Marcell baru saja ingin menarik selimutnya saat pintu kamarnya diketuk dua kali.
"Den, ada tamu tuh. Temennya yang ganteng dateng kesini" teriak mbok mawar dari luar kamar marcell. Terdengar sedikit nada genit disana membuat marcell bergedik ngeri.
Pembantu rumahnya memang seperti itu jika bertemu dengan orang ganteng. Centil."Siapa ya malem-malem gini bertamu kesinggah sana pangeran? Ganggu waktu tidur aja." Gerutu Marcell sebelum turun dari kasur untuk membuka pintu kamarnya.
Saat dibukakan pintu nampak lah sosok mbok mawar dengan daster dan masker pemutih wajah yang membuat marcell menjerit kaget, seperti bencong bertemu hansip. Mbok mawar pun dibuat kaget.
"Astaga gue kira setan bi, bi mawar ngapain sih pake yang gituan??"
"Hehe. Bibi teh cuman mau kulit wajah bibi makin kenceng aja den."
"Ye udah tua mah tua aja deh Bi. Mana katanya ada temen gue yang ganteng tapi pasti masih gantengan gue, Bi?"
"Ada den dibawah. Mau bibi panggilin?"
"Ga usah, bi. Biar gue aja yang turun. bibi siapin minum aja"
Bukannya langsung pergi ke dapur, bi mawar mengikuti Marcel ke ruang tamu menemui tamunya.
"Billy. Ada apa, Bro?" Tanya Marcell ketika sampai di ruang tamu.
Billy berdiri, meringis saat melihat mbok mawar mengedipkan sebelah matanya.
"Kenapa Bro?" Tanya marcell, billy menggeleng.
"Dirumah lo, jam segini dedemit udah berkeliaran" gumam billy tidak jelas.
Saat marcel melihat kesampingnya, betapa ia kaget melihat mbok mawar masih ada disini.
"Mbok, ngapain masih disini? Bukanya bikin minum!"
"Eh, iya den"
Mendapat pelototan dari tuannya, mbok mawar mau tak mau pergi ke dapur, padahal dia masih ingin melihat cowo ganteng bernama Billy Davidson itu."Heran gue sama dia." Ketus marcell.
"Lo ngapain kesini, tumben?""Gaboleh gue kesini?"
"Ada apaan?" Tanya marcell taksabaran.
"Ga ada apa-apa."
"Lagian kalau ga ada apa-apa. Ngapain lo kesini?"
"Gaboleh banget gue kesini. Nyesel gue mampir ke rumah yang tuan rumahnya ga mau nerima gue" Billy beranjak, pura-pura marah.
"Eh, mau kemana lo? Kaya cewe ngambekan" tahan azof.
"Biar gue tebak, lo kalah ngejailin kaka lo itu ya?"
"Ngaco"
"Terus kenapa? Lo di tolak?"
"Gue cuman bosen."
"Bosen?"
"Iya kamprett!! Lo ko ngeselin banget jadi cowo."
"Slow dong. Gue kan ga tau lo bosen kenapa? Mangkannya cerita."
"Gue bosen aja nungguin dia"
"Dia siapa?" Marcell dibuat bingung.
"Ya siapa lagi, lo pasti tau."
"Oh.." marcell manggut-manggut. "Gue heran deh sama Lo, selama berteman sama gue, lo ga pernah cerita tentang cewe. Eh sekalinya cerita, lo jatuh cinta sama kaka lo sendiri. Sinting banget kan?"
"Kampret Lo" tangan billy terulur untuk menjitak kepala marcell.
"Lo pasti tau kan, kalau perasaan lo ini salah?"
"Gue tau, tapi hati sama pikiran gue gabisa sejalan."
"Mau gimana lagi, lo jangan mainin hati lo disini."
"Kalau gue gabisa?"
"Harus ada yang bisa bantuin Lo"
"Maksudnya?"
"Lo harus alihin pikiran tentang kaka lo dengan cewe lain."
Billy menghela napas berat.
Terlalu pusing dengan perasaanya.
Dia, belum pernah jatuh cinta seperti pada kakanya sebelumnya.
Dia, laki-laki yang tampan banyak dicari wanita tapi selalu bersikap cuek."Bagusnya menurut gue, lo harus nyari pacar. Dan biarin kaka lo punya pacar juga. Jangan sampe ada cowo yang mau deketin kaka lo, lo malah halangin, kan adik kurang ajar."
"Lo bisa ga sih nyeramahin gue tapi ga usah ngatain gue?"
"Terserah dah, terserah."
Keduanya diam, belum ada yang mau bicara, terlalu sibuk dengan pemikiranya sendiri.
Sampai sebuah nada dering dari telfon milik billy menyadarkan mereka.Billy mengangkat panggilan tersebut.
"Udah?" Tanya billy tanpa basa basi.
"Udah, lo dimana?"
"Gue kesana sekarang"
Marcell bertanya saat billy mematikan sambunganya.
"Dari siapa?"
"Audi."
"Dia lagi dimana?"
"Cafe bintang."
"Deket dong, lagi ngapain?"
"Kepo lo."
"Ye, mau gue bantu ga?"
"Apaan?"
"Lupain perasaan lo"
"Caranya?"
"Kepo." Kini marcell balik menoyor kepala billy.
"Terserah, dah terserah." Jawab billy lalu meninggalkan marcell yang sedang menyengir kuda diposisi duduknya.
Gue punya rencana bagus buat lo bil. Batin Marcell.
**
Pagi banget gue update.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
FanfictionAudi Marissa : "Jangan sampai aku jatuh cinta pada dia, Dia itu adik ku" Billy Davidson : "Sebenarnya aku ingin mengatakan aku menyukai mu tanpa harus memanggil mu , kaka"