"Kamu sudah siap?" Tanya Ayah pada Billy.
Billy mengangguk sebagai jawaban iya.
"Kaka kamu mana?" Tanyanya lagi.
Billy menggedikan bahu sebagai jawaban tidak tahu.
"Kamu cari dia ke kamarnya, suruh dia lebih cepet!" Perintah ayahnya.
Billy menaiki tangga enggan.
Malam ini dia tidak memiliki semangat untuk berjalan.
Dan dengan enaknya ayah bersama bundanya malah memaksa dia ikut ke acara pesta perusahaan.Tanpa mengetuk pintu terlebih dulu billy masuk kedalam kamar kakanya.
Dilihatnya audi yang sedang berdiri didepan cermin, tanganya dibelakang kepala sedang membenarkan ikatan rambutnya, dia tidak menyadari ada yang masuk karena kepalanya sedikit menunduk.
Billy berjalan mendekati audi, dipegang tangan audi membuat audi kaget.
"Biar gue bantu!" Kata Billy.
Audi masih menatap billy dengan wajah yang dimiringkan hingga jarak antara wajah mereka dekat.Perlahan, audi menurunkan tanganya lalu membiarkan billy merapihkan dan mengikat rambutnya.
Didepan cermin, audi bisa memperhatikan pantulan wajah billy dengan jelas.
Terlalu serius memperhatikan wajah billy hingga dia tidak sadar bahwa wajah billy kini dekat dengan leher jenjangnya yang terbuka karena rambutnya telah diikat keatas.
Billy menghembuskan napasnya diarea paling sensitif untuk wanita membuat audi bergidik dengan refleks dia menahan napasnya membuat detak jantungnya kini berdetak dengan irama sangat cepat.
"Terpesona, huh?" Bisik billy ditelinga kiri audi, mata mereka bertemu dicermin dihadapanya.
Audi ingin mangalihkan pandangan dari bola mata hitam milik billy namun itu sangat sulit, tatapan mereka seakan terkunci.
Dikecupnya bagian leher audi membuat audi tersadar kembali.
Audi berusaha menormalkan detak jantung juga perasaan anehnya.Membalikan badannya hingga mereka kini berhadapan.
"Lo gila!" Desis audi.
Sebelum audi berjalan melewati tempat billy berdiri, tanganya dicekal membuat dia berhenti.
"Ada hubungan apa lo sama Marcell?" Tanya billy.
Bukanya menjawab audi hanya diam, hanyut dalam pemikiranya sendiri.
Sampai seseorang membuka pintu kamarnya, dan menyuruh mereka segera turun."Maaf non, kalian sudah ditunggu Tuan" kata pembantunya.
Audi melepaskan tanganya, lalu berjalan meninggalkan billy.
**
Cemburu.
Itu yang dirasakanya saat ini.
Bagaimana bisa temanya mendekati orang yang dia sukai, bahkan mereka terlihat sangat dekat.Billy meneguk sampai habis wine dari gelasnya. Mungkin, sudah tiga gelas yang dihabiskan, karena tempatnya minum jauh dari jangkauan orang tuanya.
Mata billy menyipit kala melihat kakanya berjalan sendirian.
Dengan seulas senyum dia menghampiri kakanya.
Audi baru saja keluar dari toilet perempuan, sebelum dia berbelok keluar tanganya dicekal membuat dia terhuyung kembali kebelakang.
"Billy!" Ucapnya kaget.
Audi melihat mata billy merah, "lepasin bil," audi memelas.Bukanya melepaskan, billy menarik audi, hingga mereka kini berada dilorong yang lumayan gelap karena kurangnya pencahayaan lampu.
"Bil, lo mau ngapain sih? Lepas!!" Audi meronta meminta dilepaskan.
"Diem," bentak billy.
Audi terpaku mendengar bentakan dari adiknya.
"Mau lo apasih, bil" lirih audi, dia sudah lelah dengan kelakuan adiknya sendiri.
"Mau gue.." billy menggantukan ucapanya, matanya menatap tajam kearah audi. "Loe!" Telunjuknya ditunjukan kearah wajah audi.
"Loe yang gue mau, audi. Haha" teriak billy diikuti tawanya.Audi mengernyit bingung.
"Gue ga suka lo deket-deket sama cowo lain, apalagi temen gue, lo tau kan kalau gue cemburu" ucap billy, sesekali dia tertawa.
"Billy lo mabuk?" Tebak audi.
"Ada hubungan apa lo sama si pengecut itu hah?" Desak billy, dia merapkan jarak mereka, membuat audi harus membuang muka karena tak ingin berhadapan sedekat ini dengan billy yang bisa mencium aroma wine dari mulutnya.
"Jawab gue!" Billy membalikan wajah audi.
"Bukan urusan Lo, bil" jawab audi dengan nada datar.
"Gue ga mau liat lo deket-deket dia!" Teriak billy.
Matanya terlihat merah seperti menahan sesuatu.
"Lo adik gue, bil" lirih audi, ucapanyan seperti garam yang ditaburkan diatas luka yang belum kering. Perih.
Itu yang dirasakan billy saat mendengar ucapan audi."Loe ga seharusnya suka sama gue, lo bisa jatuh cinta sama cewe lain, banyak yang suka sama lo, karena kita ditakdirkan bukan untuk menjadi kekasih, kita ini adik-"
Ucapan audi terpotong saat merasakan bibirnya bersentuhan dengan bibir billy.
Jantungnya seperti jatuh kebawah.
Billy menciumnya.
Dengan kesadaran yang masih ada, audi mendorong badan billy sehingga pangutan bibir mereka terlepas.
Plak .
Tangan audi menampar pipi kanan billy, air matanya turun deras seperti air hujan.
"Lo.berengsek.!" Teriak audi dengan penuh penekanan.
Tak sanggup lagi melihat adik yang kurang ajar menurutnya, audi berlari dengan air mata yang mengalir meninggalkan billy yang sedang terdiam ditempatnya.
Malam ini, seperti mimpi buruk untuk keduanya.
**
Guys.. baca juga cerita aku yang judulnya "aku lelaki mu" yaa... diminta saran dan voting nya !!
Next chapter, stay tuned !
(( no edit ))
(( typo bertebaran ))
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
FanfictionAudi Marissa : "Jangan sampai aku jatuh cinta pada dia, Dia itu adik ku" Billy Davidson : "Sebenarnya aku ingin mengatakan aku menyukai mu tanpa harus memanggil mu , kaka"