Part 23

2.5K 139 8
                                    

Suasana kantin sekolah pada jam istirahat sama seperti kantin pada umumnya. Ramai.

Audi dan febby sedang mencari bangku yang bisa mereka duduki.
Namun nihil. Semua sudah terisi.

Dengan berat hati akhirnya mereka hanya membeli minuman yang bisa dibawanya kembali ke kelas.

"Feb, gimana akting gue kemarin keren kan?" Tanya audi setelah mendapatkan jus alpukatnya, sementara febby harus menunggu.

"Emang dasarnya adik lo cuek, gue ngerasa disupirin patung"

"Hahaha. Belum terbiasa aja, nanti kalo kalian udah saling kenal, lo bakal tau aslinya dia, cerewet."

"Masa sih?"

"Iya. Kemarin aja waktu gue pura-pura pingsan, dia bawel banget nanyain ini itu."

"Oh ya?"

"He.em"

"Eh, emang billy belum tau klo gue tau kalian adik-kaka?"

"Em kayanya belum deh, biarin aja lah dia terus pura-pura."

Merekapun kembali kekelasnya setelah masing-masing mendapatkan minuman.

"Ka audi!" Audi berhenti ketika ada yang memanggilnya. Jarang-jarang ada yang memanggil namanya.

"Marcel?"

"Kita bisa bicara sebentar ga ka?" Tanya marcell.

"Em. Bisa, ada apa?"

"Ikut aku yu! ka febby temennya aku pinjem dulu boleh ya?"

"Em. Boleh, tapi jangan lama-lama. Bentar lagi jam istirahat habis."

"Oke deh sip."

Marcell menuntun audi untuk duduk di bangku taman.

"Ada apa Marcell?"

"Gini ka, gue kan udah tau soal status kalian, dan gue juga tau soal problem kalian."

"Billy cerita sama kamu?"

"Iya. Dia itu selalu cerita sama gue, ka. Ga percaya?"

"Biasanya tuh anak cuek, aku kira dia gabakal berani bicara ke orang lain."

"Kalau ke gue mah beda. Semua aja bisa diceritain."

"Oh, ya terus..?"

"Jadi gini ka, gue yakin sih lo bisa lebih dewasa. Tau mana yang salah dan bener, mana yang harus dipertahanin mana yang harus dilepasin. Kaka mau dijatuh cintai sama adik sendiri?"

"Shhtt marcell jangan kenceng-kenceng!! Nanti klo ada yang denger gimana?"

"Oke. Jadi, biarin aku bantu kaka."

"Caranya?"

Bukan menjawab dengan kata-kata yang marcell lakukan sebagai jawabannya adalah menggenggam tangan audi.

Audi menautakan kedua alisnya.
"Maksud kamu?"

"Jatuh cinta sama aku, ka. Maka aku bisa nolongin kaka."

Ucapan marcell menohok ke hatinya. Tatapan mereka saling terkunci. Seperti mati rasa bahkan lidah audi tak mampu untuk bicara. Semilir angin seakan tak menyentuh bagian kulit audi, suara riuh anak-anak yang berlalu-lalang seakan teredam dipendengaranya.
Dunia untuk beberapa saat seakan berhenti. Sebelum, audi bisa kembali mengendalikan dirinya.

Menarik napas dalam-dalam seperti ikan yang kekurangan air. Audi mencoba menetralisirkan detak jantungnya.

"Marcell, buat jatuh cinta itu ga gampang" jawab audi.

"Dengan belajar semua itu akan mudah. Pikirin lagi ya ka!" Marcell bangkit dari duduknya, mengelus rambut audi dengan pelan.
"Aku ke kelas dulu, ka!" Dan setelah itu marcell meninggalkan audi sendiri dengan perasaan yang masih terkejut.

Sialan. Umpat audi dalam hati. Kenapa jantungnya tiba-tiba berdetak takaruan?

Rasa gelisah kini mulai ada. Memikirkan bagaimana jadinya jika ia mencoba permainan teman adiknya itu.

Audi berjalan melewati kolidor menuju kelasnya, selama ia berjalan, tak henti-hentinya dia berpikir.

Bagaimana dan bagaimana.

Apa harus?
Apa bisa?

Tapi, cara ini boleh juga dicoba. Audi membatin.

**

Vote dan voments ya!!

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang