Ayesha jadi sulit bersikap normal kepada Lintang, semenjak pulang dari mal. Perlakuan Adil kepada Lintang dalam akhir games di gerai makanan Turki masih jadi perdebatan isi kepala. Meski mustahil hal yang dilakukan adalah spontanitas namun wanita itu masih berharap pemberian hadiah, suapan Adil dan bisikan yang dilakukan ke telinga Lintang hanyalah sebuah refleks semata. Mudah-mudahan.
Banyak hal yang dilakukan Ayesha untuk menormalkan suasana hati. Mulai dari sibuk mengerjakan proyek proposal penelitian, ke kampus lebih awal, bolak-balik perpustakaan, termasuk menemani Navid mengantar surat-surat kontrak kepada relasi-relasi bisnis. Akibatnya full dua hari ini dia mirip ajudan Navid ke mana-mana.
"Sejak aku menjemputmu di apartemen hingga kita pulang, kulihat kau seperti memikirkan sesuatu. Ada masalah yang terjadi padamu?" Navid menangkap gelisah dari bahasa tubuh Ayesha. Kala itu mereka baru saja menyelesaikan pengantaran surat kontrak terakhir.
"Tidak ada apa-apa. Fokuslah menyetir," tepis Ayesha.
"Kalau ada yang membuatmu tak nyaman, ceritalah."
"Mungkin ini efek dari proposal penelitian yang sedang kukerjakan. Makanya wajahku kadang tak bersemangat," Ayesha sedikit bohong.
"Menjadi mahasiswa banyak tantangannya. Nikmati saja prosesnya," Navid berkomentar. "Aku ada referensi tempat bagus untuk dikunjungi," kata Navid lagi. Pria itu mengambil sebuah pamflet yang terletak di atas dasbor dengan tangan kiri. Dia menyerahkan benda tersebut pada Ayesha. "Coba cek, di dalam ada informasi pameran bunga di Malir Town. Aku mendapatkannya dari pihak hotel kemarin. Jika kau mau kita bisa ke sana. Kurasa pameran itu bisa membantumu sedikit lebih rileks."
Ayesha melihat-lihat isi pamflet.
"Bagaimana?" Navid memastikan.
"Barangkali kau benar, aku butuh suasana yang bisa bikin nyaman." Ayesha akhirnya setuju.
Navid lalu meminta wanita itu memandu arah sesuai peta yang tertera di dalam pamflet. Mobil melaju ke arah timur laut melewati jalan Shahrah-e-Faisal. Pameran bunga yang akan mereka datangi adalah event yang diselenggarakan pemerhati flora Pakistan. Pemerhati ini menyediakan ruang kepada para petani bunga se-Pakistan untuk berpromosi, sekaligus menarik minat masyarakat terhadap tumbuhan berbunga. Pameran ini diisi dengan penyuluhan berkebun, kiat-kiat promosi dan pemasaran online.
Mobil memasuki Malir Town setengah jam kemudian. Tidak sulit mencari lokasi pameran yang berada di jalan utama kota. Sebuah gedung besar mirip museum dijadikan lokasi pameran. Ruangannya tanpa sekat, dengan puluhan bohlam-bohlam berdaya kuat. Stan-stan bunga memenuhi isi gedung. Setiap stan mewakili kota yang ikut berpartisipasi. Karachi sendiri mengirimkan tiga stan dari tiga distrik berbeda.
"Ini indah, Navid!" seru Ayesha ketika mereka melewati pintu utama. Wanita itu mengitarkan pandangan ke jajaran stan. "Kita seperti berada di taman Miracle Garden Dubai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia: Karachi Untold Story (COMPLETE)
General FictionSuatu masa, saat melupakan menjadi takdir yang tak kau sukai *** Adil tak pernah tahu, bahwa cinta akan menyapanya secepat itu. Tapi yang dia yakini, bahwa perempuan bernama Lintang bukanlah belahan jiwanya. Ayesha-lah wanita yang dia tunggu. Sa...