Seperti diprediksi oleh banyak pengamat bola, tim-tim besar yang berlaga dalam Pakistan National Championship 2019 seluruhnya masuk babak semifinal. Di Grup A, Islamabad FC menjadi tim tangguh. Dengan modal juara edisi 2015, tim ini mudah mengalahkan Hyderabad Star 4 - 1 di babak delapan besar. Sementara di Grup B, Balochistan Rangers menjadi kampiun, tim yang kerap langganan semifinal ini bermain ketat melawan Faisalabad Warrior, 3 - 2. Di Grup C, klub tuan rumah Karachi FC, berhasil mengandaskan permainan bertahan Fata United.
Dan satu slot semifinal lain dihuni oleh Multan Academy. Klub yang bertabur pemain bintang ini, menang telak atas Quetta Energy, 5 - 0. Sebagai juara tahun lalu, mereka memang diprediksi mampu mempertahankan gelar sebagai tim terbaik tahun ini.
Jedah dua hari sebelum pertandingan semifinal Pakistan National Championship, Adil meluangkan diri ke kampus. Tujuannya tentu ke perpustakaan. Tempat ini meninggalkan rasa penasaran sejak kali terakhir Adil berkunjung. Menyusuri rak-rak buku menjadi salah satu hal yang paling dia rindukan. Adil menghabiskan satu jam di perpustakaan, dan berakhir di sebuah meja paling belakang yang menghadap jendela. Pria itu memanjakan mata dengan menekuri pemandangan di luar. Daun-daun kering jatuh dari pohon yang kian ranggas. Sementara itu rerumputan yang sudah jarang dan agak menguning jadi tumpuan beberapa mahasiswa yang sibuk dengan buku dan laptop. Sesekali angin kencang menerbangkan kertas-kertas.
Tangan Adil tampak mengetuk-ngetuk meja. Perlahan-lahan.
Pria itu amat yakin ada sesuatu yang kuat-setidaknya memorable, pernah terjadi di sini. Entah apa-tapi segala atmosfer yang terasa di sini benar-benar menenangkan dan bikin nyaman.
Selang sekian menit, suara kursi yang diseret terdengar. Adil menoleh ke samping. Seseorang yang dikenalnya beberapa waktu lalu sudah merebut satu kursi di sampingnya, dan merebahkan bokong. Petugas perpustakaan, Pak Sattar. Adil mengembalikan posisi kepalanya lurus ke jendela.
"Bapak merasa kehilangan ketika kau mendadak menghilang dari perpustakaan. Kupikir kau akan melupakan kebiasaanmu bersemayan di sini. Namun setelah akhir Juli lalu kau datang, dan hari ini kau berkunjung lagi, Bapak yakin, ada rindu yang diam-diam dikirimi perpustakaan padamu," ujar Pak Sattar. Serius.
"Pak," sebut Adil lalu menjeda beberapa detik. "Apa Anda bisa kupercaya?"
"Adil, Bapak adalah kawan keduamu di perpustakaan ini, setelah buku. Apa kau lupa itu?"
Adil menoleh. Mengamati kerutan yang merusak kulit di sekitar mata Pak Sattar.
"Kau sering bercerita tentang apa pun pada Bapak. Tentang buku, kuliahmu, kehidupanmu, ayahmu yang di penjara."
"Bapak tahu segalanya?"
Pak Sattar menampakkan raut bingung. Beliau menelaah senti demi senti wajah Adil yang dingin.
"Asal Bapak tahu, aku kehilangan ingatan."
Penglihatan Pak Sattar berubah nanap. Beliau tak percaya. "Sekarang kau pandai bergurau, Adil," Pak Sattar coba memaksakan tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia: Karachi Untold Story (COMPLETE)
General FictionSuatu masa, saat melupakan menjadi takdir yang tak kau sukai *** Adil tak pernah tahu, bahwa cinta akan menyapanya secepat itu. Tapi yang dia yakini, bahwa perempuan bernama Lintang bukanlah belahan jiwanya. Ayesha-lah wanita yang dia tunggu. Sa...