Part 29

1.2K 59 0
                                    

Aku pun berdiri dan keluar dari kelas. Aku menitihkan air mataku dan menangis sejadi-jadinya. Aku masuk kedalam Toilet dan memasuki salah satu bilik yang kosong, disana aku mengunci toilet tersebut dan duduk menekuk kedua lutut ku dan menenggelam kan kepalaku diatas lutut ku.

Aku ingat semuanya..aku ingat saat Axel kembali dan mengejarku, aku ingat Vero yang meneror ku dan mengganggu ku 'lagi', aku ingat saat Noel merencanakan untuk 'pura-pura pacaran' supaya Axel tidak mengejarku lagi, aku ingat saat Kak Irvan menyuruh ku untuk berhenti menyukainya, aku ingat saat aku mencoba melukai diriku 'lagi', aku ingat saat aku melindungi Noel dari Axel. Aku ingat semuanya...

Aku pun keluar dari Toilet dan aku merasakan kaki ku yang lemas, semuanya menjadi berat. Aku membasuh wajah ku di westafel dan di depan ku ada cermin yang lebar menempel di dinding. Aku melihat bayangan diriku di cermin. Pucat seperti 'mayat hidup'.

"Lunaa! Luna, lo gapapa?"Tanya Nia dan langsung menghampiri ku. Aku menatapnya, kelihatannya agak kabur dan buram. Lalu aku pun pingsan.
•••••
Aku menatap langit-langit putih. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Dan aku pun terbangun dalam posisi duduk masih diatas tempat tidur. Aku melihat kanan-kiri-depan, dan melihat Noel yang sedang menatapku. Aku pun menatapnya dan tiba-tiba saja air mataku terjatuh. Aku menangis lagi. Lalu Noel menghampiri ku dan menenangkan ku. Aku menutup mataku dengan kedua tangan ku dan menangis. Noel hanya mengelus-elus punggung ku, dia membiarkan aku menangis.

15 menit berlalu, aku mengusap wajah ku dengan kedua telapak tangan ku dan aku merasa hidungku tersumbat dan terisak. Bukan hanya itu, mataku sudah pasti sembap.

"Udah nangisnya?"Tanya Noel menatapku. Tapi aku belum mau menatapnya. Lalu aku pun mengangguk pelan.

"Gue...gue inget semuanya,No. Gue inget semua kejadian-kejadian yang--"

"Ustt.. gue kan udah bilang. Lo akan syok kalo ingatan lo balik lagi. Gue udah bilang dari awal biar gue yang menceritakan perlahan ingatan lo yang hilang selama 3 minggu. Sekarang, lo syok berat kan?"

"Sumpah, gue gak tau kalo akhirnya kayak gini. Gue nyesel,No. Nyesel."Kataku terisak.

"Tenangin diri lo. Gue yakin lo pasti bisa melalui ini. Lo harus kuat,Lun. Yang lalu biarlah berlalu. Lo cuma perlu fokus ke depan, dan jangan menengok ke belakang yang akan buat lo jatuh lagi. Lo ngerti kan maksud gue?"

"Gue ngerti. Lo, kadang bisa dipercaya tapi kadang lo menyesatkan."Kataku. Dan dia hanya nyengir.

"Trus, waktu lo dateng ke rumah sakit dan gue liat wajah lo kena pukul itu..."

"Ohh..itu. gue balas dendam atas apa yang dilakuin Axel ke lo. Gue gak bisa diem aja. Lagian pukulan itu kecil, udah biasa."Kata Noel remeh dan ku memukul lengannya.

"Lo ah, remeh aja bisanya. Jadi pukulan itu gak ada apa-apanya? Gitu?"

"Ya, lo taulah gue sering berantem waktu SMP dan sering dapat Surat Panggilan orangtua. Jadi itu hal udah 'biasa',kan?"

"Serah lo deh. Oh iya, bukannya tadi di toilet gue ketemu sama Nia? Mana Nia sekarang?"

"Dia? Gue usir suruh balik ke kelas."

"Ih! Lo jahat deh! Ngapain lo sih yang disini? Gue kan pngn nya sama Nia"

"Gitu? Yaudah, gue balik ke kelas aja"Kata Noel dan hendak pergi. Tapi aku menahannya.

"Eh. Masa gue ditinggal sendirian? Jahat banget sama sepupu lo sendiri"

"Jadi lo udah mau ngakuin gue sepupu lo?"

"Ih. Y-ya lo aja yang gak nyadar"Kataku sedikit gugup. Dulu aku memang tidak mengakuinya sebagai sepupu karna malu atas tingkahnya yang nakal dan belagu.

Stand By MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang