extra14

5.2K 236 29
                                    

Wajah rene tampak sedih sekaligus kuat membalas tatapan sehun yang membara.

"Aku tidak bisa hidup hanya sebagai boneka pengganti seseorang. Aku juga punya kepribadian sendiri dan aku lelah"

Kemarahan sehun yang semula menggelegak langsung surut mendengar perkataan rene. Kenapa sehun tidak menyadarinya? Yang diinginkan rene hanyalah pengakuan bahwa dia bukanlah pengganti sully . Hanya itu. Dan sehun bodoh karena selama ini tidak menyadarinya. Baiklah, jika memang itu yang diinginkan rene , dia akan memberikannya,,,

"Ikut aku," sehun mengambil tangan rene dan membawanya keluar kamar, dia setengah menyeret rene yang kebingungan menuruni tangga, langsung menuju sayap kebun mawar itu. Sayap rumah di mana lukisan sully terpasang rapi di balik pintu bernuansa emas.

Para pelayan tampak mengintip mendengar keributan itu, bahkan chen juga muncul dari depan dengan waspada. Tetapi kemudian langsung mundur ketika menyadari bahwa sehun membawa rene ke sayap rumah itu.

sehun berhenti menyeret rene ketika mereka berada di pintu kamar emas itu,

"Kau ingin jawaban bukan?," sehun
melangkah masuk dan kemudian keluar lagi sambil membawa lukisan sully yang semula tergantung di dinding. Lalu melangkah dengan langkah berderap marah meninggalkan rene.
Dengan segera rene mengikutinya, ingin tahu apa yang akan dilakukan sehun kepada lukisan itu. Sehun melangkah ke halaman belakang, membanting lukisan itu di tanah, dan ketika rene menyadari apa yang akan dilakukan oleh sehun . semuanya sudah terlambat,

"Jangan!!!"

Terlambat. sehun sudah melempar api ke lukisan itu, dan dalam sejejam api itu sudah membakar kanvasnya yang rapuh. Seluruh lukisan sully yang sedang hamil muda dan tersenyum itu habis menjadi arang tipis yang kehitaman dilalap oleh api yang begitu ganas. rene berdiri terpaku menatap sisa pembakaran itu dan menoleh menatap sehun dengan bingung, "Kenapa kau melakukannya?"

"Karena," sehun tiba-tiba meraih rene dan merenggutnya ke dalam pelukannya. Ciumannya kasar sekaligus mendamba, penuh gairah. Bibir sehun melahap bibir rene seolah-olah akan mati kalau tidak mencecapnya. Lidahnya menjelajah dengan bergairah, mencicipi seluruh rasa manis rene yang sudah lama tidak dicecapnya. Sehun memuaskan kerinduannya, amarahnya, dan rasa frustrasinya dalam ciuman itu. Sebuah ciuman menggelora yang hanya dilakukan oleh pasangan yang luar biasa merindu.

Ketika sehun melepaskan ciumannya yang membara itu, tubuh rene lemas hingga sehun harus menopangnya.

Dengan gerakan tegas, lelaki itu mengangkat dagu rene dan menghadapkan ke arahnya.

"Karena Nyonya oh irene, saranghae jeongmal saranghaeyo (aku mencintaimu, Sungguh mencintaimu,) sebagai rene yang menjengkelkan dan keras
kepala yang selalu menentangku," sehun melumat bibir rene yang menganga takjub dengan penuh gairah.

"Kau tersimpan di hatiku," dengan lembut sehun membawa tangan rene ke dadanya, "Hati ini dulu sudah kubuang jauh-jauh ke dasar, tapi kau membawanya ke permukaan lagi dan meletakkan dirimu di sana. Aku tidak bisa mengeluarkanmu dari sana setelahnya," sehun menatap lukisan yang sudah terbakar habis itu, "Aku pernah mencintai sully sebelumnya. Tetapi sekarang, dia hanyalah kenangan yang harus kuhormati. Hanya itu. Cintaku kepadanya sudah pergi pelan-pelan seiring berjalannya waktu, dan kutegaskan padamu Nyonya OH irene , aku memperisterimu bukan karena kau harus menggantikan siapapun, aku memperisterimu karena aku mencintaimu, dan ternyata kita sangat cocok di ranjang merupakan bonus"

"sehun" pipi rene memerah, berusaha menahan sehun mengucapkan kata-kata vulgar yang lebih parah. Mereka ada di ruang terbuka dan rene tahu para pelayan yang terkejut dengan kehebohan itu sedang berkumpul di sudut-sudut, berusaha menguping dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Sehun menghentikan ucapannya dan menyadari bahwa banyak yang mengintip mereka dengan diam-diam, tetapi dia tak peduli lagi.

"Sekarang Nyonya oh irene waktumu untuk menjawab!,"

sehun berdiri di situ menatap rene dengan tatapan arogannya, sejenak memunculkan dorongan hati rene untuk melawannya.

Rupanya sehun menyadari niat rene entah dari ekspresi wajahnya, atau mungkin dari kilatan matanya,
"Dan jangan mencoba membantah," Gumam sehun sombong, "Aku tahu kau juga mencintaiku"

Sehun merasa pipinya memerah, panas sampai ke telinga-telinganya.

"Darimana kau berkesimpulan seperti itu?"

"Aku mendengar pengakuan itu langsung dari bibirmu," sehun tersenyum puas menatap rene yang kebingungan, "Ketika kau terbaring koma, kau berkali-kali mengigau dan mengucapkan

"aku mencintaimu Mikail' berulang-ulang dengan kerasnya hingga semua dokter dan suster mendengarnya".

Sebenarnya irene hanya mengucapkan satu kali, dan hanya sehun yang mendengarnya, tetapi sungguh memuaskan melihat wajah rene yang makin memerah karena malu ketika mendengar kata-katanya.

"A... aku tidak mungkin mengucapkan itu... mana buktinya?"

Sehun bersedekap, menatap irene dengan puas, "Para dokter dan perawat bisa menjadi saksi," dia mulai merasa geli melihat ekspresi irene yang tampak amat malu.

"Mungkin... mungkin itu akibat pengaruh obat," irene berusaha menghindari tatapan sehun , merasa amat sangat malu. Benarkah dia meneriakkan kata-kata cinta kepada sehun ketika dia sedang tidak sadar? Astaga alangkah malunya dia, dia tidak mau ke rumah sakit itu lagi.

Sehun terkekeh melihat ekspresi irene berubah-ubah, dengan lembut dirangkumnya wajah rene di kedua tangannya,
"Irene , kau sungguh keras kepala. Di sini aku, seorang oh sehun
menyatakan cintanya kepadamu, dan kau bahkan masih menyangkal perasaanmu kepadaku," tawa di mata

Sehun menghilang dan berubah menjadi sensual. Bibirnya mendekat ke bibir rene dan mengecupnya dengan kecupan yang panas dan menggoda, "Katakan kau mencintaiku".

Irene mengerang dalam hati merasakan ciuman itu, sehun curang telah memanfaatkan pesona tubuhnya untuk memaksa rene mengakui perasaannya. Bibir sehun mengecupnya dengan kecupan-kecupan kecil menggoda di sekitar bibirnya, membuat irene ingin meminta lebih banyak lagi.

"Katakan irene ," bibir sehun menggoda irene lagi, lelaki itu sudah sangat mengenal irene dan mengetahui kelemahan irene , ketika sehun mengigit bibirnya lembut dan melepaskannya. Irene setengah menjerit, setengah mengerang,

"Ya!!" , seru irene hampir berteriak, marah karena didesak,

"Aku mencintaimu sehun!!"

sehun langsung melumat bibir irene , memuaskan gairahnya dan mencium irene lagi, dan lagi tanpa ampun.

Para pelayan hanya menatap takjub kepada tuan dan nyonyanya yang berciuman dengan mesra di taman, dan chen yang mengamati sedari tadi tersenyum samar, lalu membalikkan badan memasuki rumah dengan perasaan lega. Lega karena tuannya, oh sehun akhirnya menemukan cahaya yang membawanya kembali kepada kebahagiaan.

***

Oh sehun & oh irene

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh sehun & oh irene

Irene..You Make Me So Crazy  (Hunrene ) sehun ireneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang