Part 19

2K 59 0
                                    

Rita, Nia, dan Keira datang ke UKS. Mereka terkejut melihat ku berbaring di UKS.

"Lun, Luna. Lo gapapa? Gue denger-denger ada orang yang pingsan makanya kita langsung kesini"Kata Keira 

"Iya lun. Btw, siapa yang bawa lo kesini? Noel?"Tanya Rita.

"Lo kalo sakit bilang dong, jangan nahan diri gitu"Kata Nia. Aku tersenyum menatap mereka.

"Gue gapapa, udah mendingan kok. Kak Irvan yang bawa gue ke sini."Kataku tersenyum tipis.

"HAH?!"Kata mereka kompak.

"Kak Irvan yang bawa lo kesini? Kok bsa?"Tanya Keira.

"Gue juga gak tau. Waktu gue baru sadar gue liat Kak Irvan di sebelah ku. Jadi gue duga dia yang bawa gue kesini"

"Trus sekarang dia kmna? Kok gk ada di UKS?"Tanya Nia.

"Ya dia pergi ke kelas lah. Kan udah jam pelajaran. Kelas yuk?"Ajak ku. Lalu mereka bertiga kompak melotot padaku.

"Lo baru habis pingsan ngajak ke kelas? Kok lo jau bengal gini sih. Jangan dipaksa lun"Kata Rita.

"Gue udah mendingan kok. Seriusan dah. Lagian habis ini pelajaran bahasa inggris wajib. Gak bisa dilewatin gitu aja. Kalian kan tau sendiri Miss.Kina galak banget"Kataku.

"Iya juga sih, serius lo gapapa? Kan lo bisa minta izin sama guru piket"Kata Nia.

"Gak, mending gue belajar. Udh yuk ke kelas"Aku pun beranjak dari kasur dan berjalan ke kelas.
•••••
Sampai dikelas, untung Miss.Kina blm dtg. Jadi masih aman. Saat aku duduk dibangku, aku menoleh ke kanan, dan kulihat Noel juga sedang menatapku. Ah iya, aku lupa kan dia bisa baca pikiran aku. Lalu aku pun mengalihkan pandangan padanya dan mengeluarkan buku Bahasa Inggris.
•••••
Bel pulang sekolah berbunyi. Aku pun memasukan buku ku ke dalam tas. Lalu berjalan keluar kelas, sebelumnya aku udah pamit dengan Rita,Nia dan Keira. Aku berjalan keluar kelas dengan langkah tidak semangat. Masih lemas. Dan kepalaku masih terasa berat dan pusing.

"Kenapa lo gak pulang aja sih? Gue tau lo tadi pingsan"

Aku memandang ke arah sumber suara. Alex. Sialan. Kenapa selalu ada dia sih dimana-mana.

"Gue lagi gak pngn debat sama lo"Kataku pelan dan lemas. Jadi dia tau aku pingsan?

"Gue gak ada ngajak lo debat"

"Trus lo tau darimana gue pingsan?"

"Jelas tau, gue yang ngangkat lo tadi, lo ringan banget kayak bulu"Kata Alex tersenyum. Apa? Dia yang ngangkat gue? Bukannya kak Irvan?

"Tunggu... lo jangan ngaku-ngaku deh. Jelas bukan lo yang ngangkat gue"

"Ya, awalnya gue. Tapi ada cowok brengsek yang merusak momen itu. Maunya gue tabok tu orang, emgnya dia siapa lo seenaknya bawa lo pergi" ah, pasti itu Irvan.

"Jangan lo berani sentuh dia! Awas aja gue liat lo buat masalah sama dia!"Kataku menatapnya tajam dan geram.

"Cuma gue yang boleh deketin lo Lun. Gak ada yang lain"

"Lo gila ya. Lo udah terlalu terobsesi sama gue"

"Iya gue gila. Gue gila karna dulu gue gak sadar sama perasaan gue sendiri. Gue menyesal Luna"Kata Axel mendekat lalu menggenggam kedua tangan ku. Lalu aku menepisnya pelan. Tak cukup banyak tenaga ku saat ini.

"Penyeselan emang datang terakhir. Semuanya udah berubah Axel. Gue udah gak ada perasaan apa-apa lagi sama lo. Pliss kasih gue hidup tenang"

"Kasih gue kesempatan sekali lagi Lun. Gue bakal ngubah semuanya seperti semula"Kali ini Axel memegang kedua bahu ku.

"Kalo lo diberi kesempatan kedua, lo bakal ngelakuin hal yang sama aja. Gue tau. Gue tau sifat lo yang gampang bosen. Gue tanya sekarang. Berapa cewek yang udah lo pacarin?"

"Oke. Dulu gue emang gitu. Tapi gue janji gak bakal kayak gitu lagi. Luna, gue pngn lo balik lagi jadi bagian dari hidup gue"

"Xel, gue gak bisa.. gak bisa.. masih banyak cewek yang mau sama lo. Cewek gk cuma gue aja. Lo liat, Vero suka sama lo. Dia cinta sama lo. Udah ada yang mau sama lo ngapain lo ngejar yang gak pasti? Yang ada lo berakhir kayak gue"Kataku dan meninggal kan Axel. Tapi Axel memegang tangan ku.

"Gue cuma mau lo. Gak ada yang lain. Gue yang gak suka sama vero. Gue gak cinta sama dia. Gue cinta nya sama lo Lun" Aku menepis tangan Axel. Tapi dia semakin erat menggenggam tangan ku.

"Lepasin dia. Jangan ganggu cewek gue"Kata Noel lalu menarik ku. Dan membiarkan ku bersembunyi di balik punggungnya.

Wait.. tadi Noel bilang apa? Aku pun menatap Noel.

"Cewek lo? Lo siapa hah! Luna cuma boleh sama gue."

"Buktinya sekarang gue jadi cowoknya. Jadi lo mending pergi, jangan deketin cewek gue lagi"

"Luna. Jujur sekarang juga. Dia siapa lo? Bukan pacar lo kan? Trus cowok yang tdi ngangkat lo ke UKS siapa?!"Kata Axel. Aku menunduk. Aku menggigit bagian bawah bibirku. Aku tidak ingin menjawab. Pasti dimata Axel sekarang gue ini playgirl.

Noel lalu menarik ku pergi. Aku menatapnya.

"Cowok kurang ajar. Untung lo cuman suka aja sama dia dan gak jadi 'mantan-nya' kalo gk gitu lo pasti bakal gila dikejar-kejar sama dia"Kata Noel.

"Hm.."Jawabku pasrah. Aku menghentikan langkah ku.

"Noel.. gue gak kuat.."Kataku lirih dan aku merasakan kaki ku lemas. Sama seperti yang kurasakan saat siang tadi. Semuanya terasa berat. Aku pun pingsan.
•••••
Aku terbangun. Pantas saja terasa empuk. Ternyata aku udah di rumah dan sekarang aku sedang berada di kamar ku.  Aku terbalut dalam selimut.

"Minum dulu"Kata Noel. Aku menatapnya. Aku terkejut saat aku menatapnya. Ada luka lebam di sudut bibirnya.

"Muka lo kenapa?"Tanya ku dan hendak meraba wajahnya tapi Noel langsung menghindar.

"Gapapa. Cuma luka kecil"Kata Noel.

"Siapa yang ngelakuin itu ke lo? Axel ya? Dia mukul wajah lo kan? Jujur ke gue Noel. Kalo nanti Mama gue marah gmna"

"Bukan dia. Lo tenang aja. Biar gue yang urus. Lo makan dulu ini, gue beli bubur di depan gang. Habis makan lo minum obat trus tidur. Oh ya, nanti malem belajarnya ditiadakan dulu. Kalo lo masih sakit mending gausah sekolah besok"

"Makasih Noel. Gue berhutang banyak sama lo"

"Hm." Lalu Noel beranjak dari kursi disamping tempat tidur ku.

"Satu lagi.. jujur. Lo suka sama yang namanya Irvan?"Tanya Noel pelan dan ragu. Aku terdiam sejenak.

"Iya. Sejak gue masuk ke SMA Tunas Bangsa. Dia jadi kakak pendamping di gugus gue"

"Oh.. gue gak nanya sejak kapan"Kata Noel.

"Ih nyebelin deh"

"Biarin. Inget dimakan buburnya! Awas aja kalo gak! Gue capek tau belinya"

"Ih, gak mau. Emg gue ada nyuruh lo beli bubur? Gak kan?"

"Makan aja, masih syukur ada yang peduli sama lo"

"Gak mau. Maunya disuapin"Katsku manja.

"Ogah, jangan ngayal. Dan perkataan yang tadi di depan kelas, gausah dibawa serius. Itu demi lo"Kata Noel lalu pergi. Aku pun memajukan bibir ku. Udah bagus tadi di baikin. Eh malah gini. Aku tersenyum sambil mengambil bubur ayam nya. Aku pun makan sesuap untuk mencoba nya. Enak juga. Ini pertama kalinya aku makan bubur enak gini.
•••••

Stand By MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang