Part 44

2.5K 131 9
                                    

Alunan musik Ariana Grande yang keluar dari box music player yang baru dibeli dua hari lalu mengisi ruangan kamar bernuansa pink milik Audi.

Sesekali audi menggerakan kepalanya mengikuti irama musik sambil men cat warna kuku nya dengan biru muda.

Tanpa tau, diatas kasurnya, handphonenya menyala ada panggilan masuk.

Begitupun Billy, kamar laki-laki seperti dirinya tidak bisa dibilang rapih. Dilantai berserakan bungkus makanan ringan bekas tadi malam bersama temanya yang menginap dirumahnya untuk bermain ps yang belum dirapihkan.

Setelah keluar dari kamar mandi dengan masih bertelanjang dada, billy mengambil handphonenya yang berdering.

"Hallo, siapa ni?" Tanya billy melihat nomer asing menelfonnya.

"I-iya hallo, ini gue febby." Mendengar suara si penelfon billy menjauhkan handphonenya dari telinga bermaksud mematikan dan menyimpan kembali hanphonenya. Sebelum suara febby terdengar lagi.

"Hallo-hallo, ini Billy kan? Ya tuhan untungnya diangkat, hallo Bil?"

"Ada apa?" Ucapnya ketus.

"Lo ada dirumah'kan?"

"Iya dirumah." Lagi lagi dengan nada ketus.

"Bisa minta tolong bukain pintu ga? Gue lagi ada didepan pintu rumah lo, nih."

"Gak. Lo pencet aja bel nya nanti pembantu gue bakal bukain pintu."

"Ya ampun, demi Tuhan, bil. Gue udah hampir lima belas menit disini dan udah mencet bel rumah lo tapi ga ada yang ngebukain pintu."

"Bodo." Ucapnya cuek.

"Bil, bantuin napa?"

"Lo mau ngapain kerumah gue?"

"Gue mau ketemu sama kaka, lo."

"Kenapa lo ga nelfon temen lo aja sih? Lo modus mau nelfon gue'kan? Dasar gajelas."

"Eh, eng...enggak gitu. Gue udah nelfon kaka lo tapi ga diangkat, ya ampun terus gue harus gimana sih, mau namu dirumah lo ko susah banget ya?"

"Telfon lagi temen lo, jangan ganggu gue."

Tut. Billy mematikan panggilan, mengintip dari jendela kamar untuk melihat febby berdiri didepan pintu rumahnya. Tak ada sedikitpun niat billy untuk membuka pintu, karena pada dasarnya billy tidak menyukai teman kakanya itu.

Audi menghela napas kala berhasil menyelesaikan pekerjaanya menghiasa jari jari kuku nya dengan sempurna. Matanya melirik handphone diatas kasur nya menyala-nyala.

Beranjak, audi mengangkat panggilan tersebut.

"Hii, Feb." Sapanya hangat.

"Hallo? HALLO AUDI AKHIRNYA LO ANGKAT MASYALLAH!!! GUE LUMUTAN TAU NUNGGUIN LO ANGKAT TELFON NYA!!!" Suara febby meninggi begitu audi menempelkan handphonenya ditelinga kananya,

"Hallo feb, lo ngapain teriak-teriak ditelfon? Telinga gue bisa rusak nih, ada apaan?"

"Bodo, bodo amat deh telinga lo mau rusak juga, yang penting sekarang lo bukain pintu rumah lo."

"Lo ada didepan rumah gue?"

"Iya cepetan, buka pintunya!"

"Iya, tunggu bentar."

Audi pun turun untuk membuka pintu rumahnya.
Pertama yang ia lihat wajah kesal temanya.

"Eh? masuk, feb!" Audi merasa tak enak hati karena telah mendiamkan temanya didepan pintu.
"Lagian lo mau kemari ko enggak ngabarin sih?"

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang