Chapter Seventeen [C]

4.3K 83 25
                                    

"Lin, kau mau menerima aku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lin, kau mau menerima aku?"

Lintang membuang pandang pada Fahad, seolah meminta pertolongan apa yang harus dia lakukan.

"Maaf, aku tak bisa," sebut Lintang pelan.

Ekspresi Adil kaget bercampur muram.

Sebelum Adil mulai bicara lagi, Lintang berancang-ancang pergi. Wanita itu menerobos tubuh-tubuh suporter yang rapat di tribune. Tak ada pikiran lain, selain meninggalkan Adil secepatnya dari stadion. Tak mau kehilangan Lintang, Adil mengejar. Dengan susah payah pria pincang itu melewati tribune. Kakinya kanannya menghambat laju jalan. Fahad yang menyaksikan detik-detik penolakan tak melakukan apa pun.

Saking buru-buru Lintang hampir jatuh di anak tribune terakhir. Wanita itu menuju lorong utama stadion dengan lekas sebelum Adil menemukannya. Sayang seseok-seoknya kaki Adil, pria itu tetap bisa menjangkau Lintang. Lelah dikejar, Lintang menepi ujung dinding tepat di pintu keluar.

Adil berusaha memegang tangan Lintang ketika wanita itu memunggunginya, "Kau belum memberikan alasan padaku."

Lintang menghempaskan tangan pria cambang ini. "Alasan apa Adil!"

"Alasan yang setidaknya membuatku mengerti, mengapa sepuluh menit yang lalu kau menolakku, kau pergi begitu saja. Jangan bertingkah seperti orang yang lupa ingatan."

Lintang berkaca-kaca. Wanita itu tak berani melihat wajah Adil. Tak mau terpojok, Lintang bergegas lagi dari ujung lorong yang kini mulai ramai dari serbuan suporter.

Adil tetap membuntuti hingga di luar.

Lintang yang tak kuasa membendung air mata lantas menoleh. "Berhentilah mengikutiku Adil!" ucapnya dengan berderai.

"Aku butuh penjelasan."

Karena kau mencintai Ayesha. Bukan aku! hati Lintang berteriak. Namun lidahnya kelu untuk mengatakannya. Dengan bibir bergetar wanita itu bicara, "Aku dekat denganmu hanya demi kesembuhanmu. Aku membawamu ke tempat-tempat yang kau sukai, ke tempat yang pernah menjadi bagian hidupmu hanya agar ingatanmu kembali, itu yang disarankan dokter. Tak ada yang lebih, Adil." Lintang menempelkan dua telapak tangannya di hadapan Adil. "Kumohon jangan buat aku seperti orang yang dikejar dosa."

Adil meremas tangkai mawar yang dipegang.

Lintang lantas berlari. Pergi.

Mawar di pegangan Adil jatuh perlahan.

Bus-bus dan ribuan orang akhirnya menelan tubuh Lintang. Adil tak menemukan sosoknya lagi setelah wanita itu mengecil di jalan utama stadion.

Di salah satu bangku bus menuju Jamshed, Lintang akhirnya mendapatkan sandaran. Wanita itu menempelkan kepala ke jendela, sembari melepas tabungan air mata yang masih ada. Hari ini seperti mimpi. Cinta datang menyapanya saat dia sudah mengesampingkan soal perasaan selama ini. Bukankah dia benar membawa Adil ke segala kenangannya demi menyembuhkan ingatan pria itu? Dia tak butuh cinta saat ini. Sebab dia sadar cinta akan menjadi luka saat Adil tahu dialah wanita yang menyebabkannya amnesia.

Amnesia: Karachi Untold Story (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang