Part 17

1.5K 56 0
                                    

Saat jam istirahat, seperti biasa, kami berempat makan bersama dikantin.

"Lun, liat deh. Kak Irvan lagi makan bareng temennya, bukan sama pacarnya. Ada Kak Iras, Kak Raka, Kak Lydia, Kak Raquel, Kak Icha. Kyk nya sih merka best friend nya Kak Irvan"Kata Keira. Keira kenal banyak orang dibanding aku yang tau cuma beberapa.

"Ya terserah dia aja sih mau makan sama siapa, kan gue gak berhak ngelarang dia makan sama siapa"Kataku pasrah. Aku menatap Kak Irvan. Dan dia juga menatap ku balik. Aku pun tercengang dan mengalihkan pandangan ku.

"Lo masih blm nyerah juga Lun?"Tanya Nia.

"Nyerah? Berjuang aja blm"Kataku nyengir.

"Good. Mangatt Lun!"Kata Rita. Aku hanya tersenyum.

"Eh, iya, lo punya Line nya Kak Irvan kan?"Tanya Keira. Dan aku mengangguk.

"Waktu itu karna kak Irvan kakak pendamping gugus ku. Jdi aku add dia"

"Yaudh kenapa lo gk coba chat dia aja?" Tanya Nia.

"Hah?! Ya kalik"Kataku terkejut.

"Ya gapapa kalik. Itung-itung itu namanya awal berjuang." Kata Nia.

"Bner juga kata Nia"Kata Keira.

"Au ah, malu gue"Kataku.

"Ih, gmna mau dptin kak Irvan kalo perjuanginnya msih malu-malu gini"Kata Keira.

"Iya juga sih, tpi gue yakin gue gak bakalan dapetin Kak Irvan, karna kak Mitha jauh lebih cantik. Lebih tinggi. Lebih feminim pokoknya beda jauh sama gue"Kata ku pesimis.

"Darimana lo tau kalo lo belum berjuang?"Tanya Rita. Aku hanya melamun.
•••••
Aku mengikuti pelajaran dalam keadaan tidak fokus. Bahkan catatan ku isinya hanya coretan tak jelas dan coretan nama Kak Irvan. Rita kaget melihat catatan ku, apalagi aku? Aku saja tidak sadar kalau daritadi aku menulis nama Irvan. Padahal UTS tinggal sebentar lagi.
•••••
Bel pulang sekolah berbunyi. Rita sudah pulang duluan dengan alasan hari ini dia nebeng sama tetangganya jdi dia harus mencari tetangganya itu kekelasnya. Nia dan Keira juga pulang duluan karna mereka ada bimbel. Aku pun berjalan keluar kelas. Tiba-tiba saja, aku pundak ku dirangkul oleh seseorang dari belakang. Refleks aku langsung menjauh darinya. Aku menatapnya.

"Lo! Apaan sih lo! Udah gue bilang gausah sentuh-sentuh gue! Lo ngerti bahasa indonesia kan?!"Kataku kesal. Axel sudah kelewatan. Dan aku makin benci padanya.

"Luna, lo jangan gini dong. Gue suka sama lo. Lo juga suka kan sama gue? Kita pacaran ya?"Goda Axel.

"Iya gue suka sama lo tapi itu DULU! Sorry gue gabisa nerima lo!"

"Tapi Lun--"

"AXELL! SAYANGKU!"Teriak Vero kecentilan dan memeluk lengan Axel. Lalu Vero menatap ku tajam.

"Apaan lo liat-liat! Pergi sana!"Kata Vero.

"Lo yang pergi! Ganggu aja"Kata Axel.

"Ih, siapa juga mau deket-deket sama dia!"Kata ku dan membalikan badanku hendak jalan. Tapi Axel menahan lenganku.

"Gue cuma mau sama Luna. Jadi lo pergi aja! Ah, gue denger-denger kalo lo numpahin Es Jeruk ke Luna. Lo siapa nya Luna berani-berani ngelakuin hal itu! Gue gak percaya lo setega itu"Kata Axel menatap tajam Vero dan menepis tangan Vero.

"I-Itu, i-itu karna Luna deket-deket sama lo! Gue gak suka! Gue sepupu Luna. Lagian lo yang bukan siapa-siapanya Luna! Pacar juga bukan!"Kata Vero.

"HEH! Yang deketin gue itu dia! Gue gak sudi deket-deket sama dia!"Kataku dan menepis kasar tangan Axel.

"Lo kalo ngomong tuh di jaga ya!"Kata Vero menatap ku tajam. Lalu tangan kanannya melayang hendak menampar ku. Aku pun menutup mataku. Tapi aku bingung, kenapa tamparannya tidak melayang di pipiku(?)

Stand By MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang