10 - I Know You Better

5.9K 238 2
                                    

Begitu keluar dari ruangan ia merasakan seseorang mengarahkan pistol ke kepalanya dari belakang.

"Don't move. Or it will hurt you." Ucap seseorang di belakangnya.

'Oh SHIT.. it's only been two day she's here. TWO BLOODY DAY!! And already this happen?' Batin Mimi kesal.

***

"Wah, ternyata wanita laki-laki itu bukan sembarangan. Lihat saja betapa lengkap persenjataannya. Ckckck, dia melatihmu cukup keras sepertinya." Ucap pria di belakangnya.

'Ternyata mereka menyerangnya karena Lucas. Bullshit, sejak kapan aku dilatih pria itu.' Batin Mimi.

Mimi melihat sekitarnya, hanya enam orang disini yang mengarahkan senjatanya pada Mimi.

Ia sudah terbiasa berada dalam situasi seperti ini, dan menurutnya hal seperti ini adalah hiburan baginya. Tapi lain lagi ceritanya jika ini terjadi disaat ia tidak menginginkannya.

Dengan cepat ia menendang ke belakangnya yang tepat kearah tangan pria itu hingga senjatanya terlempar. Detik berikutnya ia melancarkan 6 tembakan kearah jantung 6 pria disana.

Keenam pria tersebut tumbang dan Mimi bergegas bersembunyi. Seingatnya ada 17 orang yang terlihat di CCTV tadi. Berarti ada 11 orang lagi yang masih berkeliaran dirumahnya.

Ia mendengar suara langkah beberapa orang menuju kearahnya. Tentu saja, setelah mendengar suara tembakan tadi. Ia lupa menggunakan peredam suara di pistolnya.

Ia mengintip di sela-sela persembunyiannya. Ada 4 orang, bukan hal sulit melumpuhkan mereka.

Mimi keluar dari persembunyiannya dan memberikan tembakan di masing-masing kepala mereka. Tapi Mimi tidak melihat orang kelima yang baru saja masuk.

Alhasil, Mimi terlambat menghindar dan sebuah peluru menembus lengan kirinya.

Mimi tidak goyah, ia tetap menembakkan pistolnya dengan tangan yang satunya dan tepat mengenai jantung musuhnya.

Setelah memastikan tidak ada lagi, ia segera mengambil alas meja untuk vas bunga di sampingnya. Ia mengikatkannya diatas lukanya mencegah memperbanyak darah yang keluar.

Setelah itu artinya masih ada 6 orang lagi tersisa. Mimi mengisi peluru senjatanya. Ia berjalan ke arah luar.

Tepat ketika ia keluar, terdengar suara tembakan di depannya. Mimi terkejut mengira itu ditujukan padanya. Sehingga ia menutup matanya.

Kemudian ia merasakan ada tangan yang menyentuh lukanya, Mimi meringis dan membuka matanya. Disana ia melihat Lucas berdiri tepat di depannya.

"Brengsek, mereka berani melukaimu." Ucap Lucas geram.

Mimi melirik ke belakang Lucas dan disitu terbaring 6 pria pria lain dengan lubang di kepalanya.

"Disini berbahaya, ikutlah bersamaku." Ucap Lucas menarik lengan Mimi.

Mimi langsung menepis tangan Lucas.

"Memangnya kenapa bisa berbahaya, bukankah kau yang membuatnya berbahaya. Lebih baik kau pergi sekarang, aku bisa mengurus diriku sendiri." Mimi menahan sakit dilengannya karena terlalu kuat menepis tangan Lucas.

Mimi berjalan kembali ke rumahnya, ia harus segera mengobati lengannya.

Lucas tak tinggal diam, ia menarik kembali tangan Mimi namun memasuki rumah Mimi.

Ia mendudukkan Mimi di sofa dan mengambil kotak penanganan darurat Mimi. Ia sudah menggeledah rumah Mimi sebelumnya, bukan hal sulit untuk menemukannya.

Mimi hanya diam menerima itu. Lucas membersihkan luka Mimi. Ketika akan mengeluarkan peluru di dalamnya.

"Ini akan sakit. Tahanlah." Ucap Lucas dingin. Mimi tetap diam, ia sudah biasa mendapat luka seperti ini.

Mimi meringis ketika Lucas mengeluarkan peluru dari lengannya. Bagaimanapun terbiasanya ia, tetap saja ini terasa sakit.

Ia menggigit bibirnya terlalu kuat ketika Lucas menjahit lukanya hingga sedikit berdarah.

Setelah selesai menutup luka Mimi, Lucas menatapnya dalam. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan lagi.

Mimi yang ditatap hanya membuang muka. Lucas melihat darah di bibir Mimi, ia menarik wajahnya dan mengusap bibir Mimi lembut dengan jarinya.

'Pliss, hentikan. Jika kau melanjutkannya. Aku tak akan kuat menahannya lagi.' Batin Mimi.

Lucas masih menatap Mimi, ia merasa bersalah menempatkan Mimi di situasi ini. Ia menyesal datang terlambat dan membuatnya terluka. Ia tak tahu harus melakukan apa sekarang.

"Kau tidak perlu merasa bersalah, aku tidak apa-apa jika hanya segini. Justru tadi terasa cukup menghiburku karena bisa menembak lagi." Ucap Mimi kaku. Ia tak suka melihat wajah bersalah Lucas.

Lucas terkejut Mimi membaca pikirannya. Ia semakin menunduk.

"Maaf." Ucap Lucas pelan.

Mimi menyetuh rahang Lucas dengan kedua tangannya. Ia menarik wajah Lucas agar menghadapnya. Awalnya memang menyebalkan menerima tamu tak diundang.

Namun kehadiran pria ini tak pernah ia tolak dalam hatinya.

"Aku tidak apa-apa Lucas. Dan terima kasih sudah datang meskipun cukup terlambat." Ucap Mimi dengan senyum diujungnya.

Lucas terkekeh melihat Mimi yang mencoba menghiburnya. Ia tidak menyangka akan dihibur seseorang.

"Terima kasih sudah mencoba menghiburku. Dan maaf aku datang terlambat." Ucap Lucas kemudian mengecup pelan bibir Mimi di depannya.

Mimi kaget, kemudian memukul tangan Lucas. Tapi ia yang meringis karena menggunakan tangannya yang terluka.

"Makanya, jangan terlalu kejam padaku." Ucap Liam tertawa kecil melihat Mimi kesakitan.

"Ini semua salahmu, jerk." Ucap Mimi kesal. Ia kemudian berdiri dan hendak meninggalkan Lucas.

Lucas masih tersenyum dan menarik Mimi kearahnya kemudian menciumnya lembut. Mimi terbelalak lagi, tapi kini ia tidak menolak. Ia membalas ciuman Lucas.

Setelah beberapa lama, mereka melepaskan ciumannya. Wajah Mimi sangat merah sekarang, ia baru sadar jika pertahanannya telah runtuh sekarang.

Mimi segera berlari ke kamarnya meninggalkan Lucas. Lucas yang melihatnya pun tak bisa menahan senyumnya melihat tingkah lucu Mimi.

Sebagai agent, Mimi memang professional tapi jika tiba masalah ini ia seperti bayi yang sangat lugu.

***

Selagi menunggu Mimi keluar kamar. Lucas berkeliling dan melihat 11 mayat tergeletak dengan lubang di kepala dan jantungnya.

Lucas berdecak kagum, mengakui kemampuan Mimi. Ketika ia kembali ke tempat semula, Mimi keluar dari kamarnya sudah mengganti bajunya dan membawa sebuah tas.

"Kau mau kemana?" Tanya Lucas heran.

"Mencari hotel terdekat. Tidak mungkin aku tidur disini dengan mayat." Ucap Mimi datar. Ia sudah mengembalikan ekspresinya.

"Kalau begitu ke tempatku saja. Bagaimana?" Tawar Lucas.

"Kau bercanda? Setelah mereka datang kesini karenamu. Aku tidak ingin menambah masalah. Apalagi membayangkan tinggal di tempatmu dengan pikiran mesumnya. So, no thanks." Jawab Mimi.

"Ayolah. Malam ini saja, aku akan meminta orang-orangku mengurus ini semua. Besok kau bisa kembali. Aki tidak akan melakukan apa-apa." Balas Lucas. Tidak mungkin ia membiarkan wanita ini sendirian lagi.

"Hmmm." Mimi terlihat berpikir. Lucas jadi tak sabar. Ia menarik paksa Mimi ke mobilnya.

"Kau terlalu lama berpikir hanya untuk mengatakan 'ya'." Ujar Lucas.

"Siapa bilang aku akan mengatakan 'ya'?" Bela Mimi.

"Don't lie to me, Velvet. I know you better." Jawab Lucas.

TO BE CONTINUED...

Play With Me, Boys.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang