Chapter Five [E]

5.9K 362 144
                                    

Dua puluh menit sebelum senja tenggelam, Adil beranjak pergi dari Mausoleum of Quaid-e-Azam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua puluh menit sebelum senja tenggelam, Adil beranjak pergi dari Mausoleum of Quaid-e-Azam. Meski singkat, merenung di tempat ini cukup mampu mengobati rasa rindu pada ibu sekaligus melupakan kejadian di tanah lapang tadi pagi.

Hari sudah gelap ketika Adil tiba di rumah. Lampu teras yang seingatnya mati kini menyala. Jendela-jendala pun terkunci. Tirai-tirai bahkan tergerai. Pasti seseorang sudah berada di dalam. Adil melebarkan pintu yang memang tak terkunci. Benar, di dalam ada Fahad. Letak kunci rumah yang bukan rahasia memudahkan siapa saja masuk ke rumah ini.

"Sepertinya kau baru pulang jalan-jalan," sambut Fahad. Obrolan mereka terjadi di ruang tengah.

"Aku hanya cari angin di luar," ujar Adil.

"Kau mau kubuatkan kopi?" tawar Fahad. "Seru kayaknya kalau ngobrol sambil ngopi." Sebelum sahabatnya menjawab Fahad sudah kabur duluan ke dapur.

Dua pria tersebut lalu naik ke lantai atas berbekal cangkir-cangkir kopi. Di balkon, mereka duduk bersila dengan menyandarkan punggung di sisi tembok. Dari tempat itu, luas Jamshed Town dapat ditangkap secara jelas. Lampu-lampu kota gemerlap, jalan dipenuhi kendaraan, langit bersih meski bintang tak sebanyak biasanya. Udara kira-kira masih bersuhu 20 derajat celcius.

Letak notes di saku belakang, membuat duduk Adil tak nyaman. Pria itu mencabut notes dan memegangnya di atas paha.

Pandangan Fahad tersita dengan apa yang digenggam Adil. Pria itu mudah menebak kalau benda tersebut catatan. "Ternyata kau mengikuti saran dokter," komentar Fahad.

"Apa yang bisa kulakukan selain menulis. Kupikir notes ini akan membantu. Tak ada yang menjamin kalau aku akan mengingat semua kejadian setelah hari ini." Adil secara sadar paham bahwa notes bisa menjadi instrumen yang menolong.

"Baguslah kalau kau berpikir begitu." Fahad menyeruput kopi.

Adil memutar-mutar notes di genggaman. "Beberapa hari ini, aku tidak melihat Zarin. Dia ke mana?" tanya Adil mengubah alur percakapan.

"Hahaha," Fahad terkekeh. "Kau masih ingat Zarin?"

"Tentu saja, dia kan cewek yang selalu kau banggakan!"

"Kami sudah lama putus," beber Fahad. "Kami pisah setelah dia meneruskan kuliah di Ankara. Keluarganya juga pindah ke Turki. Kurasa hubungan jarak jauh tidak baik untuk kami. Hubungan berjarak selalu dihantui godaan. Dan siapa yang tahan godaan? Rasanya tidak ada."

"...."

"Aku pernah mengajukan pindah kuliah ke Ankara, tapi orangtuaku menolak," cerita Fahad selanjutnya.

"Berarti sekarang kau mahasiswa?" tanya Adil lagi.

"Ya," sahut Fahad. "Malah kita sekampus."

Adil menoleh cepat ke arah Fahad. Pria itu sulit percaya bahwa statusnya adalah seorang mahasiswa. Setelah bergabung dalam tim Karachi FC, Adil berjanji akan berkarir penuh di lapangan hijau. Dia tidak tertarik untuk melanjutkan kuliah. Baginya bola adalah jalan hidup dan harga mati masa depannya. "Kau serius?"

Fahad menjulurkan kedua kakinya ke depan. Dia lantas bercerita singkat tentang Institute of Business Administration Karachi. Adil geleng-geleng mendengar kalau dirinya tercatat sebagai mahasiswa Manajemen. Pantas saja, rak dan meja di kamar dipenuhi buku-buku manajemen. Apa yang ada di kepalanya saat memutuskan mengenyam bangku kuliah? Fahad menerangkan lanjut bahwa setahun setelah gantung sepatu, Adil mengajukan aplikasi ke Institute of Business Administration Karachi dan berniat menjadi mahasiswa. Adil langsung paham, kondisi kaki yang tak mendukung karir, memaksanya harus mencari alternatif lain untuk masa depan.

Tapi tenanglah, untuk saat ini Adil tidak harus pusing memikirkan manajemen dan segala tetek bengek-nya, sebab menurut Fahad cutinya sedang berlangsung untuk beberapa bulan ke depan.

.....bersambung ke Chapter Six [A]

Athour Note:
-Chapter ini lanjutan dari Chapter sebelumnya. Aku post terpisah karena masalah waktu ngedit yang minim.
-Ini Chapter Five terakhir.
-Besok ganti cover dan pengumuman pemenang pulsa.

-Chapter ini aku dedikasikan untuk Bang Ray Amur.
-Bantuin aku vomment please!

Amnesia: Karachi Untold Story (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang