. Kelamaan update moga-moga masih ada yg mau baca. Hehe.
Sorry buat telat update soalnya kepotong sama liburan. Hehe.
Gue tau ini garing banget. Tapi jangan lupa
Buat vote.coment. nya.

Btw baca cerita baru gue juga Lagi on going judulnya "MAPS" bentar lagi ending.

Thx :*

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang