Part 28

2.3K 144 17
                                    

Sore menjelang malam keluarga audi membawa dirinya pulang. Karena permintaan dia sendiri yang tak mau menginap lagi dirumah sakit.

Keadaanya memang baik, hanya kekurangan istirahat setelah seharian menangis.

Dokter menyarankan untuk audi beristirahat dulu dirumah.

Bunda mengantarkan vitamin yang disarankan dokter ke kamar audi.

Saat bunda masuk, audi seperti tidak menyadari kedatanganya, wajahnya menunduk dalam posisi bersandarnya.

"Audi!" Bunda menyentuh bahu audi membuat audi tersadar dari lamunannya.

"Jangan ngelamun terus dong!" Bunda mengambil posisi duduk disamping audi.

"Ini bunda bawa vitamine, kamu harus minum ya."

Audi masih diam.

"A, akhir-akhir ini kamu sering ngelamun, sebenarnya kamu mikirin apa? Bunda ga mau liat kamu kaya gini"
Bunda mengelus pipi lembut audi, sebagai ibu dia bisa merasakan kesedihan yang dirasakan anaknya, masalahnya dia tidak tau apa alasan dibalik kesedihanya.

Tangan audi terangkat untuk menggenggam tangan bunda,
"Aku enggak apa-apa, bun"

Bunda tau dibalik kata 'aku enggak apa-apa' sebenarnya 'ada apa-apa' hanya saja bunda tidak tau masalahnya.

Dan bunda tidak bisa memaksa anaknya bicara, karena hal apapun yang dipaksa tidak akan baik.

"Ya udah kalau kamu ga mau cerita sekarang, bunda bisa nungguin sampe kamu siap. Sekarang minum dulu vitaminnya ya?"

Audi mengangguk.

Setelah selesai memberikan vitamin, bunda keluar dari kamar. Meninggalkan audi sendiri.

Sesungguhnya, audi sendiri tidak tahu apa alasan dirinya menjadi pendiam seperti ini.

Membayangkan kembali kejadian tempo lalu, membuat dirinya ketakutan.

Ketakutan yang tak bisa diungkapkan.

Karena itu audi memilih diam.

Ceklek.

Pintu terbuka tanpa diketuk.
Mata audi menatap kosong kedepan, sehingga dia tak menyadari ada orang yang masuk.

Melihat keadaan audi seperti ini, hati nya sangat sakit.
Tidak tega.

"Ka, maaf!"

Audi kembali ke dunianya setelah mendengar suara tersebut.

Matanya memanas seperti ingin mengeluarkan cairan.

"Pergi!!" Audi melempar bantal kearah billy.

"Ka, dengerin gue. Lo harus tenang!" Billy mencoba mendekap audi.

"Pergi, gue ga mau liat wajah lo lagi. Gue benci sama lo, billy. Gue benci sama semua yang udah lo lakuin ke gue."
Audi terus berteriak.

"Gue benci sama lo!" Teriak audi tak bisa ditahan.

Pintu terbuka kembali , bunda dan pembantunya masuk dengan tergopog-gopoh untuk melerai emosi audi.

"Audi tenang! Bunda bilang tenang!!" Bunda memeluk audi, mengusap kepala anaknya.

"Gue benci sama lo, bil." Lirih audi dipelukan ibunya.

Billy tak bisa menahan semua rasa sakit, kecewa, putus asa , yang telag diberikan kakanya.

Billy tak bisa bicara lagi dengan kakanya, karena kesalahanya.

Semuanya tidak baik.

"Bun, aku mau pergi dari rumah ini." Lirih audi.

Atau ini lebih buruk dari yang ia bayangkan.

"Aku mau pindah. Aku mau pulang kerumah nenek." Audi kembali bergumam.

"Aku ga mau tinggal disini." Ulang audi.

Ada ribuan buliran air mata yang minta dikeluarkan dari matanya saat mendengar setiap permintaan dari kakanya. jika sekali saja dia berkedip maka air mata itu keluar. Dan billy melakukanya. Dia menangis.

Mungkin, ini yang terbaik untuk mereka.

Perpisahan.

**

Mereka bakalan pisah.
:(

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang