"Dimana ruangan korban kecelakaan tadi pagi?"
"Pasien sudah dilarikan keruangan ugd. Untuk keluarga korban bisa menunggu diluar ruangan."
"Terimakasih, suster!"
Ayah dan bunda berlari menuju ruang ugd bersama anak perempuannya.
Didalam, anak laki-laki nya sedang ditangani dokter karena mengalami kecelakaan pukul tiga pagi hari ini. Mungkin karena anaknya marah, sedih, dan kecewa sehingga dia melempiaskannya dijalan raya.
Ayah mondar mandir dengan cemas, "Ini salahku, seandainya aku bisa menjaga mulut ini, semua tidak akan terjadi." Gumam ayah.
Sementara bunda sedang menangis didekapan audi berbicara lirih, "Ya Tuhan, selamatkan dia, ini salah ku."
Audi ikut menangis mendengarnya, bagaimana bisa ini terjadi begitu cepat. Baru kemarin mereka bertemu dan berbicara, tiba-tiba orang tuanya menemuinya dan menanyakan adiknya.
Audi yang berharap semua akan baik-baik saja ketika mereka telah menerima takdir, justru malah mendapat kabar bahwa adiknya pergi dari rumah dan detik selanjutnya kabar yang lebih mengejutkan diterima ayahnya bahwa adiknya mengalami kecelakaan.
Tapi, yang audi tak tahu, apa alasan adiknya pergi?
"Em, Ayah.." Panggil audi, ayah menengok kearahnya, begitupun bunda bangkit dari dekapannya.
"Kenapa?" Tanya ayah, duduk jongkok didepan anak perempuannya.
"Ke-kenapa billy pergi dari rumah?"
Ayah dan bunda merasa ditengggelamkan kedalam laut dan kehilangan cara bernapas.
Mereka diam. Bingung.
"Padahal aku sama billy, kemarin udah sepakat buat nerima tak--"
"Sayang sebenarnya,--"
"Maaf apa anda keluarga pasien didalam?" Seorang dokter keluar dari ruang ugd memotong ucapan bunda yang sebelumnya memotong ucapan audi juga.
"I-iya dok, kami keluarganya. Apa keadaanya baik-baik saja?" Ketiganya berdiri menghadap pada dokter.
"Pasien masih dalam keadaan kritis, dan dia kehilangan banyak darah, kalau ada keluarga bisa mendonorkan darah un--"
"Saya dok, saya ibu nya."
"Bunda," Ayah merasa kaget, begitupun audi.
"Kamu yakin, bun?"
"Aku mencobanya, pa. Dia pergi karena aku." Ucap bunda meyakinkan suaminya.
"Baiklah, ibu silahkan ikut saya."
Selagi bunda diruangan khusus untuk pengambilan darah, audi dengan ayahnya menunggu didepan ruang ugd. Mereka belum bisa diperbolehkan melihat keadaan billy karena masih kritis.
Taklama seorang suster membawa bunda kearah mereka.
Audi yang melihat keadaan bunda lebih pucat dari sebelumnya langsung membantu suster untuk membopong bundanya.
"Gimana bun, udah selesai?"
Tanya audi."Kami sudah mengambil sample darah ibu ini dan setelah kami memeriksanya, darah pasien tidak sama."
Jelas seorang suster.Ayah menatap bunda dengan tatapan sedih.
"Golongan darah saya dengan bunda berbeda, mungkin adik saya menyamai golongan darah dengan ayah. Kalau begitu, saya aja sus?"
"Jangan sayang.." cegah ayah, "Bi-biar ayah aja." Ujar ayah ragu. Firasatnya pun mengatakan keraguan akan kesamaan darah mereka.
"Enggak, yah. Biar aku aja. Ayah jaga bunda aja disini."
Ayah pun tak bisa menahan anak perempuanya untuk tidak pergi bersama suster yang akan memberitahu kebenaran.
**
"Coba cek lagi, sus. Mungkin ada kesalahan dalam penyamaan." Ucap audi kesal kepada suster yang baru selesai mengambil sample darahnya dan adiknya.
"Maaf, mba. Prosedur kami tidak pernah salah. Golongan darah mba dan pasien memang tidak sama. Bahkan tidak ada kecocokannya."
Audi diam saat mendengar penjelasan suster.
"Ta-tapi, sus.. di-dia adik saya. Bagaimana bisa darah kami tidak ada kecocokannya.." Audi bergumam dengan sedih.
"Mungkin, salah satu dari kalian bukan anak kandung."
Suster menjelaskan tanpa keraguan, dan itu membuat hati audi merasa teriris.Dia dan adik laki-laki nya bukan sodara kandung?
Mereka tidak sedarah?
Apa maksudnya..?Audi tak bisa menahan air matanya yang jatuh mengalir seperti aliran sungai.
Kenyataan apa ini?
Mereka tidak sedarah. Sulit dipercaya. Pikir audi.Dia berjalan dengan lemah keluar dari ruang lab. Menemui kedua orang tuanya.
Ayah berdiri menyambut wajah anaknya yang menekuk, sedih, kecewa, bingung.
"Sa,sayang.." Panggil ayah.
"Kenapa ayah?" Teriak audi ketika jarak mereka tinggal dua langkah lagi.
Ayah berusaha menggapai anaknya untuk dibawa kepelukan tapi audi mundur satu langkah."Kenapa darah kita gak sama dengan billy, ayah?? Dia anak kalian, dia adik aku, tapi kenapa darah kita tidak mengalir ditubuhnya, kenapa??" Audi menangis meraung, tak memperdulikan tatapan orang lain. Yang dibutuhkan adalah kebenaran dari orang tuanya.
"Audi, audi kamu tenang dulu." Ucap ayah yang juga telah menangis.
"Gimana aku bisa tenang disaat adik aku didalam sedang membutuhkan bantuan, tapi tidak ada satupun dari keluarga kita yang bisa membantu."
"Kita akan mencari bantuan yang disediakan dari rumah sakit, nak!"
"Tapi kenapa? Kenapa kita tidak bisa membantunya ayah? Kenapa dia berbeda dengan kita..." ucapan terakhir audi melemah ketika dirinya sudah ambruk dilantai, dia bersimpuh sambil menangis.
Mulutnya tak berhenti bergumam menanyakan kenapa, kenapa, dan kenapa.***
Halloo... tadinya part ini mau sampe end, tapi ternyata
masih panjang,
jadi sampe sini.Dan ini belum end.
Insyaallah nanti cepet buat next partnya. (doain aja)
Dan oh iya guys.. gimana dengan kalian saat audi tau kenyataan mereka bukan sodara kandung?
Kira-kira mereka bakal bersama sebagai kakak-adik, atau pacaran?
Satu part lagi end. Dan kalian jangan kaget klo baca endingnya. Karena masih ada kejutan di epiloge.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
FanfictionAudi Marissa : "Jangan sampai aku jatuh cinta pada dia, Dia itu adik ku" Billy Davidson : "Sebenarnya aku ingin mengatakan aku menyukai mu tanpa harus memanggil mu , kaka"