"Apa yang kalian lakukan?" Tegas Billy ketika melihat isi rumahnya penuh hiasan balon, dan beberapa barang lainnya yang tertempel didinding untuk penyambutannya.
"Selamat datang dirumah, billy ! Dan selamat ulang tahun!!" Seru bunda sangat antusias. Disampingnya Ayah membawa cake yang sudah disiapkan lengkap dengan lilin yang telah menyala.
Billy berusaha tertawa terhibur namun beda arti untuk Audi.
"Kenapa? Kamu gak suka dengan kejutan ini?" Ungkap Audi sedikit kecewa.
Billy menggeleng cepat, menarik bahu audi agar lebih dekat dengannya.
"Aku seneng kalian masih mau menyambut kepulangan aku dari rumah sakit meskipun aku bukan,--"
"Billy!" Tegur bunda, "jangan bahas itu lagi, sayang. Sekarang tiup lilinnya!"
"Tapi bunda, aku.."
"Bil, aku mohon!!" Audi memelas disampingnya.
"Anak ayah harus tiup lilin sekarang sebelum lilin ini habis ditelan apinya sendiri." Ayah maju agar lebih mendekat.
"Maaf ayah." Billy membasahi bibir bawahnya, "Tapi ini bukan hari ulang tahun ku."
Ayah dan bunda menegang ditempatnya, berusaha menyembunyikan keterkejutannya.
"Tapi tiap bulan Juni kamu selalu ngerayain ulang tahun kamu, bil." Ungkap Audi.
"Aku udah inget semuanya. Ulang tahun aku, orang tua aku, dan dari mana aku berasal sebelum kecelakan itu." Mereka terkejut mendengar pengakuan billy.
"Ma-maksud ka-kamu?" Bunda terbata dan matanya mulai berkaca-kaca.
"Umur ku saat itu sudah tujuh tahun, bun. Aku ingat, malam itu seharusnya aku dan orang tua ku berlibur dipuncak untuk merayakan kenaikan kelas ku. Karena semangat yang tinggi aku terus memaksa Papah buat mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Meskipun mamah sudah memperingati tapi papah terlalu mengikuti keinginan ku dan papah kehilangan kendali saat ingin menghindar dari pohon tumbang dihujan badai malam itu." Tak terasa air mata menetes kala memory lama terbayang kembali setelah belasan tahun terlupakan.
Billy merasakan dadanya sesak, setelah kecelakan itu ia benar-benar melupakan semua kejadian dalam hidupnya. Beruntung setelah ia sadar dari koma kedua kalinya, ingatan itu bisa kembali.
Menyadari dia telah merusak suasana, melihat ketiga orang terdekatnya menangis billy segera menghapus air matanya.
"Ta-tapi gpp, aku bakalan tetep tiup lilinnya." Ucap billy begitu melihat lilin itu telah memendek.
Dalam tiga detik lilin angka 17 itu telah mati.
Bunda berusaha memunculkan kembali senyumnya, ia memeluk anak laki-laki yang selama ini ia anggap seperti anak kandungnya.
"Bunda sangatttt menyayangi kamu, nak." Bisiknya, "Meskipun kamu sudah bisa mengingat tentang masa lalu mu, bunda harap kamu tidak meninggalkan bunda." bunda terisak.
Billy menggelang, dan menangkup wajah bunda dengan kedua tangannya.
"Enggak akan bun, selama ini bunda selalu jadi ibu yang baik saat aku kehilangan memory masa kecilku. tapi bunda, apa aku boleh nanya satu hal?"
Bunda mengangguk beriringan dengan air matanya yang menetes.
"Dimana tempat orang tua kandung aku disemayamkan?"
**
Langit berwarna biru ketika mobil yang ditumpanginya berhenti ditempat yang dituju. Dengan pakaian serba hitam mereka keluar dari mobil dan berjalan melewati beberapa pusaran untuk mencapai tujuannya.
Billy berhenti ketika melihat nama orang tuanya tertera dibatu nisan yang bersebelahan.
"Mamah? Papah?" Mendengar bisikan billy membuat audi ikut berhenti dan mengikuti arah tatapannya.
Billy menekuk kedua kakinya sehingga ia berjongkok didepan pusaran tersebut.
"Maafin Raka, Ma, Pa." Ucap billy, "Maaf karena Raka sempet lupa tentang kalian. Maaf." Billy bergumam sambil menangis. Keadaan ini membuat audi bisa merasakan kesedihannya. Ia ikut duduk disamping billy dan meremas tangannya.
Siapa yang tidak bersedih ketika baru mengetahui setelah belasan tahun lamanya ternyata kedua orang tua telah tiada?
Billy salah satu orangnya. Ia melupakan ingatannya selama belasan tahun, ia lupa namanya sendiri, ia lupa keluarganya. Dan disaat ingatan itu kembali, semuanya telah berubah. Terlambat karena kenangan itu tidak bisa diulang.
"Aku masih Raka yang dulu, anak laki-laki kalian yang bandel. Meskipun, meskipun aku sekarang udah punya keluarga baru. Aku punya nama baru, ma. Aku punya orang-orang yang menyayangi aku sama seperti kalian menyayangi aku. Ma, Pa, kenalin, aku dateng sama Audi. Dia anak dari orang yang selama ini udah ngebesarin aku. Dan anak bandel kalian ini, udah jatuh cinta sama dia."
"Hallo, om, tante.." gumam audi seolah orang yang diajak bicaranya ada dihadapannya. Ia tersenyum dan tanganya mengusap air mata yang menetes.
"Aku minta maaf karena baru bisa berkunjung." Disebelahnya, billy meraskan penyesalan yang sama.
Tak bisa menahan semua kesedihan, billy membawa audi kepelukannya. Mengeluarkan semua rasa kesedihannya dengan menangis dipelukan orang yang disayanginya.
Entah sudah berapa lama mereka dalam posisi seperti ini , suara langkah kaki menginjak daun-daun kering menyadarkan mereka.
Billy pertama kali mendongkak dan melihat siapa yang datang.
"Aga?"
Billy dan Audi berdiri, menghapus sisa-sisa air mata mereka.
"Febby?"
Mereka berdiri berhadapan.
"Kalian ngapain disini?" Febby bertanya, ada nada tak suka dari ucapannya.
"Gue.." Audi terbata. tak tau harus bicara apa, sementara billy melangkah mendekati Arga.
Lama mereka hanya saling bertatapan, dan billy langsung memeluk Aga.
"Billy?" Bukan hanya Aga yang terkejut, Audi dan Febby pun sama ketika melihat billy selalu menganggap Aga musuhnya kini malah memeluknya.
"Aga" lirih billy, "Gue, Raka."
Aga yang terkejut masih terdiam.
Billy lalu memegang bahu Aga.
"Gue Raka. gue yang dulu selalu main sama kalian berdua."
"Gak mungkin," ucap febby. "Raka udah gak ada. Lo itu Billy, bukan Raka."
"Feb, gue bisa jelasin dari awal." Audi menengahi mereka.
"Jadi..."
Langit telah berubah warna ketika semua perasaan mereka berubah. Setelah Audi menjelaskan semuanya, Aga dan Febby menjadi percaya, dan yakin bahwa Billy adalah Raka, anak dari Paman mereka.
"Gue minta maaf, bil. Selama ini gue selalu ganggu dan pengen rebut apa yang selalu lo punya." Ucap Aga menyesal.
"Gue beneran gak tau klo lo itu sodara gue, temen gue main mobilan dulu. Lo, lo udah banyak berubah. Orang-orang rumah pasti seneng klo tau kabar ini.""Gue juga minta maaf karena sempet suka sama lo. Padahal kan kita sodara, malah gue pikir Audi yang gila. Karena jatuh cinta sama adik sendiri."
"Om, tante.. Aku gak nyangka bisa ketemu Raka disini. Om, tante, Raka yang sekarang udah berubah. Dia udah gede, badannya aja lebih besar dari Aga." Ucap febby, ia menyeka air matanya.
"Kalian tau kan, dulu aku, cewek paling cengeng tapi klo ada dua super hero, aku jadi enggak nangis. Aku bahagia banget. akhirnya aku bisa kumpul lagi sama mereka." Febby terus bercerita, kembali mengingat kenangan mereka dulu.
Dan mereka, baru saja memulai kehidupan baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
FanfictionAudi Marissa : "Jangan sampai aku jatuh cinta pada dia, Dia itu adik ku" Billy Davidson : "Sebenarnya aku ingin mengatakan aku menyukai mu tanpa harus memanggil mu , kaka"