Lintang akhirnya bisa beristirahat di kamar. Sejak pagi dia berusaha keras mempelajari resep aloo methi. Murni tanpa bantuan Ayesha. Sahabatnya itu hanya memberikan sedikit pengarahan, lalu izin keluar. Demi belajar beberapa hari ini, Lintang mewanti-wanti diri agar kebal dengan capek. Tangannya kemarin sempat melepuh karena tak sengaja memegang wajan panas tanpa alas. Lintang menatap langit-langit kamar sembari menggerakkan lengannya yang pegal.
Sudah pukul empat sore. Ponsel Lintang yang berada di samping bantal kemudian membunyikan dering lonceng. Lintang meraih ponselnya tanpa menoleh. Bola matanya melebar mendapati gambar genta yang begerak-gerak di layar. Alarm pengingat? Lintang berpikir sejenak sebelum menekan gambar di layar ponsel.
Adil's Birthday | Kemari Town!
Lintang menepuk jidat. Astaga, bukankah Ini adalah pengingat yang dia set awal Maret kemarin? Buru-buru Lintang meninggalkan kamar. Dengan gerakan gegas wanita itu mengunci pintu apartemen, dan menuju lift ke lantai bawah. Wanita itu harus ke rumah Fahad. Setidaknya pria itulah yang bisa membantunya saat ini.
Lintang gesa menyetopkan taksi. Wanita itu memberikan alamat kepada sopir dan menginstruksi agar mengemudi cepat. Sopir yang memperhatikan dari spion di atas dasbor angguk-angguk mengerti.
Butuh belasan menit hingga taksi berhenti di pagar rumah Fahad.
Pagar rumah yang terbuka membuat Lintang leluasa masuk. Wanita itu mengambil ponsel dari saku. Dia lantas mencari nomor Fahad dan melakukan panggilan.
"Halo Fahad," sapa Lintang begitu tersambung. "Aku sedang berada di depan rumahmu." Lintang mendekati teras.
"Di depan rumahku?" suara Fahad di ujung telepon. "Kau ada perlu denganku?"
"Ya! Aku butuh bantuanmu," sebut Lintang. "Aku ingin meminjam mobilmu." Sebelum mendengar jawaban dari Fahad, wanita itu bicara lagi. "Cepat, aku tunggu di bawah." Lintang mematikan sambungan telepon.
Di kamar Fahad menatap ponsel bingung.
Tak berapa lama pria itu muncul di teras. Fahad hanya mengenakan kaus oblong dan celana pendek selutut.
"Aneh, tiba-tiba pengin pinjam mobil," komentar Fahad. Pria itu menyerahkan kunci.
Senyum Lintang mengembang dia tahu sahabatnya akan sedia membantu. Lagi pula di garasi rumah Fahad masih terparkir tiga buah mobil. Fahad tidak akan kesulitan ke mana-mana jika salah satu mobilnya dipinjam. "Aku janji besok sore atau malam, aku kembalikan." Lintang langsung menuju garasi.
"Tapi ingat, hati-hati mengemudi. Jalanan Karachi padat," nasihat Fahad.
Tampaknya Lintang tidak menghiraukan omongan Fahad. Wanita itu malah buru masuk mobil dan menyalakan mesin.
Fahad geleng-geleng.
---
Sejak beberapa jam lalu pamit pergi dan meninggalkan Lintang sendirian di dapur, Ayesha mengelilingi toko di pusat kota.
Wanita itu telah berhasil membeli topi kerucut dan tompret mungil di sebuah toko khusus yang menjual beragam pernak-pernik ulang tahun. Beberapa jam lagi, penanggalan di kalender akan berubah dari angka 7 ke angka 8. Itu artinya Adil akan bertambah satu tahun usia. Wanita itu harus menyiapkan surprise ketika waktu tepat pukul 00.00 nanti malam.
Dengan menenteng kantong, Ayesha beralih ke toko kue.
Toko kue yang didatangi Ayesha berada dekat Gokhale Road. Pelayanan yang bagus membuat toko ini tidak pernah sepi pengunjung. Dulu jika hendak pulang ke Peshawar saat liburan semester, Ayesha selalu menyempatkan diri ke sini. Membeli kue sebagai oleh-oleh untuk keluarganya. Etalase-etalase kue di toko ini dibagi sesuai kebutuhan konsumen.
Ayesha langsung menempatkan diri di depan etalase khusus birthday cake. Wanita itu membungkuk meneliti satu per satu kue. Dari ukuran kecil hingga besar. Warna kue beragam, ada merah, putih, dan biru, malah ada yang warna-warni mirip pelangi. Teman-temanya juga unik, mulai dari bunga, monumen, kartun hingga konsep sederhana tanpa hiasan.
Seorang karyawan toko datang menghampiri. "Ada yang bisa kami bantu?"
"Oh iya," ucap Ayesha sembari meluruskan posisi tubuh. "Saya ingin membeli kue ulang tahun."
"Ingin beli jadi atau pesan?"
"Beli jadi, soalnya aku butuh untuk nanti malam."
"Kami punya beberapa kue untuk tema-tema menarik," karyawan toko menjelaskan. "Ada yang untuk ulang tahun kelahiran, pernikahan, hari jadi juga ada, termasuk untuk milad organisasi." Karyawan toko menunjuk satu per satu kue yang berada di dalam etalse.
"Saya butuh yang simple."
Karyawan toko lantas menyarankan sebuah kue dengan warna dominan putih. Bentuknya persegi. Tulisan 'happy birthday' tebal berwarna merah tercetak di atas kue. Di sisi kue terdapat garis-garis gelombang yang sedikit rumit namun nyaman dilihat. Dari tempatnya Ayesha bisa mencium wangi vanili.
"Sepertinya ini lucu," Ayesha berkomentar sambil angguk-angguk. "Saya ambil yang ini."
"Ada yang diperlukan lagi?"
"O iya, saya ingin tambahan tulisan 'Adil' di atas cake-nya. Dan juga saya butuh lilin dengan angka 24."
"Siap, akan kami kerjakan."
Karyawan toko membawa kue yang dipilih ke meja. Seorang karyawan lain mengambil alih kue tadi dengan menuliskan nama Adil. Tugasnya memang menghias kue. Cake tersebut langsung dibungkus rapi dalam karton. Ayesha juga menerima kantong yang berisi lilin angka. Mudah-mudahan Adil suka dengan kue pilihannya. Jujur sebenarnya Ayesha ingin membuat sendiri, sayang kemampuannya dalam pastry benar-benar kurang. Dia juga tidak mahir menghias kue.
Alhasil sore itu Ayesha pulang dengan satu karton kue dan dua tentengan.
---
Lintang melajukan mobil ke apartemen. Dia harus mengambil beberapa barang. Wanita itu sesekali melirik jam di pergelangan tangan, memastikan bahwa waktu masih bisa dikejar sebelum hari makin senja.
Tiba di apartemen, Lintang bergegas ke lantai tiga. Wanita itu menerobos pintu dan mendapati Ayesha di meja ruang tengah. Wanita itu sibuk dengan barang-barang—entah apa, Lintang tak tahu.
Sahabatnya itu menoleh heran, menyaksikan gerakan Lintang yang gesa. "Kau lupa sesuatu?" tanya Ayesha.
"Aku sedang buru-buru," jawab Lintang seadanya. Wanita itu langsung masuk kamar.
Tanpa menjedakan waktu Lintang mengambil baju hangat, tas, dompet, dan power bank, lantas keluar kamar lagi. "Aku akan pulang besok sore atau malam," katanya pada Ayesha yang masih duduk di meja.
"Memangnya kau—"
Lintang menyela, "Nanti kuceritakan. Bye...." Lintang sudah menjangkau pintu apartemen. Dia harus ke rumah Adil sebelum jarum jam di pergelangan tangannya makin jauh dari angka lima sore.
.....bersambung ke Chapter Eight [C]
Author Note:
-Alhamdulillah aku bisa sempatin untuk nge-post lanjutan Chapter Eight di sela-sela libur. Buat yang rindu lanjutan Amnesia semoga bisa terobati ya. Dan buat semua readers, Adil ngucapin happy new year, selamat menyongsong tahun 2017, hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia: Karachi Untold Story (COMPLETE)
General FictionSuatu masa, saat melupakan menjadi takdir yang tak kau sukai *** Adil tak pernah tahu, bahwa cinta akan menyapanya secepat itu. Tapi yang dia yakini, bahwa perempuan bernama Lintang bukanlah belahan jiwanya. Ayesha-lah wanita yang dia tunggu. Sa...