Part 38

2.2K 139 16
                                    

Langit masih gelap, saat audi keluar dari rumah. Badannya bergetar saat merasakan udara dingin yang menusuk sampai tulangnya.

Kakinya yang masih dibalut kaos kaki ia langkahkan dengan cepat menjauh dari perkarangan rumah.

Semenjak tadi malam ia mengetahui adiknya datang, audi tak mau keluar kamar bahkan audi tak mau menemuinya.

Biarkan dia kembali ke jakarta. Jangan ganggu masa penenangan hati audi di desa ini.

Perkebunan pagi ini masih sepi. Audi mengetuk pintu rumah seseorang, sampai orang itu membuka pintu audi segera masuk tanpa dipersilahkan.

"Kamu ngapain pagi-pagi gini udah keluar rumah?" Tanya azof. Audi menggesek gesekan telapak tanganya agar mendapat kehangatan.

"Kamu mau sekolah, zof?"

"Iya lah ini kan hari senin. Emangnya kenapa?" Azof memberi segelas teh hangat untuk audi.

"Sebelum berangkat sekolah kamu bisa enggak anterin aku ke pinggir danau lagi?"

"Buat apa?"

"Aku mau diem disana."

"Bisa sih, tapi kamu engga takut klo diem disana sendirian?"

"Em.. enggak ko. Malah Aku lagi pengen menyendiri."

"Ta-tapi, klo ada orang jahat gimana? Atau, aku temenin kamu."

"Kamu kan harus sekolah."

"Dari pada kamu ketemu orang jahat, mending aku temenin dulu."

"Ya udah klo gitu, kita berangkat sekarang?"

"Sepagi ini? Eh enggak ini masih subuh. Jam lima, audi."

"Aku mau berangkat sekarang."

"Ya udah, aku ambil jaket dulu. Udaranya dingin bangetkan?"

"Hmm. Aku tunggu didepan."

Audi duduk dipinggiran jembatan dengan kaki menggantung hampir menyentuh permukaan air danau. Ia merekatkan kembali jaket yang dipakai, udara pagi ini memang tidak bisa diajak kompromi untuk tidak terlalu dingin, karena badan audi bahkan azof sampai menggigil.

"Dingin, ya?" Azof ikut duduk disamping audi, menarik kepala audi agar bersandar di bahunya, tangan kananya ia lingkaran dari belakang untuk merengkuh badan audi.

Audi hanya bergumam tak jelas.

"Klo mau, kamu bisa cerita tentang masalah kamu sama aku. Aku siap dengerin curhatan kamu."

"Aku ga bisa cerita, aku ga mau semakin sakit kalau nginget kejadian itu." Audi memejamkan matanya.

Lama mereka dalam keadaan hening dengan posisi nyaman mereka, tak terasa hari semakin siang, matahari mulai mengeluarkan cahayanya, suara kicauan burungpun terasa dekat dengan telinga mereka.
Pertama kali yang audi lihat saat membuka matanya perlahan pantulan sinar matahari dari permukaan air danau. Audi menggeliat membuat azof juga membuka matanya. Mereka tersenyum bersamaan saat menyadari tertidur dengan posisi seperti ini.

"Maaf ya, gara-gara aku kamu jadi bolos sekolah." Ucap audi.

"Tapi sehari aja ya, besok-besok jangan minta pagi-pagi dateng kesini."

"Hmm."

"Kamu laper?"

"Lumayan sih."

"Kamu tunggu disini biar aku cari makanan yang bisa dimakan."

"Iya, jangan lama-lama."

Nenek dengan kakek juga billy sibuk mencari audi didalam rumah, merasa tak ada tanda-tanda keberadaan audi mereka mencari diluar rumah. Nenek bertanya pada tetangganya tapi tidak ada yang tahu. Mereka pun memutuskan mencari audi keperkebunan.

Billy merasa bersalah . Sangat merasa bersalah juga bersedih, menyesali semuanya menjadi sesulit ini. Berharap dimanapun audi pergi untuk menghindarinya dia bisa menemukanya. Dia akan berusaha membawa audi dekat lagi denganya dan keluarganya.

Warga desa sudah sampai di pertengan perkebunan untuk mencari audi, bahka mereka sebentar lagi sampai di pinggir danau.

Samar-samar azof mendengar suara teriakan yang memanggil nama audi.

Azof segera menemui audi.

"Audi, kamu pergi kesini, udah bilang belum sama nenek, kakek kamu?" Audi diam tak menjawab pertanyaan azof.

"Itu warga desa kanyanya nyariin kamu. Ayo mending kita pulang."

"Ga mau zof, aku enggak mau pulang."

"Kamu kabur?"

Audi mengangguk. Azof mendesah kecewa.

"Kenapa?"

"Aku ga mau ketemu sama adik aku, azof."

"Kamu punya adik? Aku baru tau. Jadi masalah kamu sama adik kamu?"

Audi mengangguk lagi, air matanya mulai berkumpul dipelupuk matanya.

Suara orang yang berteriak memanggil nama audi semakin dekat.
Audi mulai panik, dia belum siap untuk bertemu billy.

"Azof ayo kita sembunyi."

"Ga bisa, audi. Kalau ada masalah harus diselesaikan bukan dihindari."

"Kamu ga ngerti masalah aku, zof." Ucap audi dengan nada tinggi.

Audi meninggalkan azof dengan berlari, azof berusaha mengejar.

Hingga badan audi bertubrukan dengan badan yang lebih tegap darinya. Tidak memiliki keseimbangan membuat audi limbung untung orang yang menabrak dengan cepat menahan punggung audi.
Audi mendongkakan kepalanya untuk melihat siapa yang memiliki tubuh kokoh seperti ini. Matanya membulat sempurna saat mengetahui dengan siapa ia bertemu.
Saat audi ingin lari, tangan itu telah menahan lengan audi kuat.

"Hey, siapa kamu, lepasin tangan teman saya!!" Ucap azof yang baru tiba.

"Gue adiknya, biar dia jadi tanggung jawab gue." Ucap billy lebih mengeratkan peganganya, audi meringis kesakitan tapi dihiraukan oleh billy. Billy membawa audi menjauh dari danau, bukan menuju rumah. Melainkan tempat yang lebih jauh dari jangkauan orang lain, karena mereka butuh bicara.

*

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang